Simbol persatuan spiritual dan warisan keilmuan ulama Nusantara.
Dalam lanskap keislaman Indonesia yang kaya dan beragam, muncul sosok-sosok ulama yang tidak hanya menjadi panutan spiritual, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan agama dan moralitas masyarakat. Dua nama yang tak dapat dipisahkan dari ingatan umat, terutama di tanah air, adalah Habib Luthfi bin Yahya dan KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, yang lebih akrab disapa Guru Sekumpul. Keduanya merupakan pewaris perjuangan para ulama terdahulu, membawa obor pencerahan dan menjaga nilai-nilai luhur ajaran Islam di tengah arus zaman yang terus berubah.
Habib Luthfi bin Yahya, seorang ulama kharismatik asal Pekalongan, Jawa Tengah, dikenal luas sebagai pembawa ajaran tasawuf yang mendalam dan memiliki jaringan sanad keilmuan yang kuat hingga Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya menguasai berbagai disiplin ilmu agama, mulai dari tafsir Al-Qur'an, hadis, fiqh, hingga tasawuf dan tarbiyah, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa. Habib Luthfi mampu menyampaikan ajaran agama dengan bahasa yang mudah dipahami oleh berbagai kalangan, dari masyarakat awam hingga para intelektual.
Salah satu kekuatan Habib Luthfi adalah kemampuannya merangkul semua elemen bangsa. Beliau aktif dalam berbagai kegiatan dakwah dan sosial, serta seringkali menjadi penengah dalam berbagai persoalan umat. Kearifan lokal dan pendekatan persuasif menjadi ciri khas dakwahnya. Beliau mengajarkan pentingnya persatuan, toleransi, dan cinta tanah air sebagai bagian integral dari ajaran Islam. Kegigihannya dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadikannya sosok yang dihormati oleh berbagai kalangan, bahkan di kancah internasional. Beliau juga diakui sebagai ulama yang sangat memperhatikan aspek akhlak dan budi pekerti, mengajarkan bagaimana Islam hadir sebagai rahmatan lil 'alamin dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dari Habib Luthfi yang berpusat di Jawa, KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul) berasal dari Martapura, Kalimantan Selatan. Beliau adalah sosok ulama sufi yang sangat dicintai oleh masyarakat Banjar dan sekitarnya, bahkan pengajian beliau selalu dihadiri ribuan hingga jutaan jamaah dari berbagai penjuru. Guru Sekumpul dikenal dengan kerendahan hatinya, kesederhanaannya, dan kedalaman ilmunya, terutama dalam bidang tasawuf dan akhlak.
Meskipun hidup relatif sederhana, ilmu yang diajarkan Guru Sekumpul begitu luas dan mendalam. Beliau mengajarkan kitab-kitab klasik dengan penjelasan yang begitu jernih, membuka cakrawala pemahaman keagamaan bagi para santrinya. Kitab-kitab seperti "Risalah Al-Mu'awanah", "Nashaihul Ibad", dan karya-karya Imam Al-Ghazali sering menjadi rujukan utama dalam pengajiannya. Keberadaan makam beliau di Sekumpul kini menjadi salah satu pusat ziarah spiritual yang ramai dikunjungi. Ribuan orang datang untuk berziarah, berdoa, dan mengambil berkah dari beliau, semata-mata karena kecintaan dan penghormatan atas ilmu serta akhlak mulia yang diajarkan.
Habib Luthfi dan Guru Sekumpul, meskipun memiliki latar belakang dan wilayah dakwah yang berbeda, memiliki kesamaan fundamental dalam semangat perjuangan menegakkan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin. Keduanya mengajarkan pentingnya ilmu, akhlak mulia, serta cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Keduanya juga menekankan pentingnya menjaga persatuan umat dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Warisan spiritual dan keilmuan dari kedua ulama besar ini terus hidup dan menginspirasi jutaan umat. Melalui majelis taklim, pengajian, buku-buku, serta teladan kehidupan mereka, dakwah mereka terus bergema. Di era digital ini, ajaran-ajaran mereka pun mudah diakses melalui berbagai platform, menjangkau generasi muda yang haus akan tuntunan agama yang otentik. Keduanya merupakan bukti nyata bahwa Islam di Nusantara terus berkembang dengan subur, dipelihara oleh para ulama yang mumpuni dan dicintai oleh umatnya. Perjalanan spiritual dan keilmuan mereka adalah cerminan kekayaan khazanah Islam Indonesia yang tak ternilai harganya.