Dalam khazanah keilmuan dan spiritualitas Islam di Indonesia, nama Guru Sekumpul atau KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari begitu harum dan memiliki tempat tersendiri di hati umat. Beliau dikenal sebagai ulama besar yang ajarannya meliputi berbagai aspek, mulai dari fiqh, tasawuf, hingga tarbiyah. Salah satu karya sastra spiritual yang erat kaitannya dengan beliau dan menjadi bagian tak terpisahkan dari majelis-majelis taklim di banyak tempat adalah "Burdah". Namun, ketika kita berbicara tentang "Burdah Guru Sekumpul", seringkali merujuk pada pembacaan, pengajian, atau pemaknaan mendalam terhadap kitab klasik Al-Burdah karya Imam Syarafuddin Al-Bushiri yang diajarkan dan diamalkan di bawah bimbingan beliau.
Kitab Al-Burdah, yang secara harfiah berarti "Jubah", adalah sebuah kitab syair pujian kepada Rasulullah SAW. Ditulis oleh Imam Al-Bushiri, seorang sufi dan penyair terkemuka pada abad ke-7 Hijriah. Syair-syair dalam Al-Burdah tidak hanya memuji keindahan fisik dan akhlak Rasulullah, tetapi juga merangkum banyak ajaran Islam, nasihat spiritual, dan penggambaran mukjizat beliau. Kitab ini sangat populer di kalangan umat Islam di seluruh dunia karena keindahan bahasanya, kedalaman maknanya, dan keberkahannya.
Guru Sekumpul, dengan kecintaannya yang mendalam kepada Rasulullah SAW, menjadikan pengajian dan pembacaan Al-Burdah sebagai salah satu kegiatan rutin di majelis-majelis beliau. Beliau tidak hanya memerintahkan untuk membaca, tetapi juga mengajarkan makna-makna tersirat di balik setiap bait syair. Bagi para santri dan jamaahnya, mendengarkan penjelasan Guru Sekumpul tentang Al-Burdah adalah sebuah anugerah. Beliau mampu menguraikan bait-bait yang kompleks menjadi pemahaman yang mudah dicerna, menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, dan memberikan motivasi spiritual untuk senantiasa meneladani akhlak Rasulullah.
Pengajian Al-Burdah yang dipimpin atau dianjurkan oleh Guru Sekumpul bukan sekadar pembacaan syair biasa. Ini adalah momen untuk meresapi cinta kepada Sang Nabi, memperbaharui iman, dan memohon syafaat beliau. Beliau menekankan pentingnya memahami setiap kalimat, merasakan getaran spiritualnya, dan menjadikannya sebagai bekal dalam perjalanan hidup menuju Allah SWT. Makna-makna yang disampaikan Guru Sekumpul seringkali mencakup ajaran tentang pentingnya kesabaran, rasa syukur, tawakal, keikhlasan, dan cinta kepada sesama, yang semuanya bersumber dari teladan Rasulullah SAW.
Banyak sekali keutamaan yang dipercaya oleh umat Islam dari membaca Al-Burdah, terutama yang dibimbing dengan pemahaman seperti yang diajarkan oleh Guru Sekumpul. Beberapa keutamaan yang sering disebutkan antara lain:
Meskipun Al-Burdah adalah karya klasik, relevansinya tetap sangat tinggi di era modern. Pengajian "Burdah Guru Sekumpul" menjadi salah satu sarana bagi umat untuk tetap terhubung dengan ajaran Islam yang otentik dan nilai-nilai spiritual yang diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu. Di tengah kesibukan dan tantangan zaman, pembacaan Al-Burdah memberikan jeda untuk merenung, bermuhasabah, dan memperkuat pondasi spiritual.
Penjelasan-penjelasan Guru Sekumpul tentang Al-Burdah membekali umat tidak hanya dengan pengetahuan agama, tetapi juga dengan cara pandang yang jernih dalam menghadapi problematika kehidupan. Beliau mengajarkan bahwa cinta kepada Rasulullah bukan sekadar ungkapan lisan, melainkan harus diwujudkan dalam bentuk perilaku, akhlak, dan pengamalan ajaran agama. Melalui Al-Burdah, umat diajak untuk terus belajar, beribadah, dan berbuat kebaikan, meneladani Sang Nabi Muhammad SAW.