Barongan Gondang, seperti kebanyakan seni tradisional berbasis ritual, menghadapi tantangan besar di tengah arus modernisasi dan globalisasi. Pelestariannya memerlukan upaya kolektif yang melibatkan pemerintah, budayawan, dan terutama, generasi muda. Tantangan utamanya adalah menjaga kesakralan ritual di tengah permintaan pasar akan hiburan semata.
Tantangan Globalisasi dan Komersialisasi
Komersialisasi seni seringkali menuntut simplifikasi. Pertunjukan yang aslinya memerlukan durasi panjang, sesaji yang rumit, dan persiapan spiritual yang ketat, kini dituntut untuk dipersingkat agar sesuai dengan jadwal festival atau acara pariwisata. Hal ini berpotensi mengikis kedalaman ritual mendhem. Jika trans hanya dianggap sebagai ‘trik’ hiburan, maka makna filosofis dan spiritualnya akan hilang, dan Barongan Gondang hanya akan menjadi tontonan tanpa ruh.
Selain itu, munculnya media digital dan hiburan instan membuat generasi muda kurang tertarik pada disiplin keras yang dibutuhkan untuk menjadi penari Barongan Gondang, terutama persiapan puasa dan tirakat yang harus dijalani. Kelompok seni tradisional kesulitan dalam meregenerasi Pawang yang memiliki keahlian spiritual mumpuni untuk mengendalikan trans.
Strategi Pelestarian Berbasis Komunitas
Pelestarian yang paling efektif dilakukan melalui komunitas (sanggar) lokal. Sanggar-sanggar ini tidak hanya mengajarkan teknik menari dan memainkan musik Gondang, tetapi juga menanamkan etika spiritual dan pemahaman mendalam tentang sejarah leluhur. Penting untuk mendokumentasikan pakem (aturan baku) irama Gondang dan ritual trans secara tertulis, meski sebagian besar tradisi ini diwariskan secara lisan, untuk menghindari kepunahan total jika sesepuh meninggal dunia.
Inovasi juga diperlukan. Barongan Gondang dapat diadaptasi ke panggung modern melalui kolaborasi dengan seni kontemporer, asalkan inti ritualnya tetap dihormati. Misalnya, dengan menciptakan interpretasi koreografi baru yang tetap menggunakan irama Gondang yang otentik, tetapi disajikan dalam format yang lebih mudah dicerna oleh penonton global, tanpa mengorbankan aspek mendhem yang sakral.
Peran Pemerintah Daerah
Dukungan pemerintah daerah di Jawa Timur dan sekitarnya sangat krusial. Ini dapat berupa penetapan Barongan Gondang sebagai warisan budaya tak benda, pemberian subsidi untuk pengadaan kostum dan alat musik, serta memasukkan materi Barongan Gondang ke dalam kurikulum muatan lokal di sekolah. Dengan pengakuan formal ini, kesenian ini akan mendapatkan jaminan keberlanjutan dan perlindungan hukum dari klaim pihak luar.
Masa depan Barongan Gondang bergantung pada kemampuan komunitasnya untuk menyeimbangkan tuntutan modernitas dengan kewajiban tradisi. Jika mereka berhasil menunjukkan bahwa seni ini tidak hanya menyimpan sejarah tetapi juga menawarkan nilai spiritual yang relevan untuk kehidupan masa kini, maka Barongan Gondang akan terus bergemuruh, membawa irama mistisnya melintasi batas-batas generasi.
Ekonomi Kreatif dan Kesenian Rakyat
Salah satu jalur pelestarian yang paling menjanjikan adalah integrasi Barongan Gondang ke dalam ekonomi kreatif lokal. Ketika seni pertunjukan ini dapat memberikan pendapatan yang layak bagi para senimannya, minat generasi muda untuk terlibat akan meningkat secara signifikan. Ini melibatkan pemasaran yang cerdas, menampilkan Barongan Gondang dalam festival budaya regional dan nasional, serta menciptakan produk turunan (souvenir, pelatihan, workshop) yang terkait dengan estetika dan filosofi Barongan.
Namun, aspek komersial ini harus dikelola dengan hati-hati. Keuntungan finansial tidak boleh menjadi tujuan utama yang menggeser fungsi spiritual Barongan Gondang sebagai ritual komunal. Keseimbangan antara performing arts (seni pertunjukan) dan sacred rituals (ritual sakral) adalah kunci kelangsungan Barongan Gondang. Para Pawang dan sesepuh adat harus bertindak sebagai penjaga gerbang, memastikan bahwa komersialisasi tidak merusak inti mistis yang diwariskan oleh leluhur mereka. Hanya dengan mempertahankan keseimbangan ini, Barongan Gondang akan terus menjadi cerminan sejati dari jiwa dan spiritualitas masyarakat Jawa Timur.
Penting untuk dipahami bahwa Barongan Gondang adalah sebuah ekosistem budaya yang kompleks. Ia mencakup tidak hanya penari dan pemusik, tetapi juga perajin topeng, penjahit kostum, ahli mantra (Pawang), dan penyedia sesaji. Pelestarian yang holistik harus mencakup perlindungan terhadap semua elemen pendukung ini. Misalnya, pelatihan perajin lokal untuk membuat topeng Barongan sesuai dengan pakem tradisional, memastikan bahwa material kayu yang digunakan (seperti kayu nangka atau loh) memiliki kualitas spiritual yang diyakini mendukung proses trans.
Ketekunan dalam mendokumentasikan Gending Gondang secara notasi juga menjadi prioritas. Meskipun musik tradisional Jawa seringkali diajarkan secara lisan, mencatat varian-varian Gending Gondang dari berbagai desa dapat melindungi kekayaan variasi lokal dari homogenisasi. Setiap desa yang memainkan Barongan Gondang di wilayah Ngawi atau Bojonegoro mungkin memiliki sedikit perbedaan pada tempo dan tekanan Kendang, dan variasi inilah yang memperkaya warisan budaya Barongan Gondang secara keseluruhan. Upaya ini harus didukung dengan digitalisasi arsip, agar pengetahuan ini dapat diakses oleh peneliti dan praktisi di masa depan, menjamin bahwa irama Gondang yang sakral tidak akan pernah padam.
Dengan demikian, masa depan Barongan Gondang bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi tentang bagaimana ia dapat terus berevolusi sambil membawa beban sejarah dan spiritualitas yang sangat berat. Kesenian ini adalah sumbu yang menghubungkan generasi masa kini dengan kebijaksanaan leluhur, dan irama Kendang Gondang akan terus menjadi penanda identitas budaya yang kuat di jantung Jawa Timur.
Selain itu, tantangan lingkungan juga mulai terasa. Bahan baku untuk properti, seperti ijuk untuk rambut Barongan atau jenis bambu tertentu untuk Jathilan, semakin sulit didapatkan akibat perubahan penggunaan lahan. Hal ini memaksa para perajin untuk mencari bahan alternatif, yang kadang mengurangi nuansa otentik dari properti tersebut. Pelestarian Barongan Gondang harus berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan lokal yang menyediakan bahan-bahan alami ini. Ketika alam dijaga, maka kesenian yang bersumber dari penghormatan terhadap alam (seperti ritual kesuburan) juga akan tetap lestari.
Upaya pelestarian juga harus melibatkan dialog antarbudaya. Dengan memperkenalkan Barongan Gondang kepada komunitas seni lain, baik di Indonesia maupun internasional, kesenian ini dapat memperoleh apresiasi baru dan inspirasi untuk adaptasi yang sehat. Pameran dan pertukaran budaya dapat menempatkan Barongan Gondang sebagai duta budaya daerah, yang memperlihatkan kepada dunia bahwa seni rakyat Indonesia sangat kaya, mendalam, dan memiliki dimensi spiritual yang unik. Keterbukaan terhadap dialog ini adalah cara ampuh untuk memastikan bahwa Barongan Gondang tidak terisolasi dan dapat terus hidup berdampingan dengan perkembangan budaya global.
Kesimpulannya, Barongan Gondang adalah mahakarya yang kompleks. Keberlanjutannya menuntut kerja keras, pengorbanan spiritual dari para pelakunya, serta dukungan struktural dari berbagai pihak. Ia adalah penjaga gerbang mistis yang harus terus dirawat, agar irama Gondang terus berdentum, memanggil semangat leluhur, dan mengingatkan kita akan kekuatan tradisi yang abadi. Kesenian ini mengajarkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan kita untuk menyeimbangkan fisik dan spiritual, dunia nyata dan dunia gaib, dalam setiap gerakan tarian dan setiap bunyi tabuhan.