Nur Ilahi Petunjuk

Burdah Abah Guru Sekumpul: Kearifan Spiritual yang Terus Mengalir

Dalam khazanah keislaman Nusantara, sosok Abah Guru Sekumpul atau KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani adalah salah satu pilar spiritual yang sangat dihormati. Ajaran-ajarannya, baik yang disampaikan secara lisan maupun melalui karya tulis dan pembacaan kitab-kitab klasik, terus memberikan pencerahan bagi jutaan umat. Salah satu bentuk penghormatan dan pengamalan ajaran beliau yang sangat lekat adalah melalui pembacaan kitab Burdah Al-Busiri.

Kitab Burdah, yang memiliki nama lengkap "Al-Kawakib al-Durriyah fi Madh Khair al-Bariyyah" (Bintang-bintang yang Bercahaya dalam Memuji Manusia Terbaik), merupakan karya monumental Al-Imam Syaraf al-Din Abu Abdillah Muhammad bin Sa'id al-Bushiri al-Mishri. Kitab ini berisi syair-syair pujian yang mendalam terhadap junjungan alam, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sejak lama, pembacaan Burdah telah menjadi tradisi amaliyah di banyak pesantren dan majelis taklim di Indonesia, tidak terkecuali di Kalimantan Selatan, tanah kelahiran Abah Guru Sekumpul.

"Membaca Burdah bukan sekadar membaca syair, tapi menghidupkan cinta kepada Rasulullah di dalam dada."

Signifikansi Pembacaan Burdah dalam Perspektif Abah Guru Sekumpul

Bagi Abah Guru Sekumpul, pembacaan Burdah memiliki makna yang sangat mendalam dan multifaset. Beliau tidak hanya menganjurkan pembacaannya sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih berkah. Dalam pandangan beliau, syair-syair dalam Burdah adalah jendela untuk merenungi akhlak mulia Rasulullah, meneladani sifat-sifat terpujinya, dan memperkuat ikatan spiritual dengan beliau.

Lebih dari itu, pembacaan Burdah secara istikamah diyakini membawa berbagai keutamaan spiritual dan duniawi. Banyak riwayat dan pengalaman pribadi yang menunjukkan bahwa dengan membaca Burdah, seseorang dapat merasakan ketenangan hati, terhindar dari berbagai musibah, bahkan mendapatkan kemudahan dalam urusan-urusan hidup. Abah Guru Sekumpul seringkali menyampaikan bahwa ketika hati penuh dengan kecintaan kepada Rasulullah, maka Allah SWT akan memudahkan segala urusannya.

Di majelis-majelis beliau, pembacaan Burdah menjadi ritual yang tak terpisahkan. Beliau kerap memimpin langsung atau memberikan arahan agar pembacaan dilakukan dengan khusyuk dan penuh penghayatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya amaliyah ini dalam membangun karakter religiusitas yang kokoh, berlandaskan cinta kepada Sang Nabi. Pengaruh Abah Guru Sekumpul dalam membumikan kembali dan menguatkan tradisi pembacaan Burdah di kalangan umat sangatlah besar. Beliau berhasil menyentuh hati banyak orang untuk kembali mendekatkan diri pada ajaran-ajaran Rasulullah melalui media syair-syair yang indah.

Warisan yang Terus Hidup

Kini, puluhan tahun setelah Abah Guru Sekumpul berpulang, pembacaan Burdah atas nama beliau dan sebagai pengamalan ajaran beliau terus bergema. Majelis-majelis taklim di berbagai penjuru, baik yang secara langsung diasuh oleh murid-murid beliau maupun yang terinspirasi oleh dakwahnya, secara rutin menggelar pembacaan Burdah. Tradisi ini menjadi semacam jembatan spiritual yang menghubungkan generasi sekarang dengan warisan keilmuan dan spiritualitas Abah Guru Sekumpul.

Setiap kali bait-bait syair Burdah dilantunkan, umat seolah merasakan kembali kehadiran Abah Guru Sekumpul yang penuh kasih dan kebijaksanaan. Kegembiraan, ketenangan, dan rasa rindu kepada Rasulullah SAW memancar dari setiap sudut. Pembacaan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah ekspresi cinta yang hidup, sebuah upaya terus-menerus untuk menjaga api kerinduan kepada junjungan alam tetap menyala dalam hati.

Lebih jauh lagi, ajaran Abah Guru Sekumpul menekankan pentingnya mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Burdah dalam kehidupan sehari-hari. Pujian kepada Nabi Muhammad SAW harus dibarengi dengan usaha meneladani akhlak dan sunnahnya. Cinta kepada Rasulullah harus terwujud dalam ketaatan kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Inilah esensi sebenarnya dari pembacaan Burdah yang diajarkan dan dicontohkan oleh Abah Guru Sekumpul.

Melalui pembacaan Burdah, nama dan ajaran Abah Guru Sekumpul terus abadi. Kearifan spiritualnya mengalir dalam setiap lantunan syair, mengingatkan umat akan pentingnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menapaki jalan kebaikan yang telah dicontohkan. Kitab Burdah, di tangan para pewaris semangat Abah Guru Sekumpul, tetap menjadi sumber inspirasi, ketenangan, dan keberkahan bagi banyak orang.

🏠 Homepage