BARONGSAI BARU: KEAGUNGAN DALAM EVOLUSI

Menjelajahi Tarian Singa Modern, Seni yang Tak Pernah Mati

Pengantar: Menyambut Barongsai Baru

Seni Barongsai (Lion Dance) adalah warisan budaya yang kaya, menghubungkan masa lalu yang heroik dengan masa kini yang dinamis. Ketika kita berbicara mengenai Barongsai Baru, kita tidak hanya membicarakan mengenai kepala singa yang baru dicat atau kostum yang baru ditenun, melainkan sebuah filosofi: adaptasi, regenerasi, dan relevansi abadi dari seni pertunjukan ini di tengah arus modernisasi yang cepat. Barongsai Baru adalah manifestasi dari semangat yang terus membara, memastikan bahwa auman singa dapat didengar di setiap sudut perayaan kontemporer.

Di Indonesia, tarian singa telah melampaui batas-batas etnis, menjadi simbol keberuntungan dan perayaan yang diakui secara nasional. Evolusi ini, yang melahirkan konsep Barongsai Baru, melibatkan inovasi dalam material, teknik pertunjukan, dan integrasi elemen teknologi, sambil tetap mempertahankan akar spiritual dan bela diri yang mendalam. Artikel ini akan menyelami setiap aspek dari fenomena ini, dari sejarahnya yang epik hingga tantangan dan prospeknya di masa depan global.

Ilustrasi Kepala Barongsai yang Modern Kepala Barongsai dengan detail yang tajam, mewakili keberanian dan evolusi.

Representasi visual dari kepala Barongsai yang megah, simbol dari keberanian dan semangat Barongsai Baru.

Akar Filosofis dan Perjalanan Sejarah Singa

Memahami Barongsai Baru memerlukan penelusuran kembali ke akarnya. Tarian singa adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tertua di Tiongkok, tercatat sejak Dinasti Han. Meskipun singa bukanlah fauna asli Tiongkok, kehadirannya melalui Jalur Sutra menjadikannya simbol kekuatan, keberanian, dan penangkal roh jahat. Legenda paling terkenal melibatkan makhluk mitos *Nian* yang ditakuti, yang hanya dapat diusir oleh suara keras (drum dan simbal) dan wujud menakutkan (singa).

Dualisme Yin dan Yang dalam Gerakan

Setiap gerakan dalam Barongsai adalah perwujudan filosofi Tiongkok yang mendalam. Tarian tersebut menyeimbangkan sifat keras dan lembut, lambat dan cepat, yang merefleksikan dualitas alam semesta (Yin dan Yang). Singa harus menunjukkan *Wei* (kewibawaan dan kegagahan) sekaligus *Xi* (keceriaan dan rasa ingin tahu). Barongsai Baru modern bahkan lebih menekankan aspek naratif ini, memanfaatkan pencahayaan dan musik yang lebih dinamis untuk menonjolkan transisi emosional singa.

Transformasi di Nusantara

Di Indonesia, tarian singa mengalami proses akulturasi yang unik. Dikenal sebagai Barongsai (adaptasi dari bahasa Hokkien), seni ini sempat mengalami masa suram akibat pembatasan kultural. Namun, kebangkitannya kembali pada era reformasi menandai lahirnya gelombang Barongsai Baru Indonesia. Gelombang ini ditandai dengan semangat pluralisme, di mana tim-tim Barongsai mulai melibatkan anggota dari berbagai latar belakang etnis, menjadikan seni ini milik bersama, bukan lagi eksklusif.

Perjalanan sejarah ini menegaskan bahwa Barongsai bukanlah fosil sejarah, melainkan organisme budaya yang hidup. Setiap generasi menambahkan lapisan interpretasi baru, dan hari ini, Barongsai Baru di Indonesia berdiri sebagai lambang harmoni dan ketahanan budaya.

Anatomi Barongsai Baru: Inovasi Material dan Desain

Kepala Barongsai adalah mahakarya seni rupa dan teknik konstruksi. Tradisionalnya, kepala dibuat dari rangka bambu yang diikat tali dan dilapisi kertas. Namun, tuntutan kompetisi dan pertunjukan yang intensif telah mendorong lahirnya Barongsai Baru dengan konstruksi yang jauh lebih ringan, kuat, dan responsif.

Rangka dan Berat

Konstruksi tradisional kepala singa sering kali memiliki berat antara 5 hingga 7 kilogram. Dalam dunia Barongsai Baru, khususnya untuk gaya Selatan (Namsing) yang membutuhkan akrobatik tinggi (seperti melompat dari tiang ke tiang), berat kepala sangat krusial. Tim-tim inovatif kini menggunakan paduan serat karbon atau aluminium ringan untuk rangka dasarnya. Penggunaan material komposit modern ini memungkinkan kepala singa memiliki berat di bawah 3 kilogram, yang secara dramatis meningkatkan durabilitas dan kecepatan respons penari.

Elemen Estetika Kontemporer

Estetika Barongsai Baru juga mengalami pergeseran. Meskipun pola warna dasar (merah, kuning, hitam, putih) masih dipertahankan, detail visualnya semakin kompleks. Penggunaan:

Pengecatan kepala Barongsai Baru juga menuntut keahlian yang berbeda. Selain teknik kuas tradisional, kini banyak seniman menggunakan cat otomotif atau cat akrilik yang memberikan hasil akhir yang lebih halus dan tahan cuaca. Proses ini memastikan bahwa bahkan setelah puluhan pertunjukan yang keras, Barongsai Baru tetap terlihat megah dan cemerlang.

The Tail: Fleksibilitas dan Aerodinamika

Bagian ekor (tail) sering diremehkan, padahal memainkan peran vital dalam keseimbangan dan visualisasi. Ekor Barongsai Baru dibuat lebih panjang dan dari bahan yang sangat ringan, seringkali menggunakan kain sutra tipis yang mudah 'mengalir' di udara. Hal ini penting untuk gerakan akrobatik, di mana ekor harus mengikuti gerakan kepala dengan sempurna, menambah ilusi singa yang bergerak cepat dan gesit. Desain ekor yang aerodinamis membantu penari ekor menjaga keseimbangan saat melakukan lompatan tinggi.

Singkatnya, anatomi Barongsai Baru adalah perpaduan harmonis antara warisan seni kerajinan tangan dan penerapan teknologi material modern, dirancang untuk performa puncak di panggung abad ke-21.

Gaya Pertunjukan: Perbedaan dan Keunikan Barongsai Baru

Secara umum, Barongsai dibagi menjadi dua gaya utama: Utara (Beising) dan Selatan (Namsing). Barongsai Baru di Indonesia sebagian besar mengikuti gaya Selatan, khususnya sub-gaya Fut San dan Hok San, tetapi telah memasukkan elemen-elemen modern yang unik.

Fut San (Buddha Mountain) – Gaya Raja Singa

Gaya Fut San identik dengan kepala yang lebih berat, tanduk yang khas, dan ekspresi yang lebih serius, melambangkan kekuatan dan keagungan. Barongsai Baru Fut San sering digunakan dalam upacara formal karena penekanannya pada *Chi* (energi hidup) yang kuat. Teknik modern pada gaya ini adalah peningkatan kekuatan paha dan punggung penari untuk mengimbangi berat, memungkinkan gerakan yang lebih lambat namun lebih mengintimidasi.

Hok San (Crane Mountain) – Gaya Singa Ceria

Hok San dikenal dengan kepala yang lebih kecil, moncong yang lebih melengkung, dan mata yang lebih ekspresif, menonjolkan kelincahan dan rasa ingin tahu. Ini adalah gaya yang mendominasi kompetisi modern dan menjadi representasi utama dari konsep Barongsai Baru akrobatik.

Inovasi utama dalam Barongsai Baru Hok San adalah:

Koreografi Naratif Kontemporer

Gerakan inti seperti 'Makan Sayur' (Qing) yang merupakan aksi singa mengambil amplop merah berisi uang dan sayuran (melambangkan keberuntungan) kini dikemas dengan narasi yang lebih dramatis. Barongsai Baru tidak hanya mengambil Qing; mereka bergulat dengannya, bermain-main, dan menunjukkan rasa takut atau kemenangan, mengubah pertunjukan menjadi drama mini yang mendalam.

Untuk mencapai tingkat performa ini, tim-tim Barongsai Baru melatih fisik mereka layaknya atlet profesional. Mereka menjalani latihan beban, fleksibilitas, dan ketahanan kardiovaskular, jauh melampaui pelatihan seni bela diri dasar yang dilakukan di masa lalu.

Simfoni Kekuatan: Musik dalam Barongsai Baru

Barongsai tidak dapat dipisahkan dari orkestra perkusi yang menyertainya. Musik adalah jantung yang memompa energi ke dalam singa. Sebuah tim Barongsai Baru yang sukses harus memiliki pemahaman yang sempurna antara penari dan pemain musik.

Instrumen Inti

Orkestra tradisional terdiri dari tiga elemen kunci: Drum Besar (Gong), Simbal (Cymbal), dan Gong Kecil. Masing-masing memiliki peran yang sangat spesifik:

Evolusi Ritme Barongsai Baru

Dalam konteks Barongsai Baru, ritme perkusi telah menjadi lebih kompleks dan terstruktur. Beberapa inovasi termasuk:

Variasi Ritme Regional: Tim modern tidak lagi terpaku pada satu ritme dasar. Mereka menggabungkan pola ritme dari berbagai daerah Tiongkok (seperti ritme Hokkien, Hakka, atau Kanton) untuk menciptakan komposisi yang lebih kaya dan dinamis, seringkali mencerminkan perjalanan singa di lingkungan yang berbeda.

Penggunaan Instrumen Tambahan: Walaupun inti perkusi tetap, beberapa pertunjukan Barongsai Baru yang berorientasi panggung mulai memasukkan elemen alat musik non-tradisional, seperti *erhu* (biola Tiongkok) atau bahkan synthesizer, untuk menciptakan suasana epik yang lebih modern dan menyentuh audiens global.

Sinkronisasi Digital: Untuk pertunjukan skala besar atau kompetisi internasional, tim Barongsai Baru bahkan menggunakan sistem audio yang telah direkam atau diperkuat secara digital untuk memastikan bahwa setiap pukulan drum memiliki dampak maksimal, terutama di tempat yang luas.

Pemain musik dalam Barongsai Baru dianggap setara dengan atlet. Mereka harus memiliki daya tahan fisik yang luar biasa dan memori musikal yang tajam, karena mereka harus mengikuti improvisasi penari secara real-time. Keahlian ini memastikan bahwa auman drum dan gemerincing simbal bukan sekadar latar belakang, tetapi merupakan narator yang esensial bagi kisah yang disajikan oleh singa.

Barongsai Baru dalam Lintas Budaya Indonesia

Salah satu aspek paling signifikan dari fenomena Barongsai Baru adalah penerimaannya yang luas di luar komunitas Tionghoa di Indonesia. Barongsai kini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan tahun baru Imlek, festival, bahkan peresmian bisnis di seluruh kepulauan.

Simbol Pluralisme

Di masa lalu, tarian singa sering dilihat hanya sebagai kegiatan etnis tertentu. Namun, era Barongsai Baru telah menyaksikan lonjakan jumlah penari dan pelatih non-Tionghoa. Keikutsertaan ini melambangkan asimilasi budaya yang sukses, di mana nilai-nilai keberanian, keberuntungan, dan semangat yang diwakili oleh singa kini dirayakan oleh semua lapisan masyarakat Indonesia.

Banyak tim Barongsai Baru di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan kini dipimpin atau diisi oleh anggota yang berasal dari latar belakang Sunda, Jawa, atau Melayu, yang membawa interpretasi dan energi baru ke dalam seni ini. Mereka mempelajari bahasa, ritual, dan filosofi di balik tarian, menghormati tradisi sambil membawa perspektif lokal.

Regenerasi dan Pendidikan Formal

Untuk memastikan seni ini bertahan, tim Barongsai Baru telah berinvestasi besar dalam regenerasi. Mereka mendirikan sekolah dan akademi, bukan hanya sebagai sasana latihan fisik, tetapi juga sebagai pusat studi budaya. Anak-anak muda, sejak usia dini, diajarkan tidak hanya cara menari, tetapi juga sejarah Dinasti Ming, legenda *Nian*, dan pentingnya menjaga *Xiao* (hormat kepada orang tua dan guru).

Pendidikan yang terstruktur ini menghasilkan penari Barongsai Baru yang tidak hanya atletis tetapi juga berpengetahuan luas secara kultural. Mereka mampu menjelaskan makna di balik setiap warna (Hitam untuk Zhang Fei, Merah untuk Guan Yu), setiap gerakan (menggaruk telinga singa berarti rasa ingin tahu), dan setiap ritme drum.

Ekonomi Kreatif dan Komersialisasi

Barongsai Baru juga telah menjadi bagian penting dari ekonomi kreatif. Permintaan pertunjukan meningkat, mendorong profesionalisme. Tim-tim modern beroperasi layaknya perusahaan kecil, mengelola jadwal pertunjukan, perawatan kostum (yang mahal dan rumit), hingga pemasaran diri melalui media sosial. Komersialisasi ini, meski menimbulkan tantangan, juga memastikan bahwa para praktisi dapat mendedikasikan waktu penuh mereka untuk menyempurnakan seni mereka, mendorong kualitas pertunjukan ke level yang lebih tinggi.

Menyongsong Masa Depan: Tantangan Barongsai Baru

Meskipun Barongsai Baru menikmati popularitas global yang belum pernah terjadi sebelumnya, seni ini menghadapi serangkaian tantangan yang harus diatasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang.

Tantangan Pelestarian Vs. Inovasi

Garis antara melestarikan tradisi dan berinovasi selalu menjadi perdebatan sengit. Beberapa puritan khawatir bahwa penambahan teknologi LED, serat karbon, atau gerakan akrobatik yang terlalu ekstrem dapat mengaburkan nilai spiritual dan seni bela diri asli dari tarian tersebut. Bagi para pendukung Barongsai Baru, inovasi adalah satu-satunya cara untuk menarik audiens generasi Z yang terbiasa dengan hiburan serba cepat. Tantangannya adalah menemukan titik keseimbangan, di mana inovasi melayani tradisi, bukan menggantikannya.

Keselamatan Atletik

Peningkatan standar kompetisi, terutama dalam tarian tiang (Jong), menuntut keahlian atletik yang ekstrem. Risiko cedera serius sangat tinggi. Tim Barongsai Baru modern harus menerapkan protokol keamanan yang ketat, termasuk penggunaan sabuk pengaman dan matras tebal selama latihan, serta memastikan bahwa penari memiliki asuransi dan akses ke fasilitas rehabilitasi yang memadai. Kesehatan dan keselamatan penari adalah prioritas utama untuk menjaga keberlanjutan seni ini.

Penemuan Kembali Identitas di Ranah Digital

Media sosial dan platform video telah mengubah cara Barongsai Baru dipertontonkan. Kualitas produksi video, kemampuan untuk menciptakan konten viral, dan interaksi langsung dengan penggemar global telah menjadi penting. Tim yang sukses adalah mereka yang tidak hanya hebat menari di jalanan, tetapi juga mahir menceritakan kisah mereka di platform digital. Ini adalah evolusi penting: Barongsai kini tidak hanya tampil di hadapan keramaian, tetapi juga di hadapan jutaan penonton daring.

Ilustrasi Drum dan Simbal Barongsai Instrumen perkusi yang esensial dalam seni Barongsai, melambangkan detak jantung pertunjukan.

Harmoni drum dan simbal, elemen krusial yang mengatur irama dan intensitas dari setiap pertunjukan Barongsai Baru.

Peluang Global: Menuju Olimpiade Seni

Dengan standarisasi gerakan dan aturan yang semakin ketat melalui federasi internasional (seperti International Dragon and Lion Dance Federation), Barongsai Baru semakin diakui sebagai olahraga akrobatik yang sah. Ada dorongan besar untuk menjadikan tarian singa sebagai olahraga demonstrasi di ajang multi-olahraga besar. Keberhasilan ini akan membawa pengakuan yang tak ternilai dan memastikan pendanaan serta dukungan yang diperlukan untuk menjaga standar pelatihan yang tinggi.

Untuk mencapai tujuan ini, setiap tim Barongsai Baru harus memastikan bahwa pelatihan mereka konsisten, etika olahraga mereka kuat, dan inovasi artistik mereka tetap terikat pada integritas budaya. Ini adalah langkah besar dari pertunjukan jalanan tradisional menuju panggung global yang terstruktur.

Kajian Mendalam: Filosofi Warna dan Karakter Barongsai Baru

Dalam tradisi Barongsai, setiap warna kepala singa tidak dipilih secara acak; ia mewakili karakter spesifik dari pahlawan Tiga Kerajaan (Sam Kok), menghubungkan tarian singa langsung dengan legenda epik Tiongkok. Pemahaman tentang warna adalah esensial untuk mengapresiasi kedalaman filosofi Barongsai Baru.

Warna Primer dan Maknanya

Barongsai Baru modern tidak hanya menggunakan warna tunggal; mereka menggunakan kombinasi warna yang jauh lebih rumit, seringkali dengan gradasi metalik atau neon untuk menonjolkan fitur tertentu. Misalnya, singa yang sebagian besar merah bisa memiliki aksen perak atau emas untuk meningkatkan efek visual di bawah lampu sorot panggung. Penambahan warna sekunder, seperti ungu atau hijau, juga memberikan dimensi karakter yang lebih kaya, mencerminkan kompleksitas identitas singa tersebut.

Ekspresi Wajah dan Jumbai

Ekspresi wajah singa adalah yang terpenting. Barongsai Baru harus mampu menunjukkan transisi cepat antara berbagai emosi: dari rasa ingin tahu (dengan mata yang bergerak cepat dan telinga yang bergoyang), ke kemarahan (dengan gerakan kepala yang menghentak), hingga tidur/istirahat (dengan mata yang tertutup dan gerakan yang sangat pelan). Jumbai, yang merupakan bagian rambut singa, kini dibuat dengan material yang memungkinkan gerakan 'mengalir' yang lebih indah saat penari memutar kepala, menambah drama visual.

Setiap penari kepala Barongsai Baru menghabiskan ratusan jam hanya untuk melatih otot leher dan lengan mereka agar dapat mengontrol kepala singa seberat 3-4 kg dengan presisi milidetik. Ini adalah perwujudan fisik dari prinsip Taoisme tentang kekuatan yang fleksibel (seperti air) dan kekuatan yang solid (seperti batu).

Metode Pelatihan Fisik dan Mental Barongsai Baru

Menjadi penari Barongsai Baru, terutama di tingkat kompetisi, menuntut lebih dari sekadar semangat. Ini memerlukan kedisiplinan fisik dan mental yang setara dengan atlet Olimpiade. Program pelatihan modern jauh lebih terstruktur dibandingkan dengan pelatihan di masa lalu yang didasarkan murni pada seni bela diri.

Pelatihan Keseimbangan dan Kekuatan Inti

Untuk menaklukkan tiang Jong, penari Barongsai Baru harus memiliki kekuatan inti (core strength) yang luar biasa. Latihan keseimbangan sering dilakukan di atas balok kayu sempit atau bahkan di atas ban bekas, meniru kondisi tidak stabil tiang Jong. Penari ekor, yang bertanggung jawab menstabilkan seluruh berat singa dan penari kepala saat melompat, harus memiliki kekuatan kaki dan punggung bawah yang fenomenal. Latihan *squat* (jongkok) dan *plank* yang diperpanjang adalah bagian integral dari rutinitas harian.

Sinkronisasi Dua Tubuh Menjadi Satu

Inti dari tarian adalah sinkronisasi sempurna antara penari kepala dan penari ekor. Dalam Barongsai Baru, ini dilatih melalui latihan 'buta'. Penari ekor harus dapat merasakan setiap pergeseran berat badan penari kepala dan bereaksi seketika tanpa melihat. Mereka berlatih gerakan dasar dan kompleks secara berulang kali hingga menjadi memori otot yang otomatis (disebut *muscle memory*).

Pelatihan ini mencakup simulasi situasi darurat—misalnya, bagaimana cara menstabilkan singa jika salah satu tiang Jong bergoyang atau jika penari kepala kehilangan pijakan sebentar. Respons cepat dan tenang dalam situasi stres adalah ciri khas tim Barongsai Baru yang elit.

Disiplin Mental dan Chi Gong

Aspek mental sama pentingnya. Tarian singa bukan hanya pertunjukan fisik, tetapi juga pertunjukan energi (*Chi*). Tim Barongsai Baru sering memasukkan elemen meditasi, yoga, atau latihan *Chi Gong* ke dalam rutinitas mereka. Ini bertujuan untuk menenangkan pikiran, meningkatkan fokus, dan mengalirkan energi yang tepat ke dalam kostum singa. Singa harus terlihat ‘hidup’—sebuah keajaiban yang hanya dapat dicapai jika penarinya benar-benar fokus dan terhubung secara spiritual dengan seni tersebut.

Tanpa disiplin mental ini, akrobatik yang paling sempurna sekalipun akan terasa hampa. Barongsai Baru yang sejati adalah perpaduan harmonis antara kemampuan atletik yang keras dan ketenangan batin yang mendalam.

Barongsai Baru di Panggung Dunia: Standarisasi dan Kompetisi

Transformasi terbesar Barongsai Baru adalah penerimaannya sebagai olahraga kompetitif yang diakui secara internasional. Kompetisi-kompetisi dunia, yang diselenggarakan di Malaysia, Tiongkok, dan negara-negara lain, telah mendorong terciptanya standar global yang sangat tinggi.

Sistem Penilaian yang Ketat

Dalam kompetisi modern, singa dinilai berdasarkan beberapa kriteria yang sangat ketat:

Tekanan untuk meraih skor sempurna dalam sistem penilaian ini memaksa tim Barongsai Baru untuk terus bereksperimen dengan lompatan yang semakin tinggi, transisi yang lebih berani, dan narasi yang lebih emosional. Inilah yang mendorong evolusi Barongsai dari pertunjukan jalanan menjadi seni akrobatik panggung.

Peran Federasi Internasional

Federasi-federasi tarian singa memainkan peran penting dalam standarisasi. Mereka mengeluarkan panduan mengenai ukuran tiang Jong, standar keamanan, dan bahkan desain kostum yang diperbolehkan dalam kompetisi. Standarisasi ini, meskipun mungkin membatasi kreativitas liar, menjamin adanya medan permainan yang adil dan meningkatkan kredibilitas Barongsai sebagai olahraga global. Berkat upaya ini, gelar juara dunia Barongsai Baru kini menjadi pencapaian yang sangat bergengsi.

Indonesia Sebagai Pusat Barongsai Baru

Indonesia, dengan warisan budaya Tionghoa yang kuat dan semangat juang yang tinggi, telah menjadi salah satu kekuatan utama dalam Barongsai Baru di Asia Tenggara. Tim-tim dari Jakarta, Semarang, dan kota-kota besar lainnya secara rutin berkompetisi dan meraih gelar di panggung internasional. Ini membuktikan bahwa akulturasi dan semangat regenerasi di Indonesia telah menghasilkan kualitas performa yang diakui dunia, menunjukkan bahwa singa Nusantara memiliki auman yang tak kalah kerasnya.

Kompetisi tidak hanya tentang memenangkan medali, tetapi juga tentang pertukaran budaya. Melalui kompetisi, tim Barongsai Baru dari Indonesia dapat bertukar teknik dengan tim dari Malaysia, Hong Kong, atau Amerika Serikat, memperkaya seni ini secara global dan memastikan bahwa Barongsai akan terus berevolusi.

Kesimpulan: Keabadian Auman Barongsai Baru

Barongsai Baru bukanlah sekadar tren sesaat; ini adalah bukti nyata dari kekuatan adaptasi budaya. Dari rangka bambu tradisional hingga serat karbon ringan, dari tarian di jalanan hingga akrobatik di atas tiang setinggi langit, tarian singa terus menemukan cara untuk memukau dan menginspirasi.

Filosofi intinya tetap tak berubah: mengusir kejahatan, membawa keberuntungan, dan merayakan kehidupan. Namun, cara penyampaiannya terus diperbarui, menggunakan teknologi modern, teknik atletik yang intensif, dan koreografi naratif yang menyentuh emosi. Barongsai Baru menjembatani jurang antara tradisi yang dihormati dan masa depan yang tak terbatas.

Di Indonesia, Barongsai Baru telah mencapai status ikonik, melambangkan keharmonisan lintas etnis dan semangat persatuan. Setiap auman drum yang keras, setiap lompatan singa yang gagah, adalah janji bahwa warisan agung ini akan terus hidup, berinovasi, dan meraung dengan megah untuk generasi-generasi mendatang.

Keagungan singa, yang diperbarui dan diperkuat oleh semangat "baru," akan terus menjadi bagian penting dari perayaan kita, membawa keberuntungan ke setiap rumah dan setiap sudut panggung dunia.

🏠 Homepage