Kecintaan dan apresiasi terhadap kopi seringkali tidak hanya sebatas kenikmatan rasa atau aroma semata. Bagi sebagian orang, ritual minum kopi bisa menjadi momen refleksi, inspirasi, bahkan sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Hal ini tercermin jelas dalam pandangan dan kebiasaan Abah Guru Sekumpul (KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani), seorang ulama kharismatik dari Martapura, Kalimantan Selatan, yang dikenal luas karena keluasan ilmunya, ketinggian spiritualnya, dan keramahannya yang tiada tara. Banyak dari kita yang pernah menyaksikan atau mendengar cerita tentang bagaimana Abah Guru Sekumpul begitu akrab dengan secangkir kopi.
Keterlibatan Abah Guru Sekumpul dengan kopi bukanlah sekadar kebiasaan pribadi, melainkan memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Beliau seringkali menikmati kopi sembari merenung, berdoa, atau bahkan dalam momen-momen penting pengajian dan pertemuan dengan para santri serta peziarah. Kehadiran kopi dalam kesehariannya seolah menjadi teman setia dalam perjalanan spiritualnya, menemani beliau dalam bermunajat dan mengabdi kepada Allah SWT.
Menurut banyak penuturan, Abah Guru Sekumpul memandang kopi sebagai salah satu nikmat Allah SWT yang luar biasa. Proses terciptanya biji kopi dari tanaman yang tumbuh di bumi, kemudian diolah menjadi minuman yang nikmat dan menyegarkan, adalah bukti nyata kebesaran dan kekuasaan Sang Pencipta. Setiap tegukan kopi bisa menjadi pengingat akan karunia-Nya yang patut disyukuri. Beliau mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, sekecil apapun itu, merupakan tanda kekuasaan dan kasih sayang Allah yang harus direnungi.
Dalam pandangan Abah Guru, kopi yang diseduh dengan air kemudian menjadi minuman, mengingatkan pada proses penciptaan manusia dari air. Ia juga seringkali mengaitkan rasa pahit kopi dengan cobaan hidup yang terkadang harus dihadapi oleh seorang mukmin. Namun, seperti halnya rasa pahit kopi yang pada akhirnya memberikan kenikmatan tersendiri, cobaan hidup pun jika dihadapi dengan sabar dan tawakal akan mendatangkan hikmah dan pahala yang besar dari Allah SWT.
Bagi para santri dan orang-orang terdekat Abah Guru, ritual minum kopi bersama beliau memiliki makna tersendiri. Seringkali, saat disuguhkan kopi, Abah Guru akan berdoa terlebih dahulu, memohon keberkahan atas minuman tersebut dan atas orang yang menyajikannya. Doa-doa beliau yang tulus menjadikan setiap tegukan kopi seolah mengandung barokah yang menentramkan hati dan memberikan energi positif. Kopi bukan hanya sekadar pelepas dahaga, melainkan telah bertransformasi menjadi media untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui rasa syukur dan doa.
Cerita-cerita tentang Abah Guru Sekumpul yang menawarkan kopi kepada tamu-tamunya dengan senyuman hangat juga menunjukkan betapa beliau menghargai setiap pertemuan dan setiap nikmat. Ia mengajarkan bahwa dalam menyajikan sesuatu, termasuk kopi, hendaknya dilakukan dengan ikhlas dan penuh adab, sehingga memberikan kesan dan keberkahan bagi semua yang terlibat.
"Setiap tegukan kopi adalah pengingat nikmat Allah. Maka syukurilah." (Kutipan yang sering dikaitkan dengan pandangan Abah Guru Sekumpul)
Lebih dari sekadar rasa dan aroma, kopi bagi Abah Guru Sekumpul adalah sebuah simbol. Simbol syukur atas nikmat, simbol kesabaran dalam menghadapi kepahitan, dan simbol kehangatan dalam setiap pertemuan. Ia mengajarkan bahwa segala sesuatu, termasuk minuman sederhana seperti kopi, bisa menjadi sarana untuk meningkatkan spiritualitas dan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, asalkan diniatkan dengan benar dan dihayati setiap prosesnya.
Oleh karena itu, ketika kita menikmati secangkir kopi, mari kita coba merenungi pesan-pesan luhur dari Abah Guru Sekumpul. Jadikan momen itu sebagai waktu untuk bersyukur, merenung, dan meningkatkan kualitas diri. Semoga dengan menghayati nilai-nilai yang diajarkan oleh beliau, kita dapat menemukan keberkahan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kenikmatan sederhana secangkir kopi.