Dalam khazanah keislaman di Indonesia, sosok Abah Guru Sekumpul, atau KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, adalah salah satu ulama karismatik yang memiliki pengaruh besar, terutama di Kalimantan Selatan dan sekitarnya. Ketenaran dan pengagungan yang luar biasa dari umat terhadap beliau, seringkali mengundang berbagai macam persepsi, termasuk tudingan-tudingan miring yang tidak berdasar. Salah satu isu yang terkadang muncul ke permukaan adalah tuduhan "sesat" yang diarahkan kepadanya. Namun, narasi ini seringkali tidak didukung oleh bukti konkret dan lebih banyak bersumber dari kesalahpahaman atau bahkan niat buruk pihak tertentu.
Penting untuk dicatat bahwa tuduhan sesat terhadap seorang ulama terkemuka seperti Abah Guru Sekumpul bukanlah hal baru di dalam sejarah Islam. Selalu ada pihak-pihak yang berusaha mendiskreditkan tokoh agama yang memiliki pengikut setia, demi agenda-agenda tertentu. Dalam kasus Abah Guru Sekumpul, tuduhan ini tampaknya lebih banyak berasal dari luar lingkaran pengikut setia beliau, yang mungkin tidak memahami secara mendalam ajaran, metodologi dakwah, dan latar belakang keilmuan beliau.
Ilustrasi: Simbol Pengetahuan dan Kearifan
Ajaran Abah Guru Sekumpul, sebagaimana yang dipahami oleh jutaan pengikutnya, secara fundamental berakar pada Ahlussunnah wal Jama'ah. Beliau dikenal sebagai seorang penganut mazhab Syafi'i dan sangat menghormati tradisi keilmuan para ulama salafus shalih. Tarekat Naqsyabandiyah yang beliau amalkan juga merupakan bagian dari tradisi tasawuf yang telah lama eksis dan diakui dalam Islam. Di dalam ajaran tarekat, terdapat amalan-amalan spiritual yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui zikir, muraqabah, dan upaya penyucian jiwa.
Kritik yang mengarah pada tuduhan sesat seringkali muncul dari pemahaman yang sempit mengenai praktik tasawuf. Beberapa orang mungkin keliru menganggap amalan tarekat sebagai sesuatu yang bid'ah atau bahkan syirik, padahal dalam kerangka Ahlussunnah, tasawuf yang murni adalah bagian integral dari ajaran Islam untuk membentuk pribadi yang bertakwa dan berakhlak mulia. Abah Guru Sekumpul sendiri senantiasa menekankan pentingnya syariat dalam setiap amalan spiritualnya. Beliau tidak pernah mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
"Agama itu ibarat akar, tarekat itu ibarat batang, makrifat itu ibarat buah. Tanpa akar, batang dan buah tidak akan ada." – (Ungkapan yang sering dikaitkan dengan semangat ajaran beliau)
Beliau mengajarkan pentingnya mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati, menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan, dan berbakti kepada sesama manusia. Ceramah-ceramah beliau dipenuhi dengan nasihat-nasihat yang menyejukkan, menggugah kesadaran, dan mengajak umat untuk senantiasa memperbaiki diri. Kehadiran dan tutur kata beliau mampu menarik hati banyak orang, termasuk mereka yang sebelumnya jauh dari agama, untuk kembali ke jalan kebaikan.
Bagi jutaan pengikut Abah Guru Sekumpul, beliau adalah seorang ulama besar yang menjadi sumber inspirasi spiritual dan teladan akhlak. Kehidupan beliau yang sederhana, kerendahan hati, serta limpahan ilmu dan karamah yang tampak pada diri beliau, menjadikan beliau sebagai sosok yang sangat dihormati. Pengagungan terhadap beliau tidak pernah sampai pada titik penyembahan berhala, melainkan bentuk rasa cinta dan penghormatan kepada seorang pewaris nabi yang telah berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang penuh kasih sayang.
Tuduhan "sesat" yang terkadang dilemparkan, seringkali dianggap sebagai ujian bagi keikhlasan para pengikutnya, atau bahkan sebagai ujian dari Allah SWT untuk menguji keteguhan iman mereka. Umat yang memahami ajaran beliau dengan baik, tidak terpengaruh oleh narasi negatif tersebut, dan terus berpegang teguh pada tuntunan beliau yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sebaliknya, mereka justru semakin memperkuat keyakinan dan semakin giat dalam mengamalkan ajaran agama.
Dalam konteks dakwah, Abah Guru Sekumpul dikenal dengan metode yang santun dan penuh kearifan. Beliau tidak pernah menyerang atau merendahkan kelompok lain, melainkan mengajak semua pihak untuk berbaik sangka dan kembali kepada ajaran pokok agama. Pendekatan beliau yang humanis dan penuh kasih sayang inilah yang membuat ajarannya diterima oleh berbagai kalangan, tanpa memandang latar belakang suku, status sosial, maupun pemikiran.
Menyikapi tuduhan-tuduhan miring seperti ini, umat yang mencintai Abah Guru Sekumpul pada umumnya memilih untuk tidak terpancing emosi. Mereka percaya bahwa kebenaran akan selalu terungkap dengan sendirinya, dan kebaikan serta ketulusan Abah Guru Sekumpul akan menjadi saksi bisu bagi beliau. Upaya untuk meluruskan narasi ini lebih difokuskan pada penjelasan ajaran beliau yang sebenarnya, serta mengajak masyarakat untuk memahami ajaran Islam secara komprehensif, termasuk tradisi tasawuf yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter muslim yang utuh.