Nama KH. Ahmad Zuhdiannoor, atau yang lebih akrab disapa Buya Sekumpul, bergema kuat di hati jutaan umat Islam, khususnya di Kalimantan Selatan. Beliau bukan sekadar ulama, melainkan sosok inspiratif yang kehadirannya membawa cahaya pencerahan dan ketenangan. Warisan intelektual dan spiritualnya terus hidup, menuntun langkah para santri dan masyarakat luas dalam memahami ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Lahir di Martapura, sebuah kota yang dikenal sebagai serambi Mekkah-nya Kalimantan, Buya Sekumpul tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nuansa keagamaan. Ayahandanya, KH. Anang Ramli, merupakan seorang ulama terkemuka, yang turut membentuk karakter dan pemahaman agama Buya sejak dini. Pendidikan formal dan non-formal ditempuhnya dengan tekun, mengkaji kitab-kitab kuning dan mendalami berbagai cabang ilmu agama.
Sejak usia muda, Buya Sekumpul telah menunjukkan kecerdasan dan kedalaman pemahaman agama yang luar biasa. Beliau tidak hanya menguasai ilmu fiqih, tafsir, dan hadis, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik. Gaya ceramahnya yang lugas, mudah dipahami, dan penuh hikmah membuatnya disukai oleh berbagai kalangan. Tanpa terasa, ribuan jamaah selalu memadati majelis taklim beliau, baik di kediamannya di Sekumpul maupun di berbagai tempat lainnya.
Salah satu kunci kepopuleran dan pengaruh Buya Sekumpul adalah metode pengajarannya yang unik. Beliau mampu menyajikan ajaran Islam yang kompleks menjadi sesuatu yang sederhana dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatannya yang humanis, penuh kasih sayang, dan tanpa menghakimi, membuat siapapun merasa nyaman untuk belajar dan bertanya. Beliau tidak hanya mengajarkan teks-teks keagamaan, tetapi juga mencontohkan akhlak mulia dan keteladanan dalam setiap aspek kehidupannya.
Majelis taklim yang beliau pimpin menjadi pusat kegiatan keagamaan dan spiritual bagi masyarakat. Di sana, tidak hanya ilmu agama yang dibagikan, tetapi juga nilai-nilai moral, sosial, dan kebangsaan. Buya Sekumpul mengajarkan pentingnya menjaga persatuan, menghormati sesama, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Pengaruhnya meluas hingga ke pelosok negeri, bahkan hingga ke luar negeri, melalui jamaah yang datang dari berbagai daerah dan negara.
Meskipun Buya Sekumpul dikenal lebih banyak melalui ceramah dan pengajian lisan, namun warisan intelektualnya tersimpan dalam rekaman-rekaman pengajian dan berbagai kitab yang ia kuasai serta sering dijadikan rujukan. Kumpulan tausiyah dan kajian beliau yang dihimpun oleh para santri menjadi sumber ilmu yang berharga. Materi-materi tersebut mencakup berbagai topik, mulai dari akidah, ibadah, muamalah, akhlak, hingga tafsir Al-Qur'an dan hadis.
Lebih dari sekadar materi keagamaan, Buya Sekumpul juga mengajarkan pentingnya keseimbangan antara dunia dan akhirat. Beliau menekankan bahwa ibadah tidak hanya terbatas pada ritual semata, tetapi juga tercermin dalam setiap tindakan positif yang dilakukan untuk kebaikan umat dan bangsa. Semangat kewirausahaan dan kemandirian juga sering beliau selipkan dalam tausiyahnya, mendorong umat untuk tidak hanya menjadi penerima, tetapi juga pemberi manfaat.
Bagi banyak orang, Buya Sekumpul adalah sosok waliyullah, seorang kekasih Allah yang dianugerahi karomah. Namun, beliau sendiri selalu mengajarkan kerendahan hati dan menegaskan bahwa segala kebaikan datangnya hanya dari Allah SWT. Beliau adalah contoh nyata bagaimana seorang ulama dapat menjadi panutan yang dicintai dan dihormati oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang suku, ras, maupun latar belakang sosial.
Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam, namun semangat dan ajaran-ajarannya terus hidup. Ribuan santri yang dididik olehnya kini tersebar di berbagai penjuru, melanjutkan estafet perjuangan dakwah dan pendidikan Islam. Makam beliau di Sekumpul, Martapura, pun menjadi salah satu tempat ziarah spiritual yang ramai dikunjungi oleh para peziarah yang ingin mendoakan dan meneladani jejak langkah beliau. Buya Sekumpul telah membuktikan bahwa dakwah yang tulus dan penuh kasih sayang akan selalu meninggalkan jejak abadi di hati umat.