Untuk memastikan Barongan tetap lestari, kelompok SMB harus mengatasi tantangan abad ke-21: digitalisasi, globalisasi, dan perubahan nilai-nilai sosial. Pelestarian bukan berarti membiarkannya kaku, tetapi membuatnya relevan tanpa mengorbankan inti spiritualnya.
8.1. Mengintegrasikan Teknologi
Banyak SMB yang kini memanfaatkan teknologi digital. Mereka merekam pertunjukan mereka dalam kualitas tinggi, membuat saluran YouTube, dan menggunakan media sosial untuk membangun basis penggemar global. Digitalisasi membantu dokumentasi Barongan, memastikan bahwa jika tradisi lisan mulai memudar, masih ada arsip visual dan audio yang lengkap. Selain itu, platform digital memungkinkan SMB untuk mengadakan kelas daring, mengajarkan irama gamelan atau gerakan dasar Jathilan kepada diaspora Indonesia di luar negeri.
8.2. Pendidikan Formal dan Non-Formal
Inisiatif terpenting bagi masa depan Barongan adalah integrasi ke dalam kurikulum pendidikan, baik di sekolah formal (sebagai kegiatan ekstrakurikuler atau mata pelajaran seni budaya) maupun melalui sanggar-sanggar non-formal yang dikelola SMB. Dengan memperkenalkan Barongan sejak dini, kelompok SMB dapat menanamkan kecintaan dan rasa bangga terhadap warisan lokal. Program mentorship yang kuat, di mana Warok senior mengajarkan pengetahuan spiritual kepada pemuda, adalah kunci keberhasilan regenerasi.
8.3. Konservasi Kualitas Spiritual
Tantangan terbesar yang dihadapi Barongan SMB adalah risiko komersialisasi berlebihan. Ketika Barongan terlalu sering dipentaskan untuk tujuan turis atau acara komersial, ada risiko bahwa aspek spiritual (ritual, sesaji, dan kesakralan trance) akan dikorbankan demi efisiensi waktu dan daya tarik visual. Tugas pemimpin SMB adalah menjadi filter, memastikan bahwa setiap pementasan tetap mempertahankan integritas filosofisnya, sehingga Barongan tidak tereduksi menjadi sekadar tarian topeng biasa, melainkan tetap menjadi ritual yang mengandung energi purba.
Pelestarian Barongan harus menjadi gerakan kolektif. Ini memerlukan dukungan dari keluarga, komunitas, pemerintah daerah, dan tentu saja, dedikasi tanpa henti dari setiap anggota SMB. Barongan adalah cerminan kekayaan budaya yang tak ternilai, sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan roh masa lalu dan janji masa depan yang kaya tradisi.
Setiap tabuhan kendang, setiap auman Singo Barong, dan setiap langkah lincah Jathilan, semuanya merupakan narasi abadi tentang identitas Indonesia. Barongan SMB, sebagai penjaga tradisi, memastikan bahwa api budaya ini akan terus menyala terang, menerangi jalan bagi generasi mendatang untuk memahami siapa mereka dan dari mana mereka berasal.
Melalui kerja keras dan pengabdian anggota SMB, Barongan akan terus memukau, mengajarkan, dan memberikan energi spiritual yang tak tergantikan bagi bangsa ini. Ini adalah warisan yang harus dijaga dengan segenap jiwa dan raga, karena di dalamnya tersimpan kearifan yang tak lekang dimakan waktu.
Kesinambungan ini didasarkan pada tiga pilar utama: kedisiplinan (fisik dan mental), spiritualitas (penghormatan terhadap leluhur dan kekuatan gaib), dan komunitas (solidaritas antar anggota SMB). Selama ketiga pilar ini berdiri tegak, selama itu pula Singo Barong akan terus menari di bumi Nusantara.
Pengabdian tanpa pamrih para seniman, yang rela mengorbankan waktu dan tenaga mereka untuk berlatih dan tampil, merupakan inti dari kekuatan SMB. Mereka tidak hanya melestarikan seni, tetapi juga sebuah cara pandang terhadap dunia—cara pandang yang menghargai keseimbangan, kekuatan spiritual, dan kekayaan sejarah yang terkandung dalam setiap detail Barongan.
Dengan demikian, Barongan SMB bukanlah sekadar organisasi; ia adalah pewaris sah dari mitologi kuno, penjaga ritme Gamelan mistis, dan jembatan keabadian budaya Indonesia yang tak terpisahkan dari identitas nasional.
Warisan ini menuntut tanggung jawab kolektif. Setiap individu yang menikmati pertunjukan Barongan, yang membeli topeng dari pengrajin lokal, atau yang sekadar mempelajari sejarahnya, turut andil dalam menjaga warisan ini tetap hidup. Barongan adalah energi yang harus dialirkan, bukan sekadar dipajang.
Proses kreatif dalam SMB Barongan juga mencerminkan adaptasi filosofis. Misalnya, ketika Barongan ditampilkan di wilayah yang mayoritas muslim, para pemimpin SMB secara bijaksana menggeser interpretasi spiritual dari animisme murni ke arah penghormatan pada kearifan lokal dan doa Islami (seperti sholawat) yang dibawakan dalam irama Gamelan. Fleksibilitas ini memastikan penerimaan komunitas dan keberlanjutan tradisi tanpa kehilangan intensitas pertunjukannya.
Penguatan SMB di tingkat desa dan kelurahan adalah strategi terbaik. Dengan memberikan otonomi dan dukungan dana yang cukup kepada kelompok-kelompok kecil ini, Barongan dapat berkembang secara organik, mencerminkan kekhasan lokal masing-masing daerah. Barongan dari Blora akan memiliki karakter yang berbeda dengan Barongan dari Kediri atau Ponorogo, dan keragaman inilah yang menjadi kekuatan budaya Indonesia.
Pada akhirnya, keajaiban Barongan terletak pada kemampuannya untuk menyentuh sisi primal manusia, menggabungkan rasa takut, hormat, kegembiraan, dan kontemplasi. Ini adalah seni yang melampaui bahasa, menjadikannya warisan global yang berasal dari kekayaan bumi Nusantara dan dilestarikan oleh dedikasi tanpa batas dari Barongan SMB.