Daftar Isi Artikel Mendalam
- Pendahuluan: Definisi Satrio Mudo
- Akar Historis dan Filosofis Jaranan
- Transformasi Gaya dan Estetika Baru
- Anatomi Karakter Kunci Satrio Mudo
- Gamelan dan Irama Dinamis (Gending Anyar)
- Aspek Spiritual dan Warisan Kejawen
- Detail Gerak dan Koreografi Modern
- Evolusi Tata Busana dan Perlengkapan
- Pewarisan Seni di Tengah Generasi Z
- Tantangan dan Prospek Masa Depan
- Menyimpulkan Semangat Satrio Mudo
Pendahuluan: Satrio Mudo sebagai Manifestasi Keberanian Kontemporer
Barongan Satrio Mudo, atau sering disingkat BSM, bukanlah sekadar nama kelompok kesenian; ia adalah sebuah manifestasi budaya yang dinamis dan representasi nyata dari upaya pelestarian yang berani melakukan inovasi. Dalam konteks kesenian Jaranan atau Reog yang berakar kuat di Jawa Timur, khususnya wilayah Kediri, Blitar, dan sekitarnya, istilah ‘Satrio Mudo’ merujuk pada ‘Ksatria Muda’—sebuah simbolisasi semangat generasi penerus yang membawa tradisi ke medan kontemporer dengan energi, kecepatan, dan kreativitas yang tak terbatas. BSM telah berhasil menarik perhatian luas, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga nasional, melalui platform digital, menunjukkan bagaimana seni tradisi dapat beradaptasi dan tetap relevan di tengah hiruk-pikuk modernitas.
Barongan, simbol kekuatan utama dalam pertunjukan Jaranan, kini tampil dengan desain yang lebih ramping dan agresif, sesuai dengan semangat 'Satrio Mudo'.
BSM tidak hanya fokus pada ritual dan pementasan murni tradisi masa lalu. Mereka mengambil esensi spiritual Jaranan, namun membungkusnya dalam kemasan yang lebih menarik bagi audiens muda. Ini melibatkan koreografi yang lebih energik, penggunaan musik yang dikombinasikan antara Gamelan klasik dan elemen modern (seperti bass drum yang kuat dan keyboard), serta tata busana yang lebih rapi, terstruktur, dan seringkali didominasi oleh warna-warna cerah dan kontras yang mencerminkan kedinamisan kaum muda. Ini adalah sebuah upaya reinterpretasi, di mana nilai-nilai kearifan lokal tidak hilang, tetapi diperbarui agar resonansinya lebih kuat.
Penting untuk dicatat bahwa dalam konteks Satrio Mudo, elemen ‘Barongan’ merujuk pada figur Singo Barong, kepala singa raksasa yang merupakan ikonografi utama. Namun, dalam BSM, Barongan tersebut seringkali menjadi titik fokus utama yang mendemonstrasikan keahlian gerak dan olah kanuragan. Kelompok ini menekankan pada penampilan yang bersih, terkoordinasi, dan memiliki narasi panggung yang jelas, sebuah pendekatan yang sedikit berbeda dari pementasan Jaranan ‘tradisional’ yang kadang lebih mengutamakan aspek trans dan improvisasi spontan.
Semangat ‘Satrio Mudo’ mengandung makna filosofis yang mendalam: ksatria muda adalah mereka yang berani menghadapi perubahan, berpegang pada kehormatan, namun siap untuk berinovasi. Mereka adalah penjaga warisan yang tidak takut untuk bereksperimen. Transformasi inilah yang akan kita bahas secara rinci, melihat bagaimana BSM menjadi model bagi kelompok seni tradisional lainnya di Indonesia untuk bertahan dan berkembang di era globalisasi.
Akar Historis dan Filosofis Jaranan: Kontinuitas Budaya
Untuk memahami sepenuhnya fenomena Barongan Satrio Mudo, kita harus kembali ke akar kesenian Jaranan, atau yang dikenal juga sebagai Kuda Lumping atau Jathilan. Kesenian ini memiliki sejarah yang panjang dan bervariasi di seluruh Jawa, namun di Jawa Timur, ia erat kaitannya dengan kisah kepahlawanan, ritual pertanian, dan tentu saja, mitologi Singo Barong yang sering diasosiasikan dengan Reog Ponorogo atau Jaranan Thek Kediri.
Hubungan dengan Reog dan Jaranan Klasik
Satrio Mudo mengambil banyak elemen fundamental dari tradisi Jaranan klasik. Struktur pementasannya umumnya melibatkan beberapa karakter inti: Barongan (Singo Barong), Jathil (penari kuda kepang), Bujang Ganong (penari lincah berhidung panjang), dan Warok (pengawal/pemimpin). Warisan gerak dasar, seperti ‘obyok’ (gerakan menghentak kaki) dan ‘jempeng’ (loncatan), tetap menjadi tulang punggung koreografi BSM. Namun, Satrio Mudo cenderung memadatkan durasi ritual, mempercepat tempo pertunjukan, dan memfokuskan panggung pada sinergi antar penari, bukan hanya demonstrasi kekuatan individu.
Filosofi utama di balik Jaranan adalah Manunggaling Kawula Gusti (bersatunya hamba dengan pencipta) dan konsep mikrokosmos-makrokosmos. Dalam konteks Barongan, Singo Barong melambangkan kekuatan alam semesta yang liar, yang harus dikendalikan oleh manusia. BSM mereplikasi filosofi ini, tetapi menafsirkannya sebagai ‘pengendalian diri’ dan ‘disiplin’ yang harus dimiliki oleh ksatria muda. Mereka mentransformasikan energi transendental (kesurupan) menjadi energi artistik yang terarah. Meskipun aspek *ndadi* (kerasukan) masih menjadi bagian integral dari pertunjukan mereka, penekanannya kini lebih diseimbangkan dengan presentasi panggung yang terencana dan estetis.
Konsep Satrio Mudo dalam Kosmologi Jawa
Istilah Satrio Mudo sendiri sangat kental dengan ideologi Jawa. Satrio (Ksatria) melambangkan pemimpin ideal yang memiliki budi luhur, berani, dan berpegang teguh pada etika. Mudo (Muda) menambahkan dimensi kecepatan, kelincahan, dan potensi yang belum teruji sepenuhnya. Dalam pandangan BSM, menjadi ksatria muda berarti:
- Kedisiplinan: Latihan yang keras dan teratur.
- Integritas Artistik: Menghormati pakem (aturan baku) sambil mencari gaya baru.
- Koneksi Sosial: Menggunakan seni sebagai alat pemersatu komunitas.
- Ketahanan: Mampu menghadapi kritik dan terus berinovasi.
Pendalaman terhadap akar historis ini juga menyentuh peran penting Warok. Warok, yang secara tradisional adalah penjaga spiritual dan pelindung komunitas, dalam konteks Satrio Mudo berperan ganda: sebagai guru spiritual dan sekaligus manajer artistik. Mereka memastikan bahwa meskipun estetika panggung berubah, ritual sebelum pertunjukan (seperti membakar dupa, sesaji, dan doa-doa) tetap dijalankan dengan khidmat. Konsistensi dalam ritual inilah yang menjadi benang merah antara Satrio Mudo dengan Jaranan leluhur, sebuah jaminan bahwa inovasi yang dilakukan tidak mengorbankan sakralitas kesenian tersebut. Warisan ini, yang ditekankan dalam setiap sesi latihan dan pementasan, menjamin transmisi nilai-nilai filosofis, bukan sekadar gerakan fisik yang kosong makna.
Lebih jauh lagi, pemahaman mendalam tentang simbolisme warna dan motif dalam kostum klasik tetap dipertahankan, meskipun dengan sentuhan modern. Misalnya, dominasi warna Merah (keberanian, semangat) dan Hitam (kesaktian, mistis) yang sering dijumpai dalam Jaranan, diperkuat oleh aksen Emas atau Perak yang mengesankan kemewahan dan status ksatria. BSM secara sadar menggunakan palet warna ini untuk memperkuat narasi visual tentang ksatria muda yang siap bertempur, baik dalam arti harfiah maupun kiasan, melawan kejumudan dan ketertinggalan budaya. Penggunaan warna yang sangat detail ini membutuhkan pemahaman akan pakem lama, yang kemudian dimodifikasi agar sesuai dengan pencahayaan panggung modern dan kamera video digital, menunjukkan pertimbangan visual yang cermat dalam setiap aspek pertunjukan.
Kaitan Jaranan dengan ritual pertanian juga penting. Meskipun BSM tampil di panggung modern, esensi doa untuk kesuburan dan keselamatan komunitas tetap ada dalam ritual pembuka. Jaranan di masa lalu sering ditarikan setelah musim panen sebagai ungkapan syukur. Satrio Mudo membawa esensi rasa syukur ini ke dalam konteks yang berbeda—syukur atas bakat yang dimiliki, dan syukur atas kesempatan untuk melestarikan budaya. Ini menunjukkan bahwa meskipun bentuknya telah berubah menjadi hiburan masal, fungsi spiritualnya sebagai jembatan antara manusia dan alam gaib (atau Sang Pencipta) tetap terpelihara, hanya saja disampaikan melalui medium yang lebih berorientasi pada pertunjukan dan seni panggung.
Transformasi Gaya dan Estetika Baru: Kecepatan dan Ketepatan
Ciri khas yang membedakan Barongan Satrio Mudo dari banyak kelompok Jaranan lain adalah transformasinya dalam hal kecepatan gerak, ketepatan koreografi, dan penggunaan estetika panggung yang lebih tertata rapi. Ini adalah upaya sadar untuk mengatasi persepsi bahwa seni tradisional harus lambat atau serampangan.
Koreografi Berbasis Panggung
Di Jaranan tradisional, durasi pertunjukan bisa sangat panjang dan sering didominasi oleh segmen improvisasi yang berujung pada *ndadi*. BSM menyajikan pertunjukan yang lebih padat dan terstruktur. Fokusnya bergeser dari durasi yang panjang menuju intensitas yang tinggi. Koreografi dirancang seperti sebuah tarian panggung, di mana setiap penari, mulai dari Jathil hingga Bujang Ganong, memiliki *blocking* yang jelas dan transisi yang mulus. Ini adalah perpaduan yang rumit: menjaga keaslian gerak Jaranan (seperti hentakan kaki yang kuat dan gerak kuda yang energik) sambil memasukkan unsur-unsur tarian modern yang menuntut sinkronisasi tinggi.
Salah satu inovasi terbesar BSM adalah penekanan pada gerakan kelompok (sinkronisasi Jathil) yang jauh lebih presisi. Mereka melatih penari untuk bergerak sebagai satu kesatuan, suatu hal yang membutuhkan disiplin tinggi dan latihan berulang. Penekanan pada sinkronisasi ini memberikan dampak visual yang sangat kuat, terutama saat dilihat melalui video yang diunggah ke media sosial, di mana audiens global dapat langsung mengapresiasi kerapian dan profesionalisme mereka.
Peran Dinamis Bujang Ganong
Karakter Bujang Ganong (sering juga dipanggil Ganongan) dalam BSM mengalami peningkatan peran. Secara tradisional, Ganongan berfungsi sebagai penghibur yang lincah dan jenaka, serta pengantar antara babak. Dalam BSM, Ganongan menjadi pusat energi yang menampilkan akrobatik yang lebih berani dan seringkali melibatkan teknik parkour dasar. Kecepatan dan kelincahannya digunakan untuk membangun narasi yang lebih dramatis, sering kali bertarung dengan Barongan atau menjadi penghubung narahubung antara penonton dan pertunjukan. Ekspresi wajah topeng Ganongan, yang selalu bersemangat, disalurkan melalui gerak tubuh yang ekstrem, menegaskan peran Satrio Mudo sebagai pelopor yang tidak pernah diam.
Transformasi estetika ini juga terlihat dari bagaimana BSM mengelola Barongan itu sendiri. Meskipun Barongan masih besar dan berat, para penari Barongan BSM dilatih untuk melakukan manuver yang lebih cepat dan melibatkan interaksi fisik yang lebih intens dengan penari lainnya. Mereka menari Barongan tidak hanya sebagai simbol kekuatan pasif, tetapi sebagai entitas yang hidup, merespons setiap irama musik dengan gerakan kepala yang tajam dan hentakan kaki yang bertenaga. Penggunaan tali atau pengikat pada Barongan juga dimodifikasi untuk memungkinkan kontrol yang lebih baik saat melakukan gerakan-gerakan ekstrem, sebuah penyesuaian teknis yang krusial untuk keamanan dan kualitas visual panggung modern.
Desain visual kostum, meskipun tetap mengacu pada pakem, mengalami penyegaran material. Penggunaan bahan yang lebih ringan namun tahan lama, serta ornamen yang lebih berkilau (payet, manik-manik, dan bordir yang mendetail), memastikan bahwa setiap gerakan memantulkan cahaya panggung dengan dramatis. Hal ini penting karena BSM sering tampil dalam acara-acara besar yang menggunakan pencahayaan modern yang intens. Perhatian terhadap detail visual ini—mulai dari kerapian ikat kepala Jathil hingga kualitas ukiran topeng Bujang Ganong—adalah bukti dari profesionalisme baru yang dibawa oleh semangat Satrio Mudo.
Pendekatan terhadap tata rias juga mengalami perubahan yang signifikan. Alih-alih tata rias yang sederhana, BSM mengadopsi teknik tata rias panggung yang lebih kuat, menggunakan kontur dan warna yang jelas agar ekspresi wajah penari (terutama yang tidak menggunakan topeng) tetap terlihat jelas dari jarak jauh, bahkan di bawah sorotan lampu yang intens. Hal ini menunjukkan pergeseran dari sekadar pertunjukan ritual menjadi sebuah tontonan teater yang dikemas secara profesional, di mana setiap penari harus memproyeksikan karakter mereka secara visual kepada audiens yang lebih besar dan beragam.
Perubahan ini, meskipun tampak hanya bersifat kosmetik, sebenarnya mencerminkan perubahan filosofis yang mendalam: kesenian tradisional berhak mendapatkan presentasi terbaik, sama seperti genre seni modern lainnya. Satrio Mudo membuktikan bahwa kualitas teknis dan disiplin profesional dapat berjalan seiring dengan pelestarian nilai-nilai luhur, menjadikan Jaranan sebagai bentuk seni pertunjukan yang tak kalah memukau dibandingkan tarian kontemporer manapun di dunia.
Perhatian terhadap detail koreografi juga meluas hingga ke urutan pertunjukan. BSM sering kali memulai dengan pementasan yang sangat sinkron dan cepat, membangun energi hingga klimaks, baru kemudian berlanjut ke bagian yang lebih ritualistik atau improvisasi. Urutan ini dirancang untuk memikat penonton dengan kecepatan dan keterampilan teknis sebelum membawa mereka lebih dalam ke aspek spiritual dari Jaranan. Struktur naratif yang ketat ini merupakan penyesuaian yang cerdas untuk audiens yang terbiasa dengan kecepatan konsumsi media digital. Mereka menyediakan "pukulan visual" instan yang menarik perhatian, sekaligus mempertahankan kedalaman budaya yang membuat pertunjukan tersebut bermakna. Inilah inti dari strategi BSM: menguasai media modern untuk menyebarkan tradisi kuno.
Anatomi Karakter Kunci Satrio Mudo: Peran dan Simbolisme
Dalam pementasan Barongan Satrio Mudo, setiap karakter memiliki peran yang terstruktur dan simbolisme yang diperkuat melalui kostum dan gerak. Transformasi BSM tidak menghilangkan karakter-karakter ini, melainkan memberi mereka definisi peran yang lebih tajam di atas panggung.
1. Singo Barong (Sang Raja Hutan)
Singo Barong adalah jiwa dari Jaranan. Dalam BSM, topeng Barongan seringkali lebih ringan dari versi klasik, memungkinkan penari (disebut juga Barong) untuk bergerak dengan kecepatan yang menantang batas. Singo Barong melambangkan kekuatan mistik, keberanian tak tertandingi, dan otoritas. Penari Barongan BSM harus memiliki stamina luar biasa, karena mereka tidak hanya menahan beban topeng raksasa tersebut, tetapi juga harus berinteraksi secara fisik dengan lantai panggung, seringkali melakukan gulingan atau jungkir balik yang dramatis. Interpretasi Satrio Mudo terhadap Barongan menekankan pada keagungan yang tidak kaku, melainkan dinamis dan siap menghadapi pertempuran.
2. Jathil (Kuda Kepang)
Jathil, penari kuda lumping, merepresentasikan pasukan ksatria. Dalam konteks Satrio Mudo, Jathil adalah inti dari kedisiplinan koreografi. Jika dalam Jaranan lama Jathil sering menari solo atau berpasangan, BSM mengutamakan formasi massal yang sempurna. Jathil melambangkan kesetiaan, persatuan, dan keindahan gerak. Kostum Jathil BSM seringkali sangat meriah, dengan selendang dan rambut palsu yang panjang dan berwarna-warni, memberikan efek visual yang dramatis saat mereka melakukan gerakan 'obyok' (menghentak) atau 'keprak' (menghantamkan kaki) yang cepat dan serentak. Filosofi Jathil adalah bahwa kekuatan sejati berasal dari kesatuan, sebuah pesan yang sangat relevan bagi komunitas muda.
3. Bujang Ganong (Sang Pengawal Lincah)
Bujang Ganong dikenal dengan topengnya yang unik, berhidung mancung, mata melotot, dan senyum lebar. Ia melambangkan energi, kecerdasan, dan kelincahan yang diperlukan untuk menghadapi masalah. Ganongan di BSM adalah penari akrobatik yang utama. Ia seringkali menjadi "wajah" yang paling dikenali dari kelompok tersebut karena kemampuannya melakukan lompatan tinggi, putaran cepat, dan interaksi yang kocak dengan audiens sebelum kembali ke peran seriusnya sebagai pengawal raja. Perannya di BSM adalah menyeimbangkan keagungan Barongan dengan elemen humor dan kecepatan, menjadikannya jembatan yang efektif antara tradisi yang sakral dengan hiburan yang ringan.
4. Warok (Pimpinan dan Pelindung)
Warok adalah karakter yang paling dekat dengan aspek spiritual dan kepemimpinan. Secara tradisional, Warok adalah sosok yang dihormati. Dalam Satrio Mudo, Warok berfungsi sebagai komandan dan pelindung spiritual bagi semua penari, terutama saat terjadi *ndadi*. Mereka adalah penjaga *pakem* (aturan) dan memastikan transisi antara segmen hiburan dan ritual berjalan mulus. Meskipun mereka mungkin tidak menari dengan gerakan akrobatik, kehadiran Warok memberikan rasa stabilitas dan otoritas yang menjaga integritas pertunjukan BSM, mengingatkan audiens bahwa di balik pertunjukan yang modern terdapat tradisi yang dalam.
Kombinasi dari keempat karakter ini menciptakan sebuah ekosistem pementasan yang kaya. BSM berhasil memaksimalkan potensi konflik dan kolaborasi antar karakter. Misalnya, adegan pertempuran antara Singo Barong dan Bujang Ganong seringkali menjadi puncak dramatis, yang disaksikan oleh barisan Jathil yang disiplin. Penyempurnaan interaksi antar karakter ini membutuhkan latihan teater yang intens, menunjukkan dedikasi BSM tidak hanya pada tarian, tetapi juga pada seni pertunjukan secara keseluruhan.
Dalam konteks Satrio Mudo, terdapat penambahan karakter atau interpretasi modern dari karakter lama, seperti penari cewek (sebagai Jathil) yang kini tampil dengan lebih berani dan menonjolkan keterampilan individu, sesuatu yang mungkin kurang eksplisit di Jaranan klasik yang lebih didominasi oleh penari pria yang memerankan semua peran. Inklusivitas gender dan penekanan pada kemampuan individu dalam Batasan tim ini semakin memperkuat citra ‘Ksatria Muda’ yang progresif dan setara.
Lebih jauh, interpretasi karakter dalam BSM juga dipengaruhi oleh tuntutan visual media sosial. Setiap karakter harus memiliki "momen" yang dapat diabadikan dan menjadi viral. Misalnya, pose akhir Barongan haruslah fotogenik, akrobatik Ganongan haruslah jelas, dan formasi Jathil haruslah simetris dan dramatis. Kesadaran akan bagaimana seni mereka dikonsumsi oleh audiens digital secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana setiap penari dilatih untuk memproyeksikan diri mereka, menjadikan setiap pertunjukan sebagai kombinasi seni pertunjukan panggung dan tayangan visual yang menarik. Ini menunjukkan bahwa Satrio Mudo adalah kelompok seni yang mahir tidak hanya dalam menari, tetapi juga dalam narasi visual dan pemasaran digital.
Keseimbangan antara kelincahan Ganongan dan disiplin formasi Jathil adalah kunci dinamika panggung BSM.
Gamelan dan Irama Dinamis: Gending Anyar Satrio Mudo
Salah satu faktor paling revolusioner dalam kesuksesan Barongan Satrio Mudo adalah pendekatan mereka terhadap musik pengiring. Musik, yang secara tradisional dimainkan oleh Gamelan (termasuk Kendang, Gong, Saron, dan Bonang), kini telah diinterpretasikan ulang untuk menciptakan ‘Gending Anyar’ (Irama Baru) yang sesuai dengan kecepatan dan energi Satrio Mudo.
Integrasi Alat Musik Modern
Satrio Mudo seringkali mempertahankan inti Gamelan, terutama Kendang dan Gong, karena peran ritualistik dan ritmis mereka yang krusial. Namun, mereka tidak ragu untuk menambahkan instrumen modern. Penambahan yang paling mencolok adalah penggunaan *keyboard* untuk menciptakan nuansa melodi yang lebih kaya (seringkali menyertakan efek suara modern atau vokal sintetis), dan penggunaan *bass drum* atau *snare drum* yang kuat dari set drum modern. Ini menghasilkan irama yang jauh lebih cepat, stabil, dan memiliki volume yang dapat bersaing dengan konser musik pop, memungkinkan mereka tampil di panggung besar tanpa kehilangan identitas Jaranan mereka.
Kendang, yang merupakan jantung dari ritme Jaranan, dalam BSM dimainkan dengan teknik yang lebih bertenaga dan cepat. Kendang mengomunikasikan perubahan gerakan dan emosi kepada para penari. Kecepatan tabuhan kendang BSM seringkali mencapai batas maksimal, memicu para penari untuk mempertahankan energi tinggi yang konstan. Ini adalah adaptasi yang cerdik: mempertahankan instrumen tradisional yang sakral (Kendang) sambil memaksa batas kecepatannya, sejalan dengan semangat 'Satrio Mudo' itu sendiri.
Struktur Irama dan Transisi
Gending yang dimainkan BSM biasanya memiliki struktur yang jelas:
- Gending Pembuka (Alusan): Dimulai dengan irama Gamelan yang lembut dan khidmat, seringkali untuk mengiringi ritual Warok, membangun suasana mistis sebelum pertarungan.
- Gending Tengah (Obyokan): Irama cepat dan stabil yang mengiringi tarian Jathil yang sinkron dan gerakan Barongan yang energik. Di sinilah instrumen modern dan Kendang cepat berperan dominan.
- Gending Klimaks (Gending Ndadi/Trans): Irama yang lebih repetitif, hipnotis, dan berorientasi pada bass yang berat, dirancang untuk memicu *trance* (kerasukan), meskipun dalam pementasan BSM segmen ini sering diperpendek untuk fokus pada penyelesaian koreografi yang dramatis.
Penting untuk menggarisbawahi peran vokal dalam musik BSM. Meskipun Gending tradisional Jaranan seringkali instrumental, BSM sering menyertakan sinden (penyanyi) yang menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jawa yang liriknya diperbarui. Lirik-lirik ini seringkali berisi pesan moral tentang semangat muda, pelestarian budaya, atau kritik sosial ringan, membuat pertunjukan mereka tidak hanya menghibur secara visual tetapi juga bermakna secara lisan. Penggabungan lirik modern dengan melodi tradisional ini menunjukkan keseriusan mereka dalam menjadi ‘jembatan’ antar generasi.
Selain itu, teknik aransemen musik BSM menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang komposisi musik panggung. Mereka memanfaatkan dinamika (perubahan volume dan intensitas) secara dramatis. Misalnya, sebelum aksi akrobatik Ganongan, musik mungkin tiba-tiba mereda, hanya menyisakan Kendang yang berdetak cepat, kemudian meledak kembali saat Ganongan melompat. Kontrol dinamika ini jauh lebih ketat dibandingkan Jaranan tradisional, di mana musik cenderung mengalir secara linier. Inilah yang membuat tontonan BSM terasa seperti produksi teater yang lengkap, di mana audio dan visual bekerja secara harmonis untuk menciptakan efek dramatis yang maksimal.
Kehadiran keyboard dan bass drum juga bukan hanya sekadar untuk menambah volume; mereka mengisi frekuensi suara yang hilang saat Gamelan digunakan untuk panggung terbuka. Gamelan tradisional memiliki resonansi yang indah di ruang tertutup, tetapi seringkali ‘tipis’ di ruang terbuka. Instrumen modern menambahkan fondasi ritmis yang tebal, memastikan bahwa energi musik terasa di seluruh area penonton, tidak peduli seberapa besar tempat pertunjukannya. Keputusan teknis ini adalah kunci mengapa BSM mampu memukau audiens dalam festival dan acara besar yang biasanya didominasi oleh panggung musik modern.
Gamelan klasik yang dipadukan dengan ritme modern menjadi fondasi musik energi tinggi BSM.
Aspek Spiritual dan Warisan Kejawen: Keseimbangan antara Sakral dan Sekuler
Meskipun Barongan Satrio Mudo menampilkan citra yang sangat modern dan berorientasi pada hiburan panggung, aspek spiritual yang merupakan warisan Kejawen dan animisme kuno tetap dijaga dengan ketat. Inilah yang membedakan Jaranan dari tarian biasa: energinya berasal dari koneksi spiritual yang mendalam.
Ritual Sebelum Pementasan (Ubo Rampe)
Setiap pertunjukan BSM didahului oleh ritual wajib, dipimpin oleh Warok atau sesepuh kelompok. Ritual ini melibatkan persiapan *ubo rampe* (sesaji), seperti bunga tujuh rupa, dupa atau kemenyan, kopi pahit, teh manis, dan kadang-kadang kepala ayam atau hasil bumi lainnya. Sesaji ini berfungsi untuk memohon izin dan perlindungan dari para leluhur atau danyang (roh penjaga) wilayah tersebut. Bagi anggota BSM, ritual ini adalah pengingat bahwa seni yang mereka bawakan memiliki dimensi spiritual yang tidak boleh diabaikan. Kehati-hatian dalam melaksanakan ritual ini adalah kunci untuk mempertahankan keberkahan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama terkait dengan fenomena *ndadi*.
Penerapan ritual ini secara konsisten, bahkan ketika tampil di lokasi modern dan besar, menunjukkan komitmen BSM terhadap nilai-nilai tradisi. Mereka menyadari bahwa energi pertunjukan berasal dari penghormatan terhadap alam tak kasat mata, bukan hanya dari latihan fisik. Ini mengajarkan generasi muda BSM bahwa kreativitas harus sejalan dengan etika dan spiritualitas (unggah-ungguh).
Interpretasi Fenomena Ndadi
*Ndadi* (kerasukan atau trance) adalah momen paling kontroversial dan spiritual dalam Jaranan. Dalam konteks Satrio Mudo, *ndadi* diakui sebagai bagian dari seni, tetapi dikelola secara ketat. Karena penekanan BSM adalah pada presentasi yang rapi, *ndadi* tidak selalu menjadi fokus utama, tetapi ia tetap muncul sebagai bukti keaslian dan kedalaman spiritual pertunjukan.
Manajemen *ndadi* oleh BSM seringkali melibatkan:
- Kontrol Musik: Warok dan pemain Kendang memiliki kode khusus untuk mengendalikan intensitas *ndadi* melalui ritme.
- Pengamanan: Anggota Warok atau tim keamanan yang terlatih selalu siap untuk menenangkan penari yang mengalami *ndadi* secara berlebihan, memastikan keselamatan penari dan penonton.
- Kesadaran Diri: Penari BSM dilatih untuk memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, memungkinkan mereka untuk 'menarik' kembali jiwa mereka dari kondisi trance tanpa intervensi yang dramatis.
Warisan Kejawen yang dibawa oleh BSM juga termasuk konsep sedulur papat lima pancer (empat saudara dan pusat). Ini adalah konsep tentang keseimbangan empat unsur alam di dalam diri manusia. Setiap gerakan dan setiap aspek kostum memiliki makna yang terkait dengan harmoni ini. Singo Barong mewakili api dan keberanian, Jathil mewakili tanah dan keindahan, dan Warok sebagai pusat (pancer) yang menjaga keseimbangan. Memahami konsep ini memungkinkan penari BSM untuk menyalurkan energi secara terarah, bukan hanya sekadar bergerak, tetapi menarikan sebuah filosofi kosmik.
Upaya pelestarian aspek spiritual ini juga mencakup penggunaan mantra atau doa-doa tertentu yang diucapkan sebelum dan selama pertunjukan. Doa-doa ini berfungsi sebagai penguat mental dan pelindung spiritual. Meskipun tidak terdengar oleh penonton, pengetahuan dan penggunaan mantra ini adalah bagian integral dari pelatihan seorang penari BSM yang serius. Warok memastikan bahwa setiap anggota memahami bahwa kostum dan Barongan itu sendiri adalah benda yang dihormati, yang mengandung kekuatan spiritual, dan harus diperlakukan dengan penuh penghormatan dan kerendahan hati.
Keseimbangan antara spiritualitas yang mendalam dan presentasi yang sekuler adalah tantangan terbesar sekaligus keunikan BSM. Mereka berhasil menarik penonton yang hanya mencari hiburan spektakuler, namun pada saat yang sama, mereka memberikan penghormatan yang tulus kepada tradisi leluhur. Inilah model konservasi budaya yang efektif: tidak hanya mengisolasi tradisi di ranah sakral, tetapi membawanya ke pasar hiburan tanpa menghilangkan esensi aslinya. BSM adalah bukti hidup bahwa seni tradisi dapat menjadi sakral dan sekaligus populer di mata publik modern.
Detail Gerak dan Koreografi Modern: Kekuatan dalam Kecepatan
Jika Jaranan klasik menekankan pada kekuatan dan daya tahan, Barongan Satrio Mudo menambahkan dimensi kecepatan, presisi, dan kompleksitas gerak yang lebih tinggi. Keunggulan teknis BSM adalah fondasi yang memungkinkan mereka tampil profesional di panggung mana pun.
Teknik Dasar Jathil: Obyok dan Keprak yang Tersinkronisasi
Gerak dasar Jathil adalah ‘Obyok’ (hentakan kaki yang berirama) dan ‘Keprak’ (bunyi benturan kaki yang keras). BSM menyempurnakan teknik ini menjadi sebuah tarian massal yang memukau. Dalam pertunjukan BSM, puluhan Jathil dapat melakukan Obyok secara serentak, menciptakan gemuruh ritmis yang berfungsi sebagai layer ritme tambahan bagi Gamelan. Sinkronisasi ini dilatih melalui repetisi ekstensif, di mana setiap penari harus menghitung ritme dan langkah dengan sangat teliti. Gerak tangan dan selendang (sampur) juga diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan pola visual yang berombak, memberikan efek ‘gelombang’ yang kuat.
Selain Obyok, BSM juga mengintegrasikan variasi gerakan kuda lumping yang lebih kompleks, seperti melompat sambil berputar (Jempeng Variasi) atau formasi piramida manusia (meskipun ini lebih jarang). Latihan fisik yang intensif, termasuk jogging, latihan beban ringan, dan peregangan, adalah rutinitas wajib bagi setiap anggota, memastikan mereka memiliki stamina yang cukup untuk menari dengan kecepatan tinggi selama durasi pertunjukan.
Manuver Barongan: Berat yang Lincah
Gerakan Barongan seringkali merupakan bagian yang paling sulit dari koreografi. Penari Barongan BSM dilatih untuk mengubah berat topeng raksasa menjadi momentum. Gerakan mereka meliputi:
- Gulingan Cepat: Barongan berguling di tanah, lalu segera bangkit dengan satu gerakan eksplosif, melambangkan kebangkitan singa dari tidurnya.
- Jambak Rambut: Gerakan khas di mana penari Barongan ‘mengibas’ rambut Barongan (yang terbuat dari tali rami atau serat alam) dengan gerakan kepala yang sangat cepat, menciptakan efek visual dramatis.
- Interaksi Fisik: Barongan sering berinteraksi langsung dengan Ganongan, Jathil, dan bahkan Warok, melalui adegan pertarungan yang dikoreografikan dengan hati-hati, memastikan bahwa gerakannya meskipun agresif, tetap aman dan estetis.
Koreografi Pertarungan Bujang Ganong
Ganongan bertindak sebagai akrobat. Teknik geraknya menggabungkan seni bela diri (Pencak Silat dasar), tarian rakyat yang lincah, dan akrobatik modern. Fokusnya adalah pada *power* dan *flow*. Setiap lompatan (seperti *flip* atau *roll*) harus dieksekusi dengan sempurna dan mendarat tepat pada irama musik. Penggunaan senjata seperti *pecut* (cambuk) atau *cundrik* (belati) juga dikoreografikan, menjadikannya tarian yang sangat berbahaya dan membutuhkan konsentrasi penuh. Ganongan BSM membawa semangat ksatria muda yang tak kenal takut, yang diwujudkan melalui kemampuan fisik yang menantang batas.
Pelatihan teknis di BSM juga melibatkan penggunaan ruang panggung secara efektif. Tidak seperti Jaranan yang mungkin terbatas pada area kecil, BSM memanfaatkan seluruh panggung besar, dengan penari Jathil yang bergerak dalam formasi diagonal, Ganongan yang memanfaatkan ketinggian, dan Barongan yang beroperasi sebagai pusat gravitasi. Penggunaan formasi yang canggih ini (disebut *floor pattern* dalam istilah teater) adalah hasil dari dedikasi mereka pada standardisasi dan profesionalisme pertunjukan, suatu hal yang jarang ditemui dalam seni rakyat yang sangat spontan.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa meskipun kecepatan adalah kunci, teknik pernapasan dan ketahanan fisik adalah pondasi yang menopangnya. Pelatih BSM menerapkan jadwal latihan yang menyerupai program atlet profesional. Ini bukan hanya untuk memastikan penampilan yang hebat, tetapi juga untuk meminimalisir risiko cedera saat melakukan manuver berisiko tinggi atau ketika menghadapi kondisi *ndadi*. Disiplin ini sejalan dengan konsep Satrio Mudo: kekuatan fisik dan seni harus dilatih secara metodis, tidak bisa hanya mengandalkan bakat alamiah.
Detail-detail teknis ini, yang mungkin luput dari mata penonton biasa, adalah alasan utama mengapa Barongan Satrio Mudo dianggap sebagai salah satu kelompok Jaranan paling profesional dan menarik di era modern. Mereka telah menetapkan standar baru untuk apa yang dapat dicapai oleh seni tradisional ketika disuntik dengan disiplin, inovasi, dan semangat kaum muda.
Evolusi Tata Busana dan Perlengkapan: Detil Artistik dan Fungsionalitas
Tata busana dalam Barongan Satrio Mudo mencerminkan perpaduan antara tradisi yang kaya dengan kebutuhan panggung modern. Setiap elemen kostum tidak hanya berfungsi sebagai identitas karakter, tetapi juga dirancang untuk mendukung gerakan kecepatan tinggi dan menghasilkan efek visual yang maksimal di bawah sorotan lampu.
Desain Kostum Jathil: Kerapian dan Kilauan
Kostum Jathil Satrio Mudo mempertahankan siluet tradisional: kemben atau baju lengan pendek, celana panjang hitam, dan stagen yang melilit pinggang. Namun, detailnya diperbarui. Penggunaan kain beludru dengan bordir emas yang detail menjadi ciri khas. Warna yang dipilih cenderung lebih cerah dan seragam, seperti merah menyala, hijau terang, atau ungu royal, untuk memastikan formasi terlihat mencolok dan harmonis.
Aspek penting adalah penggunaan mahkota (jamang) dan ikat kepala (udeng) yang lebih kokoh. Ini tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional; ikat kepala yang kuat membantu menstabilkan rambut palsu atau mahkota saat penari melakukan hentakan atau putaran kepala yang ekstrem. Selain itu, sepatu bot atau alas kaki Jathil didesain untuk memberikan traksi yang baik saat melakukan *obyok* di berbagai jenis permukaan panggung, memastikan keamanan dan stabilitas ritmis.
Barongan: Perhatian pada Detail Ukiran dan Material
Kepala Barongan (Barongan atau Dadak Merak) dalam BSM cenderung memiliki ukiran yang lebih tajam dan cat yang lebih cerah dibandingkan dengan Barongan yang lebih tua yang mungkin terlihat kusam karena usia. Meskipun ukiran kayu masih menjadi standar, bahan pendukung seperti bulu-bulu di sekitar Barongan (yang seringkali menggunakan serat alam atau sintetis yang dirawat agar tampak mengkilap) diperhatikan agar mudah dibersihkan dan dipelihara. Berat Barongan BSM seringkali dioptimalkan; meskipun masih berat, distribusi beratnya diperhitungkan agar penari dapat melakukan manuver cepat tanpa membebani leher secara berlebihan. Penggunaan cat yang reflektif (glossy) juga memastikan bahwa mata Barongan terlihat ‘hidup’ dan dramatis di bawah lampu panggung.
Perhatian terhadap rambut Barongan adalah prioritas. Rambut yang panjang dan terurai bebas, biasanya terbuat dari tali rami atau ijuk yang diwarnai, harus menciptakan gerakan visual yang meyakinkan saat penari ‘mengibas’ kepala. Kualitas material dan kerapian dalam perawatan Barongan adalah cerminan dari hormat mereka terhadap simbol Singo Barong itu sendiri.
Perlengkapan Tambahan: Pecut dan Kuda Kepang
Pecut (Cambuk): Digunakan oleh Ganongan atau Warok, pecut dalam BSM bukan hanya properti, tetapi instrumen suara. Mereka sering menggunakan pecut yang lebih panjang dan tebal, yang menghasilkan suara letusan yang sangat keras dan tajam, menambah dramatisasi pada momen-momen klimaks. Penggunaan pecut yang terampil adalah bagian dari pelatihan Ganongan BSM, melambangkan disiplin dan kekuatan.
Kuda Kepang: Meskipun tetap terbuat dari anyaman bambu, kuda kepang yang digunakan BSM sering dicat ulang secara berkala dan diperkuat strukturnya. Desain kuda seringkali lebih detail, dengan hiasan mane dan ekor yang lebih tebal dan berwarna-warni. Kehadiran kuda kepang yang bersih dan terawat sempurna mencerminkan profesionalisme seluruh kelompok. Kuda kepang bukanlah properti pasif; ia adalah bagian integral yang harus diayunkan dan diangkat sesuai irama, membutuhkan kekuatan lengan dari penari Jathil.
Secara keseluruhan, evolusi kostum dalam Barongan Satrio Mudo adalah perwujudan dari keinginan mereka untuk menyajikan tontonan dengan kualitas standar tertinggi. Mereka membuktikan bahwa seni tradisional tidak harus terlihat usang atau murah. Dengan investasi pada bahan berkualitas dan desain yang fungsional, BSM berhasil menciptakan citra 'Ksatria Muda' yang elegan, berani, dan tak tertandingi dalam penampilan.
Penting untuk dicatat bahwa pemilihan warna dan motif pada kostum seringkali bukan hanya keputusan estetika, tetapi juga mengandung makna spiritual. Misalnya, motif Parang Rusak atau Kawung yang mungkin disematkan pada ikat pinggang atau kain Warok, meskipun modern, tetap mengacu pada makna filosofis Jawa tentang perjuangan dan keselarasan. Setiap benang, setiap payet, dan setiap warna yang dipilih dalam kostum BSM adalah jembatan yang menghubungkan kemewahan visual modern dengan kekayaan simbolis tradisi Jawa.
Inovasi dalam tata busana ini juga melibatkan kolaborasi dengan perajin lokal. BSM sering bekerja sama dengan perajin Barongan dan penjahit kostum yang ahli di wilayah Kediri atau Blitar. Hal ini memastikan bahwa meskipun desainnya modern, teknik pembuatannya tetap mempertahankan keahlian tradisional, sekaligus memberikan dampak ekonomi positif bagi komunitas perajin. Inilah bukti nyata bahwa Satrio Mudo adalah agen perubahan yang membawa manfaat ganda: melestarikan seni pertunjukan sekaligus menghidupkan kembali ekonomi kreatif lokal.
Pewarisan Seni di Tengah Generasi Z: Disiplin dan Digitalisasi
Tantangan terbesar bagi seni tradisional adalah regenerasi. Barongan Satrio Mudo tidak hanya berhasil bertahan, tetapi justru berkembang pesat karena mampu menarik dan mempertahankan minat Generasi Z. Strategi pewarisan BSM berpusat pada dua pilar utama: disiplin pelatihan fisik-mental yang ketat dan pemanfaatan platform digital secara masif.
Pelatihan yang Menyerupai Sekolah Seni Profesional
Berbeda dengan beberapa kelompok Jaranan yang mungkin hanya berlatih menjelang pertunjukan, BSM menerapkan jadwal pelatihan yang konsisten dan ketat. Anak-anak muda yang bergabung dengan Satrio Mudo dididik dalam sebuah lingkungan yang menyerupai sekolah seni profesional:
- Kedisiplinan Fisik: Latihan kebugaran, kekuatan inti, dan fleksibilitas. Ini penting untuk menunjang koreografi kecepatan tinggi.
- Pemahaman Filosofis: Setiap anggota harus memahami makna di balik gerakan dan karakter yang mereka perankan, bukan sekadar meniru bentuk.
- Latihan Karakter: Latihan teater untuk mendalami peran Bujang Ganong, Jathil, atau Barongan, memastikan bahwa performa mereka memiliki jiwa.
Dominasi Digital dan Branding
Kehadiran BSM di platform digital (terutama YouTube dan media sosial lainnya) adalah kunci keberhasilan pewarisan mereka. Mereka menyajikan video dengan kualitas tinggi, dengan sudut kamera yang sinematik dan editing yang tajam. Ini adalah strategi branding yang cerdas:
- Memperkenalkan Seni Tradisi ke Audiens Global: Video-video BSM seringkali ditonton jutaan kali, menarik audiens yang sebelumnya tidak terpapar Jaranan.
- Menarik Minat Remaja Lokal: Ketika anak muda melihat teman sebaya mereka tampil keren dan profesional di media sosial, mereka termotivasi untuk bergabung.
- Dokumentasi dan Arsip: Platform digital berfungsi sebagai arsip permanen yang mendokumentasikan evolusi gaya dan teknik mereka, menjadikannya referensi bagi kelompok Jaranan lain.
Pewarisan juga melibatkan transfer pengetahuan praktis yang mendalam, seperti teknik membuat dan merawat Barongan, cara mengikat rambut Jathil yang kuat, atau teknik penabuhan Gamelan yang benar. Pengetahuan praktis ini dipastikan diteruskan dari Warok dan anggota senior kepada anggota junior, menjamin bahwa keterampilan teknis yang kompleks tidak hilang. Mereka menciptakan sebuah ekosistem belajar yang holistik.
Dengan strategi ini, Barongan Satrio Mudo telah membuktikan bahwa tradisi dapat tumbuh subur di era digital, asalkan disajikan dengan profesionalisme, inovasi, dan yang paling penting, semangat yang tulus dari generasi muda yang bangga menjadi pewaris budaya mereka.
Lebih dari sekadar media sosial, BSM juga proaktif dalam melakukan *workshop* dan kolaborasi dengan sekolah atau institusi seni. Mereka tidak hanya menunggu calon anggota datang, tetapi aktif menjangkau komunitas pendidikan, menawarkan demonstrasi dan sesi pengenalan. Pendekatan proaktif ini membuka jalan bagi bakat-bakat baru untuk menemukan passion mereka dalam seni Jaranan, memastikan aliran darah muda yang konstan ke dalam tubuh kesenian mereka. Mereka membangun jembatan antara kurikulum formal dan praktik seni rakyat, sebuah model yang sangat efektif dalam memastikan kelangsungan hidup budaya di tengah dominasi hiburan global.
Tantangan dan Prospek Masa Depan: Menjaga Keseimbangan Inovasi
Meskipun Barongan Satrio Mudo telah mencapai popularitas yang luar biasa dan menetapkan standar baru, mereka menghadapi sejumlah tantangan yang harus diatasi untuk menjamin keberlanjutan dan integritas artistik mereka di masa depan.
Tantangan Integritas Kesenian
Popularitas membawa risiko komersialisasi berlebihan. Tantangan utama bagi BSM adalah menjaga keseimbangan antara memenuhi permintaan pasar (yang seringkali hanya menginginkan bagian-bagian yang paling spektakuler dan cepat) dan mempertahankan kedalaman ritualistik serta filosofi Jaranan. Ada tekanan untuk terus-menerus melakukan inovasi dan meningkatkan kecepatan, yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengikis keaslian gerak dan makna spiritual yang terkandung dalam seni tersebut.
Warok dan pimpinan kelompok harus memiliki kebijaksanaan untuk menetapkan batas-batas inovasi. Mereka harus memutuskan sejauh mana unsur modern (seperti musik pop atau tarian non-tradisional) dapat diintegrasikan tanpa membuat Barongan kehilangan identitasnya sebagai seni ritual dan budaya Jawa Timur. Menjaga dialog terbuka dengan sesepuh dan kelompok Jaranan tradisional lainnya menjadi krusial untuk memastikan inovasi mereka diterima dan dihormati dalam komunitas seni yang lebih luas.
Manajemen Keanggotaan dan Kesejahteraan
Dengan jadwal pertunjukan yang padat, manajemen anggota yang terdiri dari pelajar dan pekerja muda menjadi tantangan. Memastikan bahwa dedikasi terhadap seni tidak mengganggu pendidikan atau pekerjaan utama mereka adalah tanggung jawab moral kelompok. BSM harus mampu menciptakan sistem yang mendukung kesejahteraan anggotanya, termasuk memberikan kompensasi yang layak atas kerja keras mereka dan mengelola tekanan fisik dan mental dari performa intensitas tinggi.
Prospek Masa Depan: Go Internasional dan Kolaborasi
Prospek masa depan Barongan Satrio Mudo sangat cerah. Dengan basis penggemar yang kuat secara daring, langkah logis berikutnya adalah ekspansi ke panggung internasional. Seni pertunjukan Indonesia, terutama yang melibatkan topeng raksasa dan akrobatik energik seperti Barongan, memiliki potensi besar untuk memukau audiens global. Untuk mencapai ini, BSM perlu:
- Standardisasi Presentasi: Menyusun narasi panggung dalam bahasa yang dapat dipahami secara universal.
- Kolaborasi Lintas Budaya: Bekerja sama dengan koreografer atau musisi internasional untuk menciptakan pertunjukan yang resonan secara global tanpa kehilangan akar lokal.
- Penguatan Lembaga: Mengubah kelompok seni menjadi lembaga budaya yang kuat dan terorganisir, siap untuk negosiasi kontrak dan tur internasional.
Aspek lain dari tantangan masa depan adalah pengelolaan hak cipta atas Gending Anyar dan koreografi mereka yang unik. Karena gaya BSM sering diimitasi oleh kelompok-kelompok Jaranan lain, mereka perlu memiliki strategi yang jelas mengenai proteksi intelektual, meskipun dalam tradisi seni rakyat konsep kepemilikan seringkali cair. Langkah-langkah ini penting untuk memastikan bahwa mereka tetap menjadi pionir dan mendapatkan pengakuan yang pantas atas inovasi artistik mereka yang signifikan.
Akhirnya, tantangan yang paling mendasar adalah menjaga semangat ‘Satrio Mudo’ itu sendiri. Semangat ini adalah tentang kejujuran, keberanian, dan disiplin. Jika kelompok dapat mempertahankan inti etika ini, mereka tidak hanya akan melestarikan tarian, tetapi juga menumbuhkan karakter ksatria dalam setiap anggotanya, yang merupakan warisan paling berharga dari seluruh upaya mereka.
Menyimpulkan Semangat Satrio Mudo: Konservasi Melalui Kecepatan
Barongan Satrio Mudo adalah sebuah fenomena budaya yang melampaui sekadar pertunjukan seni. Ia adalah studi kasus tentang bagaimana sebuah tradisi kuno dapat diremajakan dan disebarkan kepada khalayak luas di era digital tanpa mengorbankan integritas spiritualnya. Semangat ‘Satrio Mudo’ yang mereka usung—semangat ksatria muda yang disiplin, energik, dan inovatif—telah menjadi mercusuar bagi pelestarian seni Jaranan di Jawa Timur.
Melalui adopsi koreografi kecepatan tinggi, integrasi Gending Anyar, dan pemanfaatan media sosial yang cerdas, BSM telah berhasil memecahkan stigma bahwa seni tradisi harus stagnan. Mereka menunjukkan bahwa konservasi terbaik adalah melalui inovasi yang menghormati akar. Keberanian mereka untuk tampil beda, untuk menyajikan Barongan yang lebih lincah dan Ganongan yang lebih akrobatik, adalah pernyataan tegas bahwa warisan leluhur adalah milik masa kini dan masa depan.
Barongan Satrio Mudo bukan hanya tentang topeng raksasa dan hentakan kaki yang sinkron; ini adalah tentang mewujudkan kembali nilai-nilai ksatria Jawa—disiplin, kehormatan, dan keberanian—dalam sebuah konteks yang relevan bagi generasi modern. Mereka adalah duta budaya yang bergerak cepat, membuktikan bahwa tradisi, ketika diperlakukan dengan profesionalisme dan kecintaan, akan selalu menemukan tempat di hati masyarakat, tidak peduli seberapa cepat dunia berubah.
Dampak transformatif BSM terhadap seluruh ekosistem Jaranan regional tidak bisa dilebih-lebihkan. Kelompok-kelompok lain mulai mengadopsi standar kualitas visual dan teknis yang diperkenalkan oleh Satrio Mudo, mendorong peningkatan mutu pertunjukan Jaranan secara keseluruhan. Ini menciptakan siklus positif di mana kompetisi sehat mendorong kreativitas dan keunggulan. Dengan demikian, BSM telah memimpin sebuah revolusi kecil dalam seni pertunjukan rakyat, memastikan bahwa gemuruh Kendang dan hentakan Barongan akan terus bergema melintasi waktu, dibawa oleh bahu-bahu kuat para Satrio Mudo.
Energi kolektif yang dihasilkan oleh BSM dalam setiap pertunjukan mereka adalah refleksi dari energi kolektif masyarakat Jawa Timur yang bersemangat dalam menjaga identitasnya. Mereka mengajarkan bahwa untuk menjadi pewaris budaya yang efektif, kita harus berani menjadi ksatria yang berinovasi, bergerak cepat, namun selalu menundukkan kepala kepada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun. Inilah esensi abadi dari Barongan Satrio Mudo.