BARONGAN DUA ORANG

Sinkronisasi Raga, Jiwa, dan Tradisi dalam Seni Pertunjukan Jawa

Barongan Dua Orang Penari 1 (Kepala) Penari 2 (Ekor)

Visualisasi Skematis Barongan Dua Orang

I. Hakekat Dualitas dalam Gerak

Barongan Dua Orang adalah salah satu puncak ekspresi artistik dalam khazanah seni pertunjukan tradisional di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kesenian ini tidak hanya menghadirkan sebuah wujud fisik yang megah dan seringkali menakutkan—merepresentasikan makhluk mitologis, Singa Barong, atau wujud naga—tetapi juga menuntut suatu tingkat sinkronisasi psikologis dan fisik yang nyaris mustahil dari dua individu yang berada di dalamnya.

Berbeda dengan Barongan yang dimainkan oleh satu orang yang lazim ditemui dalam beberapa varian tarian rakyat, model dua orang (seringkali disebut Singa Barong dalam konteks Reog Ponorogo) merupakan manifestasi kemewahan dan kesulitan teknis. Satu penari memikul kepala dan tubuh bagian depan, bertanggung jawab atas ekspresi, pandangan, dan interaksi langsung dengan penonton. Penari kedua berada di belakang, bertugas menciptakan ilusi kelincahan tubuh, ekor, dan bobot dinamis keseluruhan raga. Jika dipandang sebagai satu entitas, dua orang penari harus menghapus identitas individual mereka dan bertransformasi menjadi satu kesatuan organik, sebuah makhluk yang bernapas dan bergerak dengan kehendak tunggal.

Pertunjukan ini adalah metafora yang berjalan. Ia melambangkan kompleksitas kepemimpinan dan dukungan. Penari depan adalah 'kepala' yang mengambil keputusan seketika, namun tanpa kekuatan, stabilitas, dan keluwesan dari penari belakang, seluruh penampilan akan runtuh. Kualitas inilah yang membuat Barongan Dua Orang bertahan melintasi zaman, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai pelajaran filosofis tentang harmoni dan kerjasama mutlak.

II. Anatomi Mekanik dan Tuntutan Fisik

Untuk memahami kompleksitas Barongan Dua Orang, kita harus membongkar konstruksi fisik dan tuntutan biomekaniknya. Struktur Barongan, terutama yang berukuran besar, seringkali terbuat dari kerangka bambu atau kayu ringan yang diperkuat, kemudian ditutupi kain atau bulu (seringkali ijuk, serat kelapa, atau rambut sintetis). Bobot total kepala dan kerangka bisa mencapai puluhan kilogram, menjadikannya beban yang menantang bahkan sebelum gerakan tarian dimulai.

A. Penari Pertama: Kepala dan Beban Visual

Penari depan memikul beban yang paling berat dalam dua aspek: fisik dan artistik. Secara fisik, ia menopang kepala Barong, yang tidak hanya memiliki bobot signifikan tetapi juga memiliki struktur ijuk atau rambut yang lebar, meningkatkan hambatan udara dan mempersulit keseimbangan saat bergerak cepat. Di beberapa varian, kepala Barong ditopang menggunakan gigitan atau penahan leher yang memaksa kekuatan rahang dan otot leher yang luar biasa.

Teknik Menopang Kepala (Gigi dan Leher)

Teknik tradisional menopang Barong pada bagian kepala sering melibatkan mekanisme yang dipegang erat oleh gigi penari (disebut Klonthong atau Iras-Irasan). Ini menuntut latihan ekstrem untuk menghindari cedera gigi dan leher. Penari harus mampu mempertahankan pose kaku yang lama, sekaligus lincah dan berputar-putar. Beban ini memaksa penari untuk mengembangkan otot trapezius dan sternokleidomastoideus yang hipertrofi, jauh melampaui kemampuan fisik normal.

Penari depan juga mengendalikan obah lambe (gerakan bibir/mulut) dan kedipan mata Barong (jika ada mekanismenya). Kontrol mikro ini, yang dilakukan sambil menanggung beban berat, adalah kunci untuk menghidupkan ekspresi binatang mitos tersebut.

B. Penari Kedua: Stabilitas, Ekor, dan Fluida Gerak

Penari kedua, yang berada di posisi ekor atau belakang, memegang peranan vital sebagai pusat gravitasi dan penggerak inersia. Tugas utamanya adalah memastikan bahwa pergerakan kepala dan tubuh depan tidak terasa terputus, melainkan mengalir sebagai satu kesatuan. Ia menopang bagian punggung hingga ekor Barong.

Komunikasi antara dua penari ini harus dilakukan secara non-verbal dan instan. Mereka tidak bisa saling melihat, dan suara mereka teredam oleh kostum. Oleh karena itu, komunikasi hanya bergantung pada:

  1. Tekanan dan Tarikan: Penari depan memberi sinyal arah melalui tekanan tubuh ke samping atau ke depan.
  2. Irama Nafas: Ritme pernapasan yang sinkron membantu mengatur kecepatan dan intensitas gerakan.
  3. Ketukan Kaki: Sinyal ritmis yang diberikan melalui hentakan kaki pada lantai.

Apabila penari depan melakukan manuver cepat seperti putaran (mbanting) atau lompatan, penari belakang harus secara instan menyesuaikan langkah, menjaga agar kerangka Barong tidak bergoyang terlalu liar atau kehilangan keseimbangan. Kegagalan sinkronisasi akan menghasilkan Barong yang terlihat 'patah' atau canggung, merusak ilusi magis pertunjukan.

III. Filosofi dan Mitologi Barongan

Wujud Barongan Dua Orang adalah jembatan yang menghubungkan dunia nyata dengan alam mitologis, seringkali diinterpretasikan sebagai representasi makhluk penjaga atau simbol kekuatan yang liar dan tak terkalahkan. Di Jawa Timur, khususnya Reog Ponorogo, Singa Barong (Barongan Dua Orang) merepresentasikan sosok Raja Singa yang gagah dan berani, simbol otoritas dan kekuatan alam.

A. Simbolisme Dualitas (Kepala dan Raga)

Struktur dua orang penari dalam satu tubuh besar adalah simbol dualitas yang mendalam dalam filsafat Jawa:

Dalam konteks pewayangan atau cerita rakyat yang sering mengiringi pertunjukan, Barongan sering digambarkan sebagai pelindung atau musuh bebuyutan. Transformasi penari menjadi Barong adalah upaya untuk meminjam kekuatan primordial tersebut untuk sebuah tujuan tertentu, baik ritual maupun naratif.

B. Kaitan dengan Ritual dan Kekuatan Transendental

Pada masa lalu, dan masih terjadi di beberapa daerah, pertunjukan Barongan Dua Orang memiliki dimensi ritual yang kuat. Sebelum pertunjukan, sering dilakukan ritual persembahan, doa, dan bahkan puasa oleh para penari. Hal ini bertujuan untuk 'menyatukan' jiwa penari dengan roh Barong yang dipercaya bersemayam di dalam topeng atau kostum. Fenomena ndadi atau kerasukan, di mana penari menunjukkan perilaku di luar kendali yang melampaui batas fisik manusia, terkadang dikaitkan dengan intensitas penyatuan ini. Meskipun praktik ini bervariasi dan kini banyak yang beralih ke bentuk seni panggung murni, akar mistisnya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi Barongan.

IV. Koreografi dan Teknik Pertunjukan Khas

Gerakan Barongan Dua Orang harus mampu menciptakan ilusi bobot yang luar biasa, kecepatan yang mengejutkan, dan emosi yang terasa nyata melalui topeng yang statis. Gerakan-gerakan inti memiliki nama dan tujuan spesifik yang telah diwariskan turun-temurun. Kunci dari koreografi ini adalah penguasaan tempo dan ilusi visual.

A. Gerak Dasar dan Sikap Tubuh

  1. Jejeg (Berdiri Tegak): Posisi awal, Barong berdiri megah menunjukkan kebesaran dan kekuatannya. Kedua penari harus menyeimbangkan berat badan sehingga Barong terlihat diam sempurna, siap menerkam.
  2. Ompak (Langkah Berat): Gerakan berjalan yang lambat dan berbobot, di mana setiap langkah sengaja dibunyikan dengan hentakan kaki yang kuat untuk menunjukkan Barong adalah makhluk yang masif.
  3. Gedruk (Hentakan): Hentakan kaki yang ritmis dan keras, sering digunakan untuk berinteraksi dengan instrumen musik (Gamelan atau Kendang) dan menunjukkan kemarahan atau kegembiraan.
  4. Nggleyang (Melayang/Berputar): Manuver putaran cepat, seringkali melibatkan penari depan yang mengayunkan kepala Barong secara ekstrem. Penari belakang harus menahan inersia dan menjaga agar tubuh Barong tetap melengkung secara alamiah, tidak terlempar keluar.

B. Ilusi Optik dan Kontrol Energi

Bagaimana dua manusia menciptakan ilusi bahwa makhluk seberat ratusan kilogram bisa bergerak lincah? Ini adalah hasil dari kontrol energi:

Kontras Gerak: Barongan sering menggunakan kontras antara gerakan sangat lambat dan gerakan ledakan cepat. Gerakan lambat (misalnya, menoleh perlahan untuk 'mengincar' mangsa) membangun ketegangan. Ketika Barong tiba-tiba melonjak atau berlari (nggeblak), kontras ini meningkatkan kejutan dan menonjolkan kekuatan binatang tersebut. Penari belakang harus siap, otot-ototnya tegang, untuk perubahan tempo yang drastis ini.

Kontrol Rumbai dan Rambut: Rambut atau ijuk Barong bukanlah sekadar hiasan. Cara penari menggerakkan kepala (Penari 1) dan mengayunkan tubuh (Penari 2) harus memastikan bahwa rumbai-rumbai ini bergerak secara dramatis, menambahkan volume dan aura liar pada setiap manuver. Penguasaan teknik ini memisahkan penampilan yang biasa dari yang luar biasa.

V. Ekosistem Pendukung: Musik dan Komunikasi Antar Elemen

Barongan Dua Orang tidak pernah berdiri sendiri. Ia adalah inti atau klimaks dari sebuah pertunjukan yang lebih besar, didukung oleh ansambel musik dan karakter pendamping yang berfungsi sebagai penyeimbang dan pemicu interaksi dramatis.

A. Peran Gamelan/Kendang

Musik adalah panduan hidup bagi kedua penari yang terbungkus. Kendang (drum) berfungsi sebagai detak jantung pertunjukan. Penabuh kendang bukan hanya musisi, tetapi juga sutradara yang mengatur ritme, memberikan sinyal verbal (melalui aba-aba yang samar) dan non-verbal (melalui perubahan irama) kapan Barongan harus menyerang, kapan harus tenang, dan kapan harus berinteraksi dengan penonton atau karakter lain.

Gamelan yang mengiringi, dengan suara Saron, Gong, dan Kenong, menciptakan atmosfer yang bervariasi, dari mistis dan mencekam hingga riang dan agresif. Penari Barongan, yang tidak bisa melihat sinyal tangan, sangat bergantung pada telinga mereka untuk setiap perubahan dinamika musik. Sinkronisasi Barongan dengan irama kendang yang kompleks adalah bukti pelatihan yang intensif.

B. Interaksi dengan Karakter Pendamping

Barongan Dua Orang sering berinteraksi dengan karakter seperti Ganongan (maskot monyet yang lincah) atau Jathilan (penari kuda lumping). Interaksi ini sangat penting karena membantu 'menceritakan' sifat Barongan:

VI. Variasi Regional dan Keunikan Bentuk

Meskipun konsep 'Barongan Dua Orang' tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, setiap daerah telah mengadaptasinya dengan kekayaan budaya lokal, menghasilkan variasi bentuk, nama, dan detail mekanik yang unik.

A. Singa Barong (Reog Ponorogo)

Varian paling terkenal dari Barongan Dua Orang adalah Singa Barong dari Reog Ponorogo. Keunikannya terletak pada beban yang luar biasa. Kepala Singa Barong (topeng dhadak merak) yang ditopang oleh Penari 1 bukan hanya Barongan biasa, tetapi juga membawa mahkota merak raksasa yang lebar. Ini memerlukan teknik menopang menggunakan gigi secara eksklusif, ditambah dengan otot leher yang ekstrem. Penari 1 tidak hanya menari, tetapi juga bertindak sebagai tiang penyangga yang sangat kuat, seringkali tanpa bantuan tangan.

B. Barong Bali (Barong Ket)

Meskipun Barong Bali (Barong Ket) juga menggunakan mekanisme dua orang, filosofi dan gerakannya berbeda. Barong Ket melambangkan kebaikan (Dharma) yang bertarung melawan Rangda (kejahatan/Adharma). Gerakan Barong Bali lebih didominasi oleh ritme Gamelan Gong Kebyar, menuntut kelincahan dan sikap tubuh yang lebih meliuk dan elegan, berbeda dengan Barong Jawa yang cenderung lebih kasar dan bertenaga. Koordinasi antara penari depan dan belakang (yang juga menggerakkan ekor Barong) harus menghasilkan aliran yang mulus, mencerminkan keseimbangan kosmik.

C. Barongan Lokal Lainnya

Di beberapa daerah Jawa Tengah dan pesisir, terdapat varian Barongan dengan kepala yang lebih sederhana, namun tetap dimainkan oleh dua orang. Fokusnya mungkin beralih dari kemegahan fisik (seperti merak Reog) ke agresivitas dan tarian pemujaan kesuburan atau penolak bala. Dalam semua varian, prinsip dasarnya tetap sama: keharmonisan dua roh dalam satu wujud.

VII. Pelatihan dan Regenerasi Seniman Barongan

Menjadi penari Barongan Dua Orang bukanlah profesi yang bisa dijalani tanpa dedikasi total. Tuntutan fisik yang ekstrem memerlukan proses pelatihan yang panjang, keras, dan seringkali bersifat spiritual.

A. Pelatihan Fisik dan Ketahanan

Latihan fisik mencakup pembentukan otot leher, punggung, dan kaki, sering kali dilakukan dengan menari sambil membawa beban yang setara atau melebihi bobot Barongan. Bagi penari depan, fokus utama adalah teknik pernapasan perut (diafragma) untuk menahan goncangan dan mempertahankan kekuatan leher saat memikul beban hanya dengan gigi atau leher.

Penari belakang melatih kekuatan inti (core strength) dan fleksibilitas lutut untuk tetap rendah dan lincah, memastikan ia dapat mengikuti setiap langkah mendadak Penari 1. Pelatihan sinkronisasi dilakukan secara buta, di mana kedua penari menari dengan mata tertutup atau dalam kegelapan, memaksa mereka hanya mengandalkan sentuhan, ritme napas, dan tekanan tubuh.

B. Pelatihan Rasa (Wirasa)

Selain kekuatan fisik, penari Barongan harus menguasai wirasa—perasaan atau penghayatan. Mereka harus memahami karakter Barong yang mereka mainkan: apakah ia marah, bangga, mengantuk, atau lapar. Penghayatan ini diterjemahkan melalui detail kecil: kecepatan kedipan mata buatan, derajat ayunan kepala, atau seberapa keras hentakan kaki. Ini adalah proses panjang yang melibatkan penyerapan cerita rakyat dan filosofi di balik wujud Barongan.

C. Tantangan Regenerasi Modern

Di era modern, regenerasi penari Barongan Dua Orang menghadapi tantangan besar. Tuntutan fisik yang brutal seringkali menjadi penghalang bagi generasi muda. Selain itu, perubahan pola pikir masyarakat yang lebih fokus pada profesi berbasis teknologi membuat minat terhadap seni tradisional yang menuntut pengorbanan fisik tinggi menurun. Upaya konservasi saat ini berfokus pada:

VIII. Keabadian Ilusi Bersama

Barongan Dua Orang adalah pertunjukan yang melampaui sekadar tarian atau drama. Ia adalah uji coba ekstrem terhadap batas kemampuan manusia, di mana ego individu harus dikesampingkan demi penciptaan entitas mitologis yang tunggal dan meyakinkan. Setiap putaran, setiap lompatan, dan setiap hentakan kaki Barong adalah bukti keajaiban komunikasi tanpa kata yang terjalin antara dua jiwa di bawah satu kain yang sama.

Keberlanjutan tradisi ini adalah cermin dari komitmen Indonesia terhadap warisan budaya tak benda yang menuntut disiplin, kekuatan, dan filosofi hidup yang mendalam. Selama masih ada dua individu yang bersedia menyatukan nafas, langkah, dan hati mereka di bawah topeng Barong yang megah, mahakarya ini akan terus hidup, menghadirkan ilusi abadi tentang kekuatan mitologis yang berjalan di tengah-tengah kita.

🏠 Homepage