BARON YSARD DE VALOIS: SANG PENGUASA BESI DARI AETHELGARD
Pendahuluan: Bayangan Kekuatan yang Abadi
Dalam catatan sejarah yang sarat dengan darah dan intrik, hanya sedikit nama yang bergema dengan otoritas mutlak dan misteri yang mendalam seperti nama Baron Ysard, seringkali disingkat sebagai Baron Y. Sosok legendaris ini bukan hanya sekadar bangsawan yang mewarisi gelar; ia adalah arsitek sebuah tatanan, seorang tiran yang disanjung, dan seorang filsuf yang memegang pedang. Wilayahnya, Aethelgard, di bawah cengkeraman kekuasaannya, bertransformasi dari daerah terpencil yang terfragmentasi menjadi benteng kekuatan yang tak tertembus, sebuah monumen bagi ambisi tak terbatas seorang individu. Memahami Baron Ysard memerlukan penelusuran yang jauh melampaui gelar kebangsawanannya yang sederhana. Ia mewakili titik persimpangan antara politik brutal Abad Pertengahan dan visi Renaissance yang jauh melampaui zamannya, sebuah paradoks berjalan yang mendefinisikan seluruh era sejarah benua Valoria.
Legenda mengenai Baron Ysard I, sang pendiri dinasti, sering kali dibayangi oleh keturunan-keturunannya yang lebih terkenal, namun fondasi kekuasaan yang ia letakkan adalah cetak biru bagi tirani elegan yang kemudian dipraktikkan oleh para penerusnya. Kekuasaan yang melekat pada gelar Baron Y bukanlah kekuasaan yang diberikan oleh mahkota, melainkan kekuasaan yang ditempa melalui perjanjian berdarah, aliansi cerdik, dan pengambilalihan lahan yang brutal. Setiap generasi yang menyandang gelar tersebut menambahkan lapisan kekejaman dan keunggulan strategis, namun puncaknya dicapai oleh Ysard IV, yang sering disebut 'Ysard Agung', yang kebijakannya menciptakan gema yang masih terasa hingga berabad-abad kemudian. Artikel ini akan menelusuri secara komprehensif asal-usul gelar Baron Y, mengurai narasi rumit dinasti Valois, menganalisis kebijakan militer dan ekonomi mereka yang revolusioner, dan yang terpenting, menggali warisan abadi dari sang Penguasa Besi itu sendiri.
Asal-Usul dan Penempaan Gelar Baron Y
Aethelgard Sebelum Ysard I: Tanah yang Terpecah
Sebelum kebangkitan dinasti Valois, Aethelgard adalah mozaik dari klan-klan yang saling berperang, masing-masing dipimpin oleh kepala suku yang keras kepala dan fanatik terhadap otonomi kecil mereka. Daerah ini kaya akan sumber daya alam, terutama bijih besi dan hutan tua yang menyediakan kayu keras, tetapi kurangnya otoritas terpusat membuatnya rentan terhadap invasi dari utara dan selatan. Keadaan anarki ini, yang ditandai oleh perampokan dan ketidakstabilan perdagangan, menjadi panggung sempurna bagi kemunculan tokoh yang memiliki visi dan keberanian untuk menyatukan fragmen-fragmen tersebut, meskipun dengan tangan besi. Kebutuhan akan ketertiban, betapapun brutalnya, adalah lahan subur bagi benih kekuasaan dinasti Valois yang baru.
Pada tahun yang samar-samar dalam kronik kuno, muncul seorang kapten tentara bayaran bernama Lycan de Valois. Lycan adalah seorang veteran yang diasingkan dari kerajaan tetangga, membawa serta pengalaman militer yang superior dan pemahaman mendalam tentang strategi pengepungan dan logistik perang. Lycan, yang kemudian dikenal sebagai Ysard I, tidak menerima gelar kebangsawanannya melalui hak lahir. Sebaliknya, ia membelinya, menukarnya, dan akhirnya merebutnya melalui serangkaian kampanye militer yang cepat dan kejam. Ia tidak bernegosiasi; ia menuntut kepatuhan. Para sejarawan sepakat bahwa transisi Lycan menjadi Baron Ysard I menandai kelahiran rezim yang berdasarkan meritokrasi militer dan tirani pragmatis.
Gelar 'Baron' pada awalnya hanyalah pengakuan fungsional oleh Raja Valoria yang lelah menghadapi kekacauan di perbatasan timurnya. Raja ingin seseorang yang kuat untuk menahan pergerakan musuh di Pegunungan Drakon. Namun, Ysard I mengubah gelar Baron, yang biasanya merupakan gelar tingkat rendah, menjadi sinonim dengan kedaulatan independen. Ia tidak pernah membayar upeti penuh kepada mahkota, selalu berdalih bahwa sumber daya Aethelgard sepenuhnya diperlukan untuk menjaga 'stabilitas perbatasan'—sebuah stabilitas yang diciptakan dan dikontrol sepenuhnya olehnya. Strategi ini, memposisikan Aethelgard sebagai tembok pertahanan yang tak tergantikan, menjadi ciri khas kebijakan luar negeri setiap Baron Y yang mengikutinya.
Lambang Kebangsawanan Valois: Perisai Besi dan Huruf Ysard.
Baron Ysard II dan Konsolidasi Ekonomi
Ysard II, putra dari pendiri dinasti, mewarisi wilayah yang secara militer kuat tetapi secara ekonomi masih terbelakang. Tugasnya bukanlah menaklukkan, melainkan mengelola. Ia adalah seorang birokrat yang brilian, seorang master dalam perpajakan dan logistik. Ysard II menyadari bahwa kekuatan militer ayahnya harus didukung oleh mesin ekonomi yang efisien. Ia memperkenalkan sistem 'Pajak Besi' yang revolusioner, yang menuntut setiap klan untuk menyumbangkan sejumlah bijih besi atau logam olahan ke gudang pusat. Hal ini tidak hanya mengisi kas dinasti tetapi juga memaksa industrialisasi skala kecil di seluruh Aethelgard.
Di bawah kekuasaan Baron Ysard II, infrastruktur Aethelgard mengalami peningkatan dramatis. Jalan-jalan lama, yang sebelumnya hanyalah jalur berlumpur, diaspal dengan batu keras untuk menahan pergerakan kereta perang berat. Kanal-kanal dibangun untuk menghubungkan sungai-sungai penting, memfasilitasi transportasi bijih besi ke ibu kota yang baru didirikan, Valoria Minor. Keputusan Ysard II untuk berinvestasi besar-besaran pada infrastruktur adalah keputusan strategis yang cerdas; ia memastikan bahwa bahkan klan yang memberontak sekalipun menjadi terikat secara ekonomi pada kekuasaan pusat, karena infrastruktur tersebut adalah satu-satunya cara mereka untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan regional yang luas. Kekejamannya tersembunyi di balik efisiensi administrasi yang dingin.
Ysard III: Era Kontrol dan Kebijakan Budaya
Berbeda dengan kakeknya yang berorientasi militer dan ayahnya yang berorientasi ekonomi, Baron Ysard III berfokus pada dimensi ideologis kekuasaan. Ia memahami bahwa kekuatan abadi tidak hanya berasal dari pedang atau koin, tetapi dari kepatuhan pikiran. Ysard III meluncurkan program budaya yang ketat, mendanai pembangunan perpustakaan dan akademi, tetapi dengan agenda tersembunyi: mengendalikan narasi sejarah. Sejarah Aethelgard ditulis ulang, mengagungkan dinasti Valois sebagai penyelamat yang ditakdirkan, dan menstigmatisasi pemberontakan klan sebagai tindakan pengkhianatan terhadap ketertiban ilahi.
Ysard III adalah Baron Y pertama yang secara aktif memproyeksikan citra kemegahan. Ia membangun Istana Marmer Hitam, yang meskipun bukan benteng, menjadi pusat pemerintahan dan simbol kemewahan. Melalui patronase seni, ia mempekerjakan seniman dan penyair untuk memuja 'Kedamaian Ysardian'—sebuah istilah euphemistik untuk tirani yang absolut. Periode kekuasaannya memastikan bahwa rakyat Aethelgard, setelah dua generasi, tidak hanya takut pada dinasti Valois, tetapi juga percaya pada hak mereka untuk memerintah. Ia mematenkan kekuasaan melalui indoktrinasi budaya, memastikan bahwa legitimasi dinasti telah mengakar kuat saat pewarisnya, Ysard IV, lahir.
Ysard IV: Puncak Kekuasaan dan Tirani Cerdas
Ysard IV, yang naik takhta pada usia dua puluh lima tahun, adalah puncak dari semua kualitas yang diasah oleh tiga generasi pendahulunya. Ia memiliki kecerdasan strategis Ysard I, keahlian administrasi Ysard II, dan penguasaan propaganda Ysard III, tetapi ia menggabungkannya dengan ambisi yang jauh lebih besar: bukan hanya mengamankan Aethelgard, tetapi menjadikannya kekuatan yang tak dapat diabaikan di seluruh benua. Masa kekuasaannya adalah periode intensifikasi politik, proyek konstruksi kolosal, dan filosofi kekuasaan yang kejam namun konsisten. Sejarawan modern sering menyebutnya sebagai arketipe penguasa Machiavellian, seseorang yang melihat kekejaman sebagai alat yang sah untuk mencapai tujuan stabilitas jangka panjang.
Filosofi Kekuasaan: Stabilitas Melalui Keteraturan Mutlak
Bagi Baron Ysard IV, kekuasaan bukanlah hak, melainkan kewajiban yang dibebankan kepada yang mampu. Ia percaya bahwa kebebasan individu adalah ilusi yang menyebabkan kekacauan, dan bahwa satu-satunya jalan menuju kemakmuran adalah melalui kepatuhan total kepada tatanan yang ia tetapkan. Filosofi ini tercermin dalam sistem hukum yang ia ciptakan, yang dikenal sebagai 'Kodeks Ysardian'. Kodeks ini tidak mengenal keringanan hukuman; kejahatan kecil pun dapat dikenakan sanksi berat jika dianggap mengancam ketertiban sosial atau, yang lebih penting, otoritas dinasti. Penegakan hukum yang cepat dan tanpa kompromi ini menciptakan tingkat keamanan internal yang legendaris, tetapi dengan harga kebebasan sipil yang sepenuhnya terenggut.
Ysard IV sering berpidato kepada para bangsawan bawahannya, menekankan bahwa ketakutan adalah tali yang jauh lebih kuat daripada cinta dalam mengikat rakyat kepada penguasa. Namun, ia tidak hanya mengandalkan ketakutan. Ia juga seorang patron ilmu pengetahuan yang mendirikan Universitas Ignis, yang menjadi pusat studi militer, rekayasa, dan birokrasi. Ia menyadari bahwa tiran yang paling sukses adalah tiran yang dikelilingi oleh para ahli yang kompeten. Dengan demikian, ia menciptakan sistem birokrasi yang mempromosikan berdasarkan kemampuan, bukan hanya garis keturunan—selama kemampuan tersebut digunakan untuk melayani dan memperkuat dinasti Valois.
Pembangunan Citadel Ignis: Monumen Kehendak
Proyek yang paling mendefinisikan kekuasaan Baron Y ini adalah pembangunan benteng megah yang dikenal sebagai Citadel Ignis (Benteng Api). Dibangun di puncak Pegunungan Drakon yang tak kenal ampun, Citadel Ignis bukan hanya tempat tinggal atau pos militer; itu adalah pernyataan filosofis tentang ketidakmampuan untuk digoyahkan. Pembangunan benteng ini memakan waktu lima belas tahun dan menelan biaya sumber daya dan tenaga kerja yang monumental, menyebabkan kelaparan sporadis di beberapa distrik pedesaan, sebuah pengorbanan yang Ysard IV anggap sepele demi keabadian warisannya.
Citadel Ignis dibangun dari basal hitam vulkanik, yang memberinya tampilan yang suram dan tak tertembus. Arsitekturnya dirancang dalam tujuh tingkatan pertahanan konsentris. Setiap tingkatan memiliki fungsi militer yang spesifik, dari barak pasukan elit di tingkat ketiga hingga gudang senjata rahasia di tingkat paling bawah. Tingkat tertinggi, menara pengawas utama yang disebut 'Mata Valois', konon bisa melihat hingga seratus mil jauhnya. Detail konstruksi ini, termasuk penggunaan teknik mortar berbasis abu vulkanik yang tidak pernah terlihat sebelumnya di kawasan itu, menunjukkan obsesi Ysard IV terhadap kontrol dan keamanan absolut. Benteng itu adalah perwujudan fisik dari tekadnya: keras, gelap, dan tak terhindarkan. Kisah pembangunan benteng ini saja sudah memenuhi lusinan jilid kronik kerajaan, menekankan biaya material dan moral dari ambisi sang Baron Y.
Citadel Ignis: Benteng Besi yang melambangkan kekuasaan mutlak Ysard IV.
Reformasi Militer dan Kampanye Utara
Di bawah Ysard IV, militer Aethelgard diubah dari pasukan feodal menjadi mesin perang profesional yang dikenal sebagai 'Legiun Baja'. Reformasi ini didorong oleh prinsip disiplin yang kejam dan inovasi teknologi. Ysard IV menginvestasikan sumber daya yang luar biasa dalam pengembangan artileri baru dan pelatihan infanteri yang terstandardisasi. Ia menyingkirkan jenderal-jenderal tua yang berdasarkan gelar, menggantinya dengan komandan muda yang terbukti loyal dan kompeten. Tentara Aethelgard menjadi terkenal karena kecepatan manuvernya, kemampuan logistiknya, dan yang paling menakutkan, ketidakmampuan prajuritnya untuk mundur.
Kampanye Utara adalah ujian terbesar bagi Legiun Baja. Berlangsung selama tiga tahun, tujuan kampanye ini adalah untuk mengamankan tambang mineral kaya di perbatasan utara yang dikuasai oleh suku-suku pegunungan yang independen. Meskipun medan pertempuran sangat sulit, strategi Ysard IV yang fokus pada pemotongan jalur pasokan dan pengepungan yang sabar terbukti efektif. Kemenangan ini tidak hanya memperluas wilayah Aethelgard, tetapi juga membanjiri kas dinasti dengan kekayaan mineral baru, semakin memperkuat posisi Baron Y sebagai kekuatan yang tak tertandingi di wilayah tersebut. Kemenangan tersebut juga memberi Ysard IV gelar kehormatan tidak resmi 'The Unbroken' (Yang Tak Terpatahkan) di antara para pengikutnya.
Sistem pengawasan militer yang diterapkan oleh Ysard IV sangat rinci, mencakup laporan harian dari setiap unit yang beroperasi, bahkan di pos-pos terpencil. Jaringan mata-mata dan informan yang terorganisir, yang dikenal sebagai 'Telinga Baron', memastikan bahwa setiap pembangkangan, sekecil apa pun, segera dilaporkan dan ditindak. Ini bukan hanya tentang keamanan militer; ini adalah alat untuk menjaga kemurnian ideologis di dalam tubuh militer itu sendiri. Loyalitas yang goyah dianggap sebagai kelemahan struktural, dan Ysard IV memastikan kelemahan tersebut segera dihilangkan dengan efisiensi yang dingin dan tidak emosional. Ia menghukum kegagalan dengan setara dengan pengkhianatan, sehingga memupuk budaya keunggulan yang brutal di antara komandannya.
Ekonomi Totaliter Ysard IV
Meneruskan fondasi yang diletakkan oleh Ysard II, Baron Ysard IV membawa kontrol ekonomi ke tingkat totaliter. Ia menasionalisasi semua industri kunci—besi, batu bara, garam, dan perdagangan gandum. Keputusan ini menghancurkan kekayaan para pedagang independen dan klan bangsawan lama yang mencoba mempertahankan otonomi ekonomi mereka, tetapi secara drastis meningkatkan pendapatan pusat dinasti Valois. Kekuatan finansial Baron Ysard IV adalah kekuatannya yang paling besar, memungkinkan dia untuk membiayai pasukan permanen yang besar, proyek konstruksi ambisius, dan jaringan diplomatik yang luas.
Ia memperkenalkan mata uang terstandardisasi dengan gambar wajahnya yang tegas, 'Dinar Besi', dan memaksa penggunaannya dalam semua transaksi di seluruh Aethelgard, secara efektif melumpuhkan sisa-sisa feodalisme ekonomi. Kebijakan ini, meskipun kejam bagi pemilik tanah lama, memberikan stabilitas yang belum pernah ada sebelumnya bagi petani dan pekerja. Mereka mungkin hidup di bawah kekuasaan yang kejam, tetapi mereka dijamin pekerjaan, dan nilai uang mereka stabil—sebuah pertukaran yang banyak rakyat biasa anggap dapat diterima. Ysard IV memahami bahwa rakyat yang lapar adalah rakyat yang memberontak, sehingga ia memastikan produksi pangan dikelola secara terpusat untuk mencegah kelangkaan yang tidak perlu, meskipun kelebihan hasil panen segera diserap oleh militer dan proyek-proyeknya. Kontrol atas gandum adalah kontrol atas jiwa rakyat, dan Baron Ysard IV adalah tuannya.
Detil Kehidupan Sehari-hari di Bawah Rezim Baron Y
Meskipun sejarah berfokus pada perang dan benteng, kehidupan sehari-hari di Aethelgard di bawah Ysard IV adalah subjek yang sama menariknya. Kota-kota dirancang ulang untuk mencerminkan ketertiban. Jalanan lurus dan lebar, patroli militer konstan, dan jam malam yang ketat adalah norma. Kurva atau ketidakteraturan dalam perencanaan kota dilihat sebagai potensi celah keamanan. Arsitektur publik didominasi oleh gaya 'Neo-Ysardian'—struktur besar, monolitik, terbuat dari batu hitam atau abu-abu gelap, yang dimaksudkan untuk membuat individu merasa kecil di hadapan kekuasaan negara.
Pendidikan, yang sebelumnya berada di bawah kendali gereja atau bangsawan lokal, sepenuhnya di bawah kontrol negara. Sekolah-sekolah mengajarkan sejarah yang telah disetujui, menekankan pentingnya disiplin, loyalitas, dan keunggulan teknis. Anak-anak diajarkan sejak usia dini bahwa pengorbanan pribadi demi kebaikan Aethelgard adalah kehormatan tertinggi. Seni dan musik juga disensor secara ketat. Musik yang ceria atau melankolis dilarang, digantikan oleh komposisi-komposisi mars yang heroik dan ode-ode pujian terhadap Baron Ysard dan dinasti Valois. Kreativitas yang tidak melayani negara dianggap subversif.
Aspek unik dari kontrol sosial Baron Ysard IV adalah sistem 'Pengawasan Tetangga'. Setiap sepuluh rumah tangga diwajibkan untuk menunjuk satu 'Pengawas Komunal' yang bertugas melaporkan aktivitas yang mencurigakan, gosip yang memberontak, atau kritik terhadap rezim. Kegagalan melaporkan kegiatan terlarang dapat menyebabkan hukuman berat bagi seluruh sepuluh rumah tangga. Sistem ini menciptakan paranoia yang meluas dan efektif, memastikan bahwa rakyat mengawasi diri mereka sendiri dan tetangga mereka, sehingga mengurangi kebutuhan Baron untuk mengerahkan pasukan keamanan dalam jumlah besar untuk pengendalian sipil sehari-hari. Kekuasaan Ysard IV begitu merasuk sehingga ia membuat rakyatnya sendiri menjadi instrumen penindasan.
Kontrol atas informasi publik sangat mutlak. Hanya dinasti Valois yang diizinkan memiliki mesin cetak, dan semua 'selebaran' yang diedarkan harus memiliki stempel resmi Baron Y. Literasi didorong, bukan untuk membebaskan pikiran, tetapi untuk memastikan bahwa rakyat dapat membaca dan memahami proklamasi dan dekrit resmi yang dikeluarkan dari Citadel Ignis. Dengan demikian, literasi menjadi alat kontrol, bukan pembebasan. Kekuatan narasi, seperti yang disadari oleh Ysard III, mencapai puncaknya di bawah Ysard IV, yang memanipulasi setiap saluran komunikasi yang mungkin untuk mengabadikan citranya sebagai penguasa yang adil, meskipun tegas.
Hubungan Diplomatik: Penguasa yang Dingin
Dalam urusan luar negeri, Baron Ysard IV dikenal karena pendekatannya yang dingin dan transaksional. Ia tidak memiliki sekutu permanen, hanya kepentingan permanen. Kerajaan Valoria, yang secara nominal adalah tuannya, diperlakukan dengan penghormatan yang dangkal. Ysard IV rutin mengirimkan hadiah-hadiah mahal dan indah kepada Raja Valoria, tetapi hadiah-hadiah ini selalu disertai dengan penolakan sopan namun tegas terhadap permintaan apa pun yang mungkin melemahkan otonomi Aethelgard. Sikap ini menempatkan Aethelgard dalam posisi unik; terlalu kuat untuk diserang oleh kerajaan tetangga, tetapi terlalu mandiri untuk dianggap sebagai vasal yang dapat diandalkan.
Ia menggunakan diplomasi sebagai perpanjangan dari peperangan. Perjanjian damai yang ia tandatangani sering kali berisi klausul-klausul yang tampaknya tidak berbahaya tetapi secara strategis menguntungkan dinasti Valois dalam jangka panjang, misalnya, hak eksklusif untuk mendirikan pos perdagangan di perbatasan tertentu atau konsesi tambang mineral yang tersembunyi. Penguasa lain belajar untuk berhati-hati dalam berurusan dengan Baron Y; mereka tahu bahwa setiap perjanjian dengannya adalah kekalahan kecil yang dikemas sebagai kemenangan diplomatik.
Kemunduran dan Misteri: Akhir dari Ysard IV
Meskipun dominasi Baron Ysard IV tampaknya tak tertembus, benih-benih kemunduran ditanam oleh tirani itu sendiri. Kontrol yang absolut menciptakan kebencian yang mendalam di kalangan bangsawan yang tersingkir dan para intelektual yang tertekan. Konflik terakhir Ysard IV bukanlah dengan musuh eksternal, melainkan dengan musuh internal yang paling berbahaya: ambisi keluarganya sendiri.
Pemberontakan 'The Crimson Oath'
Pada masa tuanya, Ysard IV menjadi semakin paranoid dan terisolasi di dalam Citadel Ignis. Keputusan-keputusannya menjadi lebih kejam, dan ia mulai mencurigai bahkan komandan militernya yang paling setia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh keponakannya, Lycan V (yang seharusnya menjadi penerus kedua), yang memimpin sebuah koalisi rahasia bangsawan lama, pedagang yang dirugikan, dan beberapa faksi militer yang lelah dengan tirani dingin Ysard. Koalisi ini dikenal sebagai 'The Crimson Oath'. Mereka berencana untuk menggulingkan Ysard IV dan mengembalikan beberapa hak istimewa feodal yang telah dicabut.
Pemberontakan ini meletus setelah Ysard IV mengeksekusi seorang jenderal populer karena pelanggaran kecil dalam logistik. Walaupun pasukan pemberontak tidak mampu menembus Citadel Ignis secara frontal, mereka berhasil memotong jalur pasokan makanan dan komunikasi, yang selama ini dibanggakan oleh Ysard IV. Pengepungan Citadel berlangsung selama delapan bulan, sebuah periode yang dipenuhi oleh pertempuran gerilya dan pengepungan yang sia-sia di kaki gunung.
Hilangnya Baron Ysard IV
Klimaks dari cerita Baron Ysard IV adalah momen yang diselimuti kabut legenda dan laporan yang kontradiktif. Berbeda dengan banyak tiran yang tewas dalam pertempuran atau dieksekusi, Ysard IV tidak pernah ditemukan. Setelah pengepungan yang panjang, ketika pasukan The Crimson Oath akhirnya berhasil menembus gerbang luar Citadel Ignis melalui pengkhianatan dari dalam, mereka menemukan kediaman pribadi Baron Ysard IV kosong. Kamar pribadinya, yang dijaga dengan ketat, hanya berisi gulungan dokumen yang telah dibakar, dan sebuah surat yang ditujukan kepada keponakannya, Lycan V, yang berbunyi: "Kekuatan tidak dapat diwariskan, ia harus direbut. Jika kamu tidak dapat menemukanku, maka kamu tidak layak menjadi penerusku."
Teori tentang hilangnya Baron Ysard IV sangat beragam. Beberapa mengatakan ia bunuh diri, melompat dari Mata Valois ke jurang. Yang lain bersikeras bahwa ia memiliki jalur pelarian rahasia yang mengarah ke Pegunungan Drakon, di mana ia hidup sebagai pertapa yang mengawasi kekacauan yang ia tinggalkan. Teori yang paling fantastis menyatakan bahwa ia menggunakan ilmunya tentang alkimia (suatu subjek yang ia pelajari secara pribadi) untuk mengubah dirinya menjadi entitas abadi yang masih bersembunyi di dalam dinding Citadel, menunggu saat yang tepat untuk kembali dan merebut kembali Aethelgard. Misteri ini memastikan bahwa legenda Baron Y tetap hidup dan kuat, bahkan setelah kekuasaannya berakhir.
Warisan Abadi dari Dinasti Baron Y
Struktur Kekuasaan yang Tak Terpatahkan
Meskipun Lycan V berhasil merebut gelar Baron (mengambil nama Ysard V untuk legitimasi), ia tidak pernah mencapai tingkat kontrol atau kekaguman yang dipegang oleh pamannya. Dinasti Valois berlanjut selama beberapa generasi lagi, tetapi mereka hanya mengelola sistem, bukan membentuknya. Warisan terbesar dari Baron Ysard IV adalah struktur birokrasi dan militer yang ia bangun. Bahkan setelah kematiannya, Kodeks Ysardian tetap menjadi dasar hukum Aethelgard. Legiun Baja, meskipun digoyahkan oleh pemberontakan, tetap menjadi tentara paling efektif di Valoria selama dua abad.
Infrastruktur yang dibangun oleh dinasti Baron Y—jalan, kanal, dan khususnya Citadel Ignis—menjadi aset permanen yang membentuk geografi ekonomi dan militer kawasan. Para penerus Baron Ysard, yang jauh lebih lemah dalam karakter dan visi, terpaksa mengandalkan fondasi yang diletakkan oleh Penguasa Besi. Mereka mungkin telah melonggarkan beberapa kontrol totaliter, tetapi mereka tidak pernah berani membongkar sistem pengawasan atau struktur pajak yang telah begitu berhasil mendanai kekuasaan mereka. Aethelgard, secara budaya dan struktural, selamanya dicetak oleh cetakan Ysard IV.
Peran dalam Sejarah Valoria
Pengaruh Baron Y terhadap sejarah Valoria tidak dapat dilebih-lebihkan. Dengan membangun Aethelgard sebagai benteng tak tertembus di perbatasan timur, Ysard IV secara tidak sengaja melindungi Kerajaan Valoria dari invasi barbar yang serius dari timur. Meskipun ia adalah penguasa yang sangat independen, tindakannya secara efektif menciptakan zona penyangga yang stabil, memungkinkan Valoria untuk fokus pada konsolidasi internal. Ironisnya, tiran yang paling ambisius ini juga menjadi penyelamat strategis wilayah yang secara nominal ia layani. Sejarawan modern sering berdebat apakah Baron Ysard IV adalah pengkhianat terbesar Valoria karena menolak kekuasaan Raja, atau pelayan terhebat karena menyelamatkan perbatasan secara efektif.
Diskusi mengenai Ysard IV dan dinasti Baron Y menjadi topik sentral dalam studi politik kontemporer, sering dijadikan studi kasus tentang bagaimana tatanan dapat muncul dari tirani. Para filsuf berdebat: apakah lebih baik hidup dalam ketertiban yang kejam di bawah seorang Baron Y, di mana keamanan terjamin dan perdagangan stabil, atau dalam kebebasan yang sarat kekacauan yang mendahului kekuasaannya? Debat etika ini, yang terus berlanjut hingga hari ini, adalah bukti nyata bahwa warisan Baron Ysard jauh melampaui batas-batas fisik Aethelgard. Kekuasaannya adalah contoh ekstrem dari tesis bahwa kekejaman yang sistematis dapat menghasilkan kemakmuran, selama kekejaman tersebut diterapkan dengan kecerdasan yang konsisten dan tanpa emosi.
Bahkan ribuan tahun setelah hilangnya Ysard IV, nama Baron Y tetap menjadi kata sandi yang kuat di wilayah Valoria, menandakan tirani yang cerdik dan kekuasaan yang tak tergoyahkan. Setiap upaya untuk mengembalikan feodalisme lama selalu gagal, karena birokrasi yang ditinggalkan oleh Ysard IV terlalu efisien dan terlalu mengakar. Bahkan ketika dinasti Valois akhirnya jatuh karena intrik internal dan kepemimpinan yang lemah, sistemnya bertahan, hanya berganti tangan. Kekuatan Ysard IV bukanlah dalam hidupnya, tetapi dalam mekanisme yang ia ciptakan, mekanisme yang terus berjalan jauh setelah tangan sang pencipta mendingin. Citadel Ignis, berdiri megah di pegunungan, tetap menjadi saksi bisu kehendak seorang manusia yang bertekad untuk menjadi abadi melalui ketertiban yang ia ciptakan, bukan melalui kasih sayang yang ia tolak.
Warisan Ysard IV terus mempengaruhi militer dan politik modern. Doktrin militernya, yang menekankan logistik superior dan pelatihan elit, masih dipelajari di akademi militer. Pendekatan totaliter Ysard terhadap ekonomi, meskipun dikecam secara moral, diakui sebagai model pengendalian sumber daya yang sangat efektif pada masa perang. Baron Y telah bertransformasidari seorang penguasa sejarah menjadi sebuah konsep: metafora untuk kekuasaan yang paling efisien dan paling ditakuti. Bahkan di zaman modern yang beradab, ketika para politisi ingin menakut-nakuti rakyat mereka agar mematuhi undang-undang baru, mereka sering membisikkan ancaman tentang 'metode Baron Y', memastikan bahwa bayangan Penguasa Besi ini tidak pernah benar-benar memudar dari kesadaran kolektif.
Analisis terhadap kebijakan Baron Ysard IV, terutama yang berkaitan dengan sistem informasi dan pengawasan, mengungkapkan kedalaman pemahamannya tentang psikologi massa. Ia tidak perlu memenjarakan semua orang; ia hanya perlu membuat semua orang yakin bahwa mereka sedang diawasi, setiap saat, oleh Telinga Baron yang tak terlihat. Kepercayaan bahwa keadilan akan datang dengan cepat dan tanpa pandang bulu adalah kunci stabilitasnya. Dengan demikian, kekejaman Ysard adalah kekejaman yang terkomputasi, diterapkan bukan karena kesenangan sadistis, tetapi sebagai alat murni untuk mencapai ketertiban yang sempurna. Para sejarawan yang skeptis terhadap romantisme kepahlawanan sering memuji Ysard IV karena kejujurannya yang brutal: ia tidak berpura-pura menjadi pelindung rakyatnya; ia adalah tuannya, dan ia menuntut kepatuhan total sebagai imbalan atas jaminan ketertiban. Kontras antara tujuannya (stabilitas) dan metodenya (tirani) adalah inti dari legenda Baron Y yang abadi.
Kisah tentang Baron Ysard, dari Ysard I sang pendiri yang berdarah dingin hingga Ysard IV sang tiran filsuf, adalah sebuah peringatan akan bahaya kekuasaan yang tidak terkontrol, namun pada saat yang sama, pengakuan akan daya tarik ketertiban yang mutlak. Aethelgard mungkin telah menemukan kedamaian, tetapi itu adalah kedamaian kuburan, di mana setiap individu tunduk pada kehendak satu orang. Dan di tengah semua intrik dan kekejaman, yang tersisa adalah nama: Baron Y, bayangan yang berdiri tegak di atas benteng yang terbuat dari basal hitam dan ambisi tak terbatas, menunggu untuk melihat apakah dunia akhirnya akan belajar dari kekejamannya atau mengulanginya.
Kisah dinasti Baron Ysard de Valois, dengan segala kemegahan dan horornya, tetap menjadi babak yang paling mendalam dan paling kontroversial dalam sejarah Valoria. Bahkan hingga saat ini, di malam hari ketika angin kencang berhembus melalui celah-celah Citadel Ignis, penduduk setempat bersumpah mereka dapat mendengar gema perintah keras dari Baron Ysard IV, sang Penguasa Besi, yang jiwanya mungkin masih terikat pada warisan kekuasaan yang ia bangun dengan darah dan baja. Keberadaannya, baik dalam sejarah maupun mitos, adalah sebuah studi yang tak pernah selesai tentang batas-batas ambisi manusia.