I. Konsep Dasar Baris Aritmatika
Baris aritmatika, yang sering disebut juga barisan hitung, merupakan salah satu konsep fundamental dalam matematika, khususnya dalam studi tentang pola bilangan. Inti dari baris aritmatika adalah keteraturan; setiap suku (elemen) berikutnya dalam barisan diperoleh dengan menambahkan suatu bilangan konstan pada suku sebelumnya. Bilangan konstan inilah yang menjadi ciri khas dan kunci utama dalam analisis baris aritmatika, dikenal sebagai **beda** atau *selisih umum* (dilambangkan dengan b).
Untuk memahami baris aritmatika secara mendalam, kita harus mengakui bahwa ia merepresentasikan pertumbuhan atau penurunan linear. Jika kita memplot suku-suku barisan ini pada grafik, hasilnya selalu berupa titik-titik yang terletak pada garis lurus. Inilah mengapa baris aritmatika memiliki kaitan erat dengan fungsi linear dalam aljabar.
Definisi Formal dan Terminologi
Barisan bilangan U_1, U_2, U_3, \dots, U_n disebut barisan aritmatika jika selisih antara dua suku yang berurutan selalu tetap. Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai:
- U_2 - U_1 = b
- U_3 - U_2 = b
- U_n - U_{n-1} = b
Dalam konteks ini, terminologi yang wajib dikuasai adalah:
- **Suku Pertama (a atau U_1):** Elemen awal dari barisan.
- **Beda (b):** Selisih konstan antara dua suku berurutan. Beda dapat bernilai positif (barisan naik), negatif (barisan turun), atau nol (barisan konstan).
- **Suku ke-n (U_n):** Elemen pada posisi ke-n dalam barisan.
Gambar 1: Ilustrasi visual Baris Aritmatika. Jarak horizontal antara setiap suku (beda, b) selalu konstan.
II. Formula Suku ke-n (U_n) dan Derivasinya
Kemampuan untuk menentukan suku ke-n tanpa harus menghitung semua suku sebelumnya adalah inti efisiensi dari baris aritmatika. Formula ini diturunkan melalui pola penambahan beda (b).
Proses Derivasi Formula
Misalkan suku pertama adalah a. Kita dapat menuliskan setiap suku dalam kaitannya dengan a dan b:
- U_1 = a
- U_2 = U_1 + b = a + 1b
- U_3 = U_2 + b = (a + b) + b = a + 2b
- U_4 = U_3 + b = (a + 2b) + b = a + 3b
Dari pola di atas, kita mengamati bahwa koefisien b selalu satu kurang dari nomor suku (n). Dengan demikian, rumus umum untuk suku ke-n adalah:
Penggunaan formula ini memungkinkan kita melompati perhitungan suku-suku perantara. Sebagai contoh, jika kita memiliki barisan 5, 8, 11, 14, dan ingin mencari suku ke-100:
Contoh Penggunaan U_n
Diketahui barisan aritmatika: 5, 8, 11, 14, ... Tentukan U_{100}.
- Identifikasi: a = 5 (suku pertama).
- Hitung beda: b = 8 - 5 = 3.
- Substitusikan ke rumus U_n = a + (n-1)b, dengan n = 100.
- U_{100} = 5 + (100 - 1) \times 3
- U_{100} = 5 + (99) \times 3
- U_{100} = 5 + 297 = 302
Suku ke-100 dari barisan tersebut adalah 302.
Hubungan antara Suku Non-Berurutan
Seringkali dalam soal, kita hanya diberikan dua suku yang posisinya berjauhan, misalnya U_p dan U_q. Kita dapat menggunakan dua persamaan simultan untuk menemukan a dan b, atau menggunakan formula beda yang lebih efisien:
Karena U_q = a + (q-1)b dan U_p = a + (p-1)b, jika kita mengurangkan kedua persamaan tersebut:
U_q - U_p = [(a + (q-1)b)] - [(a + (p-1)b)]
U_q - U_p = a - a + (q-1)b - (p-1)b
U_q - U_p = (q - 1 - p + 1)b
Formula ini sangat kuat karena memungkinkan kita menemukan beda tanpa perlu mengetahui suku pertama (a) terlebih dahulu. Perbedaan antara dua suku aritmatika hanyalah hasil kali beda umum (b) dengan selisih posisi mereka.
Contoh Menentukan Beda dari Dua Suku Jauh
Diketahui suku ke-5 adalah 18 (U_5 = 18) dan suku ke-12 adalah 39 (U_{12} = 39). Tentukan beda (b) barisan tersebut.
- Identifikasi: q=12, p=5.
- Gunakan rumus beda: b = (U_{12} - U_5) / (12 - 5)
- b = (39 - 18) / 7
- b = 21 / 7 = 3
Beda barisan tersebut adalah 3. Setelah b ditemukan, kita dapat mencari a dengan mensubstitusikannya kembali ke salah satu persamaan, misalnya U_5 = a + 4b:
18 = a + 4(3) \Rightarrow 18 = a + 12 \Rightarrow a = 6.
III. Deret Aritmatika: Penjumlahan Suku-Suku (S_n)
Deret aritmatika adalah hasil penjumlahan dari suku-suku dalam baris aritmatika. Penjumlahan ini dilambangkan dengan S_n, yang berarti jumlah dari n suku pertama.
Metode Gauss dan Formula Summasi
Formula untuk menghitung S_n secara cepat dikreditkan pada matematikawan cilik Carl Friedrich Gauss. Legenda mengatakan bahwa saat berusia 10 tahun, ia diminta gurunya menjumlahkan bilangan 1 hingga 100 untuk menyibukkan dirinya. Gauss menemukan pola bahwa pasangan bilangan di kedua ujung (1+100, 2+99, 3+98, ...) selalu menghasilkan jumlah yang sama (101).
Deret aritmatika dapat dituliskan dalam dua arah:
S_n = U_1 + U_2 + \dots + U_{n-1} + U_n
S_n = U_n + U_{n-1} + \dots + U_2 + U_1
Jika kita menjumlahkan kedua persamaan ini suku demi suku, kita peroleh:
2S_n = (U_1 + U_n) + (U_2 + U_{n-1}) + \dots + (U_n + U_1)
Karena U_k + U_{n-k+1} selalu sama dengan U_1 + U_n (prinsip simetri), dan terdapat n pasangan suku, maka:
2S_n = n \times (U_1 + U_n)
Rumus Deret Aritmatika (Bentuk 1)
$$ S_n = \frac{n}{2}(a + U_n) $$Kita juga dapat menyubstitusikan rumus U_n = a + (n-1)b ke dalam formula di atas untuk mendapatkan rumus yang hanya bergantung pada a, n, dan b:
Rumus Deret Aritmatika (Bentuk 2)
$$ S_n = \frac{n}{2}(2a + (n-1)b) $$Karakteristik Pertumbuhan Kuadratis S_n
Perhatikan bahwa jika kita membuka kurung pada Formula Bentuk 2, S_n adalah fungsi kuadrat terhadap n:
S_n = \frac{n}{2} [2a + nb - b] = n \left[ \left( a - \frac{b}{2} \right) + \frac{b}{2} n \right]
S_n = \frac{b}{2} n^2 + \left( a - \frac{b}{2} \right) n
Ini menunjukkan bahwa jumlah deret aritmatika bertambah secara parabolik (kuadratis), berbeda dengan suku individual (U_n) yang bertambah secara linear.
Contoh Perhitungan Deret
Hitunglah jumlah 20 suku pertama dari barisan aritmatika: 7, 10, 13, ...
- Identifikasi: a = 7, b = 3, n = 20.
- Gunakan Formula Bentuk 2: S_{20} = \frac{20}{2}(2(7) + (20-1)3)
- S_{20} = 10 (14 + (19)3)
- S_{20} = 10 (14 + 57)
- S_{20} = 10 (71) = 710
Hubungan antara S_n dan U_n
Terdapat hubungan penting yang memungkinkan kita mencari suku ke-n jika kita mengetahui jumlah n suku pertama (S_n) dan jumlah n-1 suku pertama (S_{n-1}).
Karena S_n = U_1 + U_2 + \dots + U_{n-1} + U_n dan S_{n-1} = U_1 + U_2 + \dots + U_{n-1}, maka:
Formula ini sangat berguna ketika barisan aritmatika disajikan dalam bentuk fungsi penjumlahan. Misalnya, jika diketahui S_n = 3n^2 + 5n, kita dapat mencari U_n dan bedanya.
Contoh Menggunakan Hubungan S_n dan U_n
Jika jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah S_n = 2n^2 + 4n, tentukan beda deret tersebut.
- Cari S_1 (yang sama dengan U_1): S_1 = 2(1)^2 + 4(1) = 6. Jadi, a = 6.
- Cari S_2: S_2 = 2(2)^2 + 4(2) = 8 + 8 = 16.
- Cari U_2: U_2 = S_2 - S_1 = 16 - 6 = 10.
- Tentukan beda: b = U_2 - U_1 = 10 - 6 = 4.
Beda dari deret tersebut adalah 4. Perhatikan bahwa beda b adalah dua kali koefisien n^2 dalam rumus S_n (2 \times 2 = 4). Ini adalah shortcut yang valid untuk deret aritmatika yang lengkap (tanpa konstanta tambahan).
IV. Interpolasi dan Sisipan Suku
Interpolasi dalam baris aritmatika berarti menyisipkan sejumlah suku di antara dua suku yang sudah ada sehingga membentuk barisan aritmatika baru yang lebih panjang. Proses ini penting dalam banyak aplikasi yang memerlukan densitas data yang lebih tinggi atau pembagian interval yang seragam.
Formula Beda Baru
Misalkan kita memiliki dua bilangan, x dan y, dan kita ingin menyisipkan k bilangan di antaranya. Barisan baru yang terbentuk akan memiliki suku pertama x dan suku terakhir y.
Jika disisipkan k suku, maka total suku baru (n_{baru}) adalah k + 2. Suku y akan menjadi suku ke-(k+2).
Kita tahu bahwa selisih antara suku ke-(k+2) dan suku ke-1 adalah (k+2 - 1)b_{baru}, atau (k+1)b_{baru}. Maka:
y - x = (k+1)b_{baru}
Beda Baru (b_baru) setelah Interpolasi
$$ b_{baru} = \frac{y - x}{k + 1} $$Di mana k adalah jumlah suku yang disisipkan.
Contoh Interpolasi
Di antara bilangan 10 dan 85 disisipkan 4 bilangan sehingga membentuk barisan aritmatika baru. Tentukan barisan baru tersebut dan beda barunya.
- Identifikasi: x = 10, y = 85, k = 4.
- Hitung beda baru (b_{baru}): b_{baru} = \frac{85 - 10}{4 + 1} = \frac{75}{5} = 15.
- Barisan baru: Dimulai dari 10 dan ditambahkan 15 secara berurutan.
- Barisan baru: 10, (10+15), (25+15), (40+15), (55+15), 85.
- Hasil: 10, 25, 40, 55, 70, 85.
Konsep interpolasi ini sangat penting dalam bidang teknik dan pemrograman, terutama ketika membuat urutan nilai yang harus memiliki perubahan langkah yang konsisten antara titik awal dan akhir, seperti dalam grafik atau animasi yang linear.
V. Aplikasi Praktis Baris dan Deret Aritmatika
Baris dan deret aritmatika bukanlah sekadar konsep abstrak, melainkan alat matematika yang digunakan untuk memodelkan berbagai fenomena di dunia nyata yang menunjukkan pertumbuhan atau penurunan yang stabil.
1. Keuangan dan Perbankan
Dalam konteks keuangan, baris aritmatika paling sering terlihat dalam perhitungan bunga tunggal (simple interest) atau skema cicilan linear.
- **Bunga Tunggal:** Jika modal awal diinvestasikan dengan bunga tunggal, total uang yang terkumpul setiap periode akan membentuk baris aritmatika. Kenaikan uang (jumlah bunga) adalah beda (b) yang konstan.
- **Depresiasi Aset:** Metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation) pada aset perusahaan menyebabkan nilai buku aset berkurang dengan jumlah yang sama setiap tahunnya. Nilai buku tahunan membentuk baris aritmatika menurun.
Contoh Aplikasi Keuangan (Depresiasi)
Sebuah mesin dibeli seharga Rp 100.000.000 dan diprediksi mengalami penyusutan nilai sebesar Rp 5.000.000 per tahun. Tentukan nilai mesin pada akhir tahun ke-8.
- Suku pertama (a): Nilai awal = 100.000.000.
- Beda (b): Penyusutan = -5.000.000 (negatif karena menurun).
- Tahun ke-8 adalah suku ke-9 (U_9), karena U_1 adalah nilai awal (tahun ke-0).
- U_9 = a + (9-1)b
- U_9 = 100.000.000 + 8(-5.000.000)
- U_9 = 100.000.000 - 40.000.000 = 60.000.000.
Nilai mesin pada akhir tahun ke-8 adalah Rp 60.000.000.
2. Pola Geometri dan Susunan
Pola penataan objek yang bertambah secara konstan sering dimodelkan dengan deret aritmatika, seperti susunan kursi di bioskop atau tumpukan balok.
Contoh Susunan Kursi
Sebuah aula memiliki 15 baris kursi. Baris pertama memiliki 20 kursi, dan setiap baris berikutnya bertambah 3 kursi dari baris sebelumnya. Tentukan total kapasitas kursi aula tersebut.
- Identifikasi: a = 20, b = 3, n = 15.
- Tujuan: Mencari total jumlah kursi (S_{15}).
- S_{15} = \frac{15}{2}(2a + (15-1)b)
- S_{15} = 7.5 (2(20) + 14(3))
- S_{15} = 7.5 (40 + 42)
- S_{15} = 7.5 (82) = 615.
Total kapasitas aula adalah 615 kursi.
VI. Konsep Suku Tengah (U_t)
Dalam baris aritmatika yang memiliki jumlah suku ganjil, selalu ada satu suku yang terletak tepat di tengah barisan. Suku ini disebut suku tengah (U_t). Konsep ini sangat berguna untuk memverifikasi keakuratan barisan atau mencari informasi yang hilang.
Posisi dan Nilai Suku Tengah
Jika barisan memiliki n suku (di mana n ganjil), maka posisi suku tengah (t) adalah:
Nilai dari suku tengah (U_t) memiliki hubungan istimewa dengan suku pertama (a atau U_1) dan suku terakhir (U_n). Karena suku tengah berada di posisi yang simetris, nilainya adalah rata-rata aritmatika dari suku pertama dan suku terakhir:
Lebih lanjut, jika kita menjumlahkan semua suku dalam barisan dengan jumlah ganjil, kita dapat menggunakan suku tengah untuk menyederhanakan perhitungan S_n:
S_n = \frac{n}{2} (U_1 + U_n)
Karena U_1 + U_n = 2U_t, maka:
Contoh Suku Tengah
Barisan aritmatika 3, 7, 11, ..., 51. Tentukan suku tengahnya dan total jumlah suku.
- Identifikasi: a = 3, U_n = 51.
- Hitung suku tengah: U_t = (3 + 51) / 2 = 54 / 2 = 27.
- Untuk mencari n, kita perlu b: b = 7 - 3 = 4.
- Gunakan U_n = a + (n-1)b: 51 = 3 + (n-1)4.
- 48 = 4(n-1) \Rightarrow 12 = n-1 \Rightarrow n = 13.
- Verifikasi posisi suku tengah: t = (13 + 1) / 2 = 7. Jadi U_7 = 27.
- Jumlah total: S_{13} = 13 \times U_t = 13 \times 27 = 351.
VII. Baris Aritmatika Bertingkat (Deret Kuadratis)
Tidak semua barisan memiliki beda yang konstan pada tingkat pertama. Baris aritmatika bertingkat (sering juga disebut barisan kuadratis atau tingkat dua) adalah barisan di mana beda antara suku-suku berurutan membentuk barisan aritmatika lain. Dengan kata lain, beda dari beda (selisih kedua) adalah konstan.
Struktur Barisan Bertingkat
Perhatikan barisan: 2, 6, 12, 20, 30, ...
- Selisih Tingkat 1 (Baris Beda): 4, 6, 8, 10, ...
- Selisih Tingkat 2 (Beda Konstan): 2, 2, 2, ...
Karena selisih kedua konstan, barisan ini adalah barisan aritmatika bertingkat dua. Rumus suku ke-n dari barisan seperti ini akan berbentuk kuadratis: U_n = An^2 + Bn + C.
Menentukan Rumus U_n pada Tingkat Dua
Kita dapat menemukan koefisien A, B, dan C menggunakan sistem persamaan linier berdasarkan beda pertama (b_1) dan beda konstan (b_2).
Jika U_n = An^2 + Bn + C, maka:
- 2A = b_2 (Beda tingkat kedua)
- 3A + B = b_1 (Suku pertama dari beda tingkat pertama, yaitu U_2 - U_1)
- A + B + C = U_1 (Suku pertama barisan asli)
Contoh Barisan Bertingkat Dua
Tentukan rumus suku ke-n untuk barisan 2, 6, 12, 20, 30, ...
- Beda Tingkat 1: 4, 6, 8, 10. (b_1 = 4)
- Beda Tingkat 2: 2, 2, 2. (b_2 = 2)
- U_1 = 2.
Sistem Persamaan:
- (i) 2A = 2 \Rightarrow A = 1
- (ii) 3A + B = 4 \Rightarrow 3(1) + B = 4 \Rightarrow B = 1
- (iii) A + B + C = 2 \Rightarrow 1 + 1 + C = 2 \Rightarrow C = 0
Substitusi kembali ke U_n = An^2 + Bn + C:
Meskipun barisan ini menghasilkan pola kuadratis, pemecahannya sepenuhnya bergantung pada analisis baris aritmatika dari beda-beda yang dihasilkan.
VIII. Studi Kasus dan Analisis Soal Komprehensif
Untuk menguasai baris dan deret aritmatika, diperlukan latihan mendalam yang menggabungkan semua konsep yang telah dipelajari—suku ke-n, jumlah n suku, suku tengah, dan manipulasi aljabar.
Studi Kasus 1: Menemukan Barisan dari Informasi Deret
Diketahui deret aritmatika memiliki jumlah 4 suku pertama (S_4) sebesar 30 dan jumlah 6 suku pertama (S_6) sebesar 60. Tentukan suku ke-10 (U_{10}) barisan tersebut.
Langkah 1: Membuat Sistem Persamaan
Kita gunakan rumus S_n = \frac{n}{2}(2a + (n-1)b) untuk membentuk dua persamaan dengan variabel a dan b.
Untuk S_4 = 30:
30 = \frac{4}{2}(2a + (4-1)b)
30 = 2(2a + 3b)
(i) 15 = 2a + 3b
Untuk S_6 = 60:
60 = \frac{6}{2}(2a + (6-1)b)
60 = 3(2a + 5b)
(ii) 20 = 2a + 5b
Langkah 2: Eliminasi untuk Menemukan Beda (b)
Kurangi persamaan (i) dari persamaan (ii):
2a + 5b = 20
2a + 3b = 15
----------- (-)
2b = 5
b = 2.5
Beda barisan tersebut adalah 2.5.
Langkah 3: Substitusi untuk Menemukan Suku Pertama (a)
Substitusikan b = 2.5 ke persamaan (i):
15 = 2a + 3(2.5)
15 = 2a + 7.5
7.5 = 2a
a = 3.75
Langkah 4: Menghitung Suku ke-10 (U_{10})
Gunakan rumus U_n = a + (n-1)b, dengan n=10:
U_{10} = 3.75 + (10 - 1) \times 2.5
U_{10} = 3.75 + 9 \times 2.5
U_{10} = 3.75 + 22.5 = 26.25
Suku ke-10 dari barisan tersebut adalah 26.25.
Studi Kasus 2: Deret Aritmatika dalam Konteks Industri
Sebuah perusahaan memproduksi 1.200 unit barang pada bulan pertama operasinya. Karena adanya peningkatan efisiensi, jumlah produksi meningkat secara konstan sebesar x unit setiap bulan. Jika total produksi selama 6 bulan pertama adalah 8.100 unit, berapakah peningkatan produksi bulanan (x) dan berapa produksi pada bulan ke-12?
Langkah 1: Mengidentifikasi Variabel
a = U_1 = 1200 (Produksi bulan pertama)
S_6 = 8100 (Total produksi 6 bulan)
b = x (Peningkatan konstan yang dicari)
Langkah 2: Menentukan Beda (x)
Gunakan S_n = \frac{n}{2}(2a + (n-1)b):
8100 = \frac{6}{2}(2(1200) + (6-1)x)
8100 = 3(2400 + 5x)
Bagi kedua sisi dengan 3:
2700 = 2400 + 5x
300 = 5x
x = 60
Peningkatan produksi bulanan (b) adalah 60 unit.
Langkah 3: Menghitung Produksi Bulan ke-12 (U_{12})
Gunakan U_n = a + (n-1)b:
U_{12} = 1200 + (12 - 1) \times 60
U_{12} = 1200 + 11 \times 60
U_{12} = 1200 + 660 = 1860
Produksi pada bulan ke-12 adalah 1.860 unit.
Studi Kasus 3: Memanfaatkan Suku Tengah dan Jumlah Suku
Terdapat barisan aritmatika ganjil dengan 15 suku. Suku ke-4 adalah 17 dan suku ke-12 adalah 57. Tentukan suku tengah barisan tersebut dan jumlah seluruh suku.
Langkah 1: Menentukan Beda (b)
Gunakan hubungan selisih suku non-berurutan:
b = \frac{U_{12} - U_4}{12 - 4} = \frac{57 - 17}{8} = \frac{40}{8} = 5
Beda barisan adalah 5.
Langkah 2: Menentukan Suku Pertama (a)
Gunakan U_4 = a + 3b:
17 = a + 3(5)
17 = a + 15 \Rightarrow a = 2
Langkah 3: Menentukan Suku Terakhir (U_{15})
U_{15} = a + (15-1)b
U_{15} = 2 + 14(5) = 2 + 70 = 72
Langkah 4: Menghitung Suku Tengah (U_t) dan Jumlah (S_{15})
Posisi suku tengah: t = (15+1)/2 = 8. Jadi kita mencari U_8.
Menggunakan rumus suku tengah: U_8 = \frac{U_1 + U_{15}}{2} = \frac{2 + 72}{2} = \frac{74}{2} = 37.
Jumlah seluruh suku (S_{15}):
S_{15} = n \times U_t = 15 \times 37 = 555
Studi Kasus 4: Analisis Mendalam Barisan Bertingkat
Diberikan barisan bertingkat: 4, 11, 22, 37, 56, ... Tentukan suku ke-20 dari barisan ini.
Langkah 1: Analisis Beda
- Barisan Asli (U_n): 4, 11, 22, 37, 56
- Beda Tingkat 1: 7, 11, 15, 19 (b_1 = 7)
- Beda Tingkat 2 (b_2): 4, 4, 4. (Konstan, b_2 = 4)
Kita tahu U_n = An^2 + Bn + C, dengan U_1 = 4.
Langkah 2: Menentukan Koefisien A, B, C
(i) 2A = b_2 \Rightarrow 2A = 4 \Rightarrow A = 2
(ii) 3A + B = b_1 \Rightarrow 3(2) + B = 7 \Rightarrow 6 + B = 7 \Rightarrow B = 1
(iii) A + B + C = U_1 \Rightarrow 2 + 1 + C = 4 \Rightarrow 3 + C = 4 \Rightarrow C = 1
Langkah 3: Menentukan Rumus Suku ke-n
Rumus umum: U_n = 2n^2 + 1n + 1
Langkah 4: Menghitung Suku ke-20 (U_{20})
U_{20} = 2(20)^2 + 20 + 1
U_{20} = 2(400) + 21
U_{20} = 800 + 21 = 821
Suku ke-20 dari barisan bertingkat tersebut adalah 821.
Studi Kasus 5: Analisis Jumlah Suku Negatif
Tentukan jumlah maksimum suku barisan aritmatika -100, -95, -90, ... agar total jumlahnya (S_n) tidak lebih dari -400.
Langkah 1: Identifikasi dan Rumus S_n
a = -100, b = 5.
Kita mencari n terbesar sehingga S_n \leq -400.
S_n = \frac{n}{2}(2a + (n-1)b)
S_n = \frac{n}{2}(2(-100) + (n-1)5)
S_n = \frac{n}{2}(-200 + 5n - 5)
S_n = \frac{n}{2}(5n - 205)
Langkah 2: Membentuk Pertidaksamaan Kuadratis
\frac{n}{2}(5n - 205) \leq -400
n(5n - 205) \leq -800
5n^2 - 205n + 800 \leq 0
Bagi dengan 5:
n^2 - 41n + 160 \leq 0
Langkah 3: Mencari Akar Persamaan
Untuk mencari nilai n yang memenuhi pertidaksamaan, kita cari akar-akar dari n^2 - 41n + 160 = 0. Kita bisa menggunakan faktorisasi atau rumus kuadratis, namun coba cari bilangan yang dikalikan 160 dan dijumlahkan 41. (Sulit difaktorkan, gunakan rumus kuadratis).
n = \frac{-(-41) \pm \sqrt{(-41)^2 - 4(1)(160)}}{2(1)}
n = \frac{41 \pm \sqrt{1681 - 640}}{2}
n = \frac{41 \pm \sqrt{1041}}{2}
Nilai \sqrt{1041} sekitar 32.26.
Akar-akar perkiraan:
n_1 \approx \frac{41 - 32.26}{2} = \frac{8.74}{2} = 4.37
n_2 \approx \frac{41 + 32.26}{2} = \frac{73.26}{2} = 36.63
Langkah 4: Menentukan Solusi Bilangan Bulat
Karena kita mencari nilai n (jumlah suku) yang harus merupakan bilangan bulat, dan grafik parabola terbuka ke atas, pertidaksamaan n^2 - 41n + 160 \leq 0 terpenuhi untuk 4.37 \leq n \leq 36.63.
Karena n harus bilangan bulat, maka n berkisar antara 5 hingga 36.
Pertanyaan meminta jumlah maksimum suku agar total jumlahnya tidak lebih dari -400. Nilai n terbesar yang memenuhi adalah n = 36.
Ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan transisi dari barisan negatif ke positif. Suku-suku setelah U_{21} mulai bernilai positif (U_{21} = -100 + 20(5) = 0; U_{22} = 5), dan penjumlahan suku positif akan meningkatkan S_n hingga melampaui -400.
Studi Kasus 6: Interpolasi Kompleks
Dua bilangan 2 dan 18. Jika di antara keduanya disisipkan k bilangan sehingga terbentuk barisan aritmatika dengan jumlah total deret 140. Berapa banyak bilangan yang disisipkan (k)?
Langkah 1: Mengidentifikasi Variabel dan Hubungan S_n
Suku pertama a = 2, suku terakhir U_n = 18, S_n = 140. Jumlah suku total adalah n = k + 2.
Langkah 2: Menghitung Jumlah Suku Total (n)
Gunakan rumus S_n = \frac{n}{2}(a + U_n):
140 = \frac{n}{2}(2 + 18)
140 = \frac{n}{2}(20)
140 = 10n
n = 14
Barisan baru tersebut memiliki total 14 suku.
Langkah 3: Menghitung Jumlah Sisipan (k)
Karena n = k + 2, maka:
k = n - 2
k = 14 - 2 = 12
Jumlah bilangan yang disisipkan adalah 12.
Jika diminta beda barisan baru, kita bisa hitung: b = (18 - 2) / (12 + 1) = 16 / 13.
Studi Kasus 7: Hubungan Fungsional Aritmatika
Dua barisan aritmatika, Barisan P memiliki suku ke-n U_n = 5n - 1. Barisan Q memiliki suku ke-n V_n = 3n + 2. Tentukan beda dari barisan baru R yang didefinisikan sebagai jumlah dari kedua suku tersebut, yaitu W_n = U_n + V_n.
Langkah 1: Analisis Beda Barisan Asli
Beda (b) dari barisan aritmatika U_n = Xn + Y selalu sama dengan koefisien n (yaitu X).
- Beda Barisan P (b_P): b_P = 5.
- Beda Barisan Q (b_Q): b_Q = 3.
Langkah 2: Menentukan Rumus Barisan Baru W_n
W_n = U_n + V_n
W_n = (5n - 1) + (3n + 2)
W_n = 8n + 1
Langkah 3: Menentukan Beda Barisan Baru (b_W)
Karena W_n juga berbentuk linear, bedanya adalah koefisien n.
b_W = 8
Atau, secara umum, beda barisan hasil penjumlahan dua barisan aritmatika adalah penjumlahan dari beda masing-masing barisan: b_W = b_P + b_Q = 5 + 3 = 8.
Kesimpulan dari studi kasus ini memperkuat pemahaman bahwa baris aritmatika memiliki sifat linearitas yang stabil terhadap operasi penjumlahan, di mana koefisien n (beda) dari hasil penjumlahan tetap merupakan hasil penjumlahan koefisien n dari komponennya.
IX. Rangkuman dan Signifikansi
Baris aritmatika adalah representasi matematis dari pertumbuhan konstan dan linear. Penguasaan terhadap dua formula utama—U_n = a + (n-1)b untuk suku ke-n dan S_n = \frac{n}{2}(a + U_n) untuk jumlah deret—adalah kunci untuk memecahkan sebagian besar masalah terkait.
Kita telah melihat bagaimana konsep beda konstan (b) mendefinisikan seluruh barisan, baik itu barisan sederhana maupun yang melibatkan interpolasi. Selain itu, pemahaman bahwa deret aritmatika menghasilkan pola kuadratis (S_n sebanding dengan n^2) membuka jalan untuk menganalisis barisan aritmatika bertingkat, yang merupakan jembatan penting menuju studi fungsi kuadratis dan deret pangkat yang lebih kompleks.
Aplikasi praktis baris aritmatika yang meluas di bidang ekonomi, fisika, dan ilmu komputer menegaskan bahwa keteraturan linear ini tetap menjadi salah satu alat pemodelan yang paling fundamental dan esensial dalam matematika terapan.