Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, seringkali kita merindukan sosok pembimbing spiritual yang tulus, bijak, dan mampu memberikan ketenangan batin. Salah satu nama yang begitu lekat di hati banyak orang, khususnya di kalangan masyarakat Banten dan sekitarnya, adalah Abah Uci Turtusi. Beliau dikenal luas bukan hanya sebagai seorang ulama, tetapi lebih dari itu, sebagai seorang mursyid tarekat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah yang kharismatik, sosok ayah bagi jutaan muridnya, dan pengayom umat yang tak kenal lelah.
Kisah hidup Abah Uci Turtusi adalah cerminan dari kesederhanaan, ketekunan, dan kedalaman spiritual. Lahir di Kampung Ambon, Tangerang, beliau tumbuh dalam lingkungan yang religius. Sejak usia muda, semangat belajarnya terhadap ilmu agama sudah sangat menggebu. Beliau menempuh pendidikan di berbagai pesantren terkemuka, menimba ilmu dari para kyai dan ulama yang alim. Perjalanan intelektualnya tidak berhenti di situ, namun terus berlanjut hingga beliau dipercaya memegang estafet kepemimpinan dalam tarekat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah.
Guru Spiritual dan Panutan Umat
Posisi Abah Uci Turtusi sebagai mursyid tarekat menjadikannya pusat spiritual bagi ribuan, bahkan jutaan, jamaah yang berasal dari berbagai latar belakang. Pengajian beliau yang rutin diadakan selalu dipadati oleh para santri dan masyarakat umum yang haus akan ilmu dan siraman rohani. Dengan gaya ceramahnya yang khas, memadukan antara kedalaman ajaran agama dengan bahasa yang mudah dicerna, Abah Uci mampu menyentuh hati setiap pendengarnya. Beliau tidak hanya mengajarkan dogma-dogma agama, tetapi juga menekankan pentingnya akhlak mulia, cinta kasih sesama, dan kehidupan yang penuh kesederhanaan.
"Hidup ini adalah titipan, jalani dengan syukur, tebar kebaikan, dan jangan pernah berhenti belajar." - Pesan inspiratif dari Abah Uci Turtusi
Kehadiran Abah Uci Turtusi seolah menjadi jangkar spiritual bagi masyarakat. Di tengah berbagai problematika kehidupan, beliau hadir sebagai sumber inspirasi dan solusi. Banyak orang yang datang kepadanya untuk berkonsultasi, mencari nasihat, atau sekadar mendapatkan ketenangan dari aura kebajikannya. Beliau tidak pernah membeda-bedakan siapa pun yang datang, semua disambut dengan tangan terbuka dan hati yang lapang. Sikap tawadhu' dan kerendahan hati beliau menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya.
Dampak dan Warisan Abah Uci Turtusi
Warisan Abah Uci Turtusi tidak hanya terbatas pada ajaran-ajaran spiritual semata, tetapi juga pada jejak-jejak kebaikan yang telah beliau tebar selama hidupnya. Melalui dakwahnya, beliau berhasil membentuk generasi yang memiliki pemahaman agama yang kuat dan karakter yang luhur. Pondok Pesantren Suryalaya yang didirikannya di Tangerang menjadi pusat pendidikan dan pengembangan spiritual yang terus berkembang hingga kini, melanjutkan estafet perjuangan beliau dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Ajaran tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, berbakti kepada orang tua, dan senantiasa berbuat baik menjadi prinsip yang tertanam kuat dalam diri para muridnya. Beliau mengajarkan bahwa ibadah yang paling tinggi adalah ketika kita mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Semangat inilah yang terus hidup dan menginspirasi banyak orang untuk berkontribusi positif bagi masyarakat.
Meskipun kini Abah Uci Turtusi telah berpulang ke Rahmatullah, namun semangat, ajaran, dan keteladanannya akan terus hidup dalam hati setiap orang yang pernah merasakan sentuhan kebajikannya. Beliau telah membuktikan bahwa seorang pemimpin spiritual tidak hanya bertugas memimpin ritual keagamaan, tetapi juga menjadi panutan moral, pengayom sosial, dan pembawa cahaya di tengah kegelapan. Kisah Abah Uci Turtusi menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya memiliki sosok guru yang membimbing, menuntun, dan menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.