Abad Pertengahan Awal, seringkali dimulai setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada akhir abad ke-5, merupakan periode yang penuh dengan gejolak, transformasi, dan fondasi bagi peradaban Eropa modern. Periode ini, yang membentang kira-kira hingga abad ke-10 atau ke-11, sering digambarkan sebagai "Zaman Kegelapan" karena penurunan standar hidup, hilangnya banyak pencapaian Romawi, dan fragmentasi politik. Namun, penggambaran ini terlalu sederhana dan mengabaikan perkembangan penting yang terjadi.
Salah satu ciri paling menonjol dari Abad Pertengahan Awal adalah disintegrasi struktur politik Kekaisaran Romawi. Wilayah barat yang luas terpecah belah menjadi berbagai kerajaan barbar yang didirikan oleh suku-suku Jermanik seperti Franka, Visigoth, Ostrogoth, dan Anglo-Saxon. Kerajaan-kerajaan ini sering kali tidak stabil, ditandai dengan perang antar suku, perebutan kekuasaan, dan migrasi penduduk. Sistem feodalisme mulai berkembang secara bertahap sebagai respons terhadap kebutuhan akan keamanan dan ketertiban. Raja-raja memberikan tanah (fief) kepada para pengikutnya (vassal) sebagai imbalan atas kesetiaan dan layanan militer. Struktur hierarkis ini menjadi tulang punggung tatanan sosial dan politik di sebagian besar Eropa selama berabad-abad.
Di tengah kekacauan sekuler, Gereja Katolik Roma muncul sebagai kekuatan penyatu dan penjaga warisan peradaban. Para uskup dan biarawan memainkan peran penting tidak hanya dalam urusan spiritual tetapi juga dalam administrasi, pendidikan, dan pelestarian pengetahuan. Biara-biara menjadi pusat pembelajaran, tempat para biarawan menyalin manuskrip-manuskrip kuno, baik teks-teks keagamaan maupun karya-karya klasik Romawi. Gereja memberikan rasa kontinuitas, identitas budaya, dan harapan di masa yang penuh ketidakpastian. Pengaruh Paus semakin menguat, menjadi kekuatan spiritual dan kadang-kadang politik yang signifikan di seluruh Eropa Barat.
Ekonomi di Abad Pertengahan Awal sebagian besar bersifat agraris. Mayoritas penduduk tinggal di pedesaan dan bekerja di tanah. Sistem manor menjadi unit ekonomi dasar, di mana tuan tanah memiliki tanah dan petani bekerja di bawahnya, seringkali sebagai petani serf yang terikat pada tanah. Perdagangan menurun drastis dibandingkan era Romawi, dan kota-kota menjadi lebih kecil dan kurang penting, meskipun beberapa masih bertahan. Kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada siklus alam dan musim. Kebanyakan orang menjalani kehidupan yang keras, dengan akses terbatas terhadap pendidikan dan kesehatan. Penyakit dan kelaparan adalah ancaman yang konstan.
Abad Pertengahan Awal juga ditandai oleh serangkaian invasi yang mengganggu stabilitas Eropa. Bangsa Viking dari Skandinavia melancarkan serangan sporadis yang kemudian berkembang menjadi penaklukan. Kekhalifahan Islam memperluas wilayahnya hingga ke Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) dan Sisilia, serta melakukan serangan ke wilayah lain. Bangsa Magyar dari Asia Tengah juga menimbulkan ancaman di Eropa Tengah. Tekanan dari berbagai arah ini memaksa kerajaan-kerajaan Eropa untuk memperkuat pertahanan mereka, yang berkontribusi pada perkembangan kastil dan sistem militer feodal.
Meskipun sering dipandang sebagai periode yang kelam, Abad Pertengahan Awal sebenarnya adalah era penting dari adaptasi dan pembentukan identitas baru. Bahasa-bahasa Romawi modern mulai berkembang dari bahasa Latin vulgar, hukum dan adat istiadat baru terbentuk, dan identitas Eropa yang berbeda dari warisan Romawi mulai mengkristal. Perkembangan agama, arsitektur Romanesque awal, dan upaya melestarikan pengetahuan, meskipun terbatas, meletakkan dasar bagi periode Abad Pertengahan Tinggi yang akan datang, yang sering dianggap sebagai puncak dari perkembangan Eropa abad pertengahan. Memahami Abad Pertengahan Awal sangat krusial untuk mengapresiasi bagaimana Eropa bergerak dari reruntuhan kekaisaran kuno menuju bentuk-bentuk politik, sosial, dan budaya yang akan mendefinisikan benua itu selama berabad-abad.