Mengenal 5 Jenis Batuan Sedimen yang Membentuk Permukaan Bumi
Batuan sedimen, sebagai salah satu dari tiga kelompok batuan utama (bersama batuan beku dan batuan metamorf), memainkan peran krusial dalam membentuk lanskap planet kita. Mereka terbentuk dari akumulasi dan pemadatan material yang terlepas dari batuan lain, organisme, atau dari proses kimiawi di permukaan Bumi. Proses pembentukan ini, yang dikenal sebagai sedimentasi, berlangsung selama jutaan tahun, menciptakan rekaman sejarah geologi yang berharga. Memahami 5 jenis batuan sedimen yang paling umum dapat membantu kita mengapresiasi keragaman geologi yang ada di sekitar kita.
Ilustrasi sederhana batuan sedimen
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik adalah jenis yang paling umum dan terbentuk dari fragmen-fragmen batuan dan mineral yang tererosi, terangkut (biasanya oleh air, angin, atau es), dan kemudian terakumulasi. Ukuran fragmen ini menjadi dasar klasifikasi lebih lanjut. Proses pengikatan fragmen ini disebut litifikasi, yang meliputi kompaksi (pemadatan) dan sementasi (pengisian ruang antar butir oleh material mineral baru).
Konglomerat dan Breksi: Batuan ini memiliki fragmen berukuran kerikil atau lebih besar. Perbedaannya terletak pada bentuk fragmen: konglomerat memiliki fragmen yang bulat (tergerus), sedangkan breksi memiliki fragmen yang bersudut tajam.
Batupasir: Terbentuk dari butiran pasir yang terikat. Ukuran butiran pasir umumnya antara 0.0625 mm hingga 2 mm. Batupasir sangat umum ditemukan dan dapat memiliki berbagai komposisi mineral tergantung sumbernya.
Batu Lanau (Siltstone) dan Batulempung (Shale): Batuan ini tersusun dari partikel-partikel yang sangat halus, yaitu lanau (silt) dan lempung (clay). Batulempung seringkali memiliki sifat berlapis (fissile), yang berarti mudah terbelah menjadi lapisan-lapisan tipis.
2. Batuan Sedimen Kimiawi
Batuan sedimen kimiawi terbentuk dari presipitasi (pengendapan) mineral yang terlarut dalam air. Proses ini seringkali terjadi di lingkungan perairan yang mengalami penguapan tinggi atau perubahan kondisi kimiawi. Kadar mineral terlarut yang tinggi dalam air akan mencapai titik jenuhnya, menyebabkan mineral tersebut mengendap dan membentuk lapisan-lapisan batuan.
Batu Gamping (Limestone) Kimiawi: Meskipun banyak batu gamping terbentuk secara organik, beberapa terbentuk melalui presipitasi kalsium karbonat (CaCO3) dari air laut atau air tawar. Contohnya adalah tufa.
Evaporit: Kelompok batuan ini terbentuk dari penguapan air yang kaya garam. Contoh yang paling dikenal adalah garam batu (halite) dan gipsum. Mereka biasanya ditemukan di cekungan yang terisolasi atau di tepi laut yang mengering.
Chert: Batuan yang tersusun dari silika mikrokristalin (SiO2). Chert dapat terbentuk dari presipitasi silika terlarut, atau dari akumulasi sisa-sisa organisme bersilika seperti diatom dan radiolaria (dalam kasus ini, lebih tepat disebut batuan sedimen biokimiawi).
3. Batuan Sedimen Organik (Biokimiawi)
Batuan sedimen organik, atau sering disebut juga batuan sedimen biokimiawi, terbentuk dari akumulasi sisa-sisa organisme, baik tumbuhan maupun hewan. Material organik ini kemudian terakumulasi dan terlitifikasi.
Batu Gamping Organik: Ini adalah jenis batu gamping yang paling umum. Terbentuk dari akumulasi cangkang, kerangka, atau fragmen organisme laut yang kaya kalsium karbonat, seperti kerang, karang, foraminifera, dan alga. Terumbu karang adalah contoh besar pembentukan batu gamping organik.
Batu Bara: Merupakan batuan sedimen organik yang tersusun terutama dari materi tumbuhan yang terkompresi dan terubah di lingkungan bebas oksigen (rawa gambut). Proses pembentukannya melalui tahap-tahap seperti gambut, lignit, batu bara sub-bituminus, bituminus, hingga noda (antrasit).
Diatomite: Batuan yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa kerangka silika mikroskopis dari diatom (alga uniseluler). Sifatnya yang ringan dan berpori menjadikannya berguna dalam berbagai aplikasi industri.
4. Batuan Sedimen Karbonat
Secara teknis, batuan sedimen karbonat mencakup banyak batu gamping, namun kelompok ini seringkali dibahas terpisah karena komposisi utamanya yang spesifik: mineral karbonat, terutama kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk kalsit atau dolomit. Sebagian besar batu gamping di dunia memiliki asal usul biokimiawi, namun batuan karbonat kimiawi juga penting.
Batu Gamping Klastik: Terbentuk dari fragmen-fragmen batu gamping yang lebih tua.
Batu Gamping Oolitik: Terbentuk dari akumulasi ooid, yaitu butiran bulat kecil yang terdiri dari lapisan-lapisan kalsium karbonat yang mengendap di sekitar inti.
Dolomit: Batuan sedimen yang tersusun dari mineral dolomit [CaMg(CO3)2]. Dolomit seringkali terbentuk dari proses dolomitisasi, di mana magnesium dari air laut menggantikan sebagian kalsium dalam batu gamping.
5. Batuan Sedimen Silika
Kelompok ini terdiri dari batuan sedimen yang komposisi utamanya adalah silika (SiO2), baik dalam bentuk amorf maupun kristalin. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, silika dapat berasal dari proses kimiawi maupun biologis.
Chert (Termasuk Flint): Seperti yang telah dijelaskan pada batuan kimiawi, chert adalah batuan silika yang sangat keras dan dapat ditemukan dalam berbagai warna. Flint adalah salah satu jenis chert yang berwarna abu-abu gelap hingga hitam.
Tikar Silika (Siliceous Sinter): Endapan silika amorf yang terbentuk di sekitar sumber air panas atau geiser, seringkali kaya akan jejak fosil organisme yang hidup di lingkungan tersebut.
Memahami 5 jenis batuan sedimen ini memberikan gambaran awal tentang keragaman proses geologi yang telah membentuk Bumi. Setiap jenis batuan sedimen menyimpan cerita tentang lingkungan di masa lalu, mulai dari laut purba yang dangkal, gurun yang luas, hingga hutan rawa yang lebat. Studi batuan sedimen tidak hanya penting untuk geologi dasar, tetapi juga krusial dalam eksplorasi sumber daya alam seperti minyak, gas, dan air tanah.