Batuan metamorf adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses perubahan (metamorfosis) pada batuan beku, sedimen, atau bahkan batuan metamorf lainnya yang sudah ada sebelumnya. Proses ini dipicu oleh perubahan kondisi fisik seperti peningkatan suhu, tekanan, atau interaksi dengan cairan hidrotermal yang sangat panas. Panas dan tekanan ini dapat menyebabkan perubahan mineralogi, tekstur, dan struktur batuan tanpa meleburkannya menjadi magma. Fenomena ini terjadi jauh di dalam kerak bumi, di mana kondisi tersebut umum terjadi.
Keunikan batuan metamorf terletak pada tekstur dan mineral penyusunnya yang mencerminkan sejarah geologis yang kompleks. Berbeda dengan batuan beku yang membeku dari magma, atau batuan sedimen yang terakumulasi dari fragmen, batuan metamorf adalah hasil transformasi yang mendalam. Memahami nama-nama batuan metamorf beserta karakteristiknya adalah kunci untuk menginterpretasikan kondisi geologi di masa lalu.
Ada berbagai macam batuan metamorf, namun beberapa yang paling umum dan mudah dikenali antara lain:
Marmer adalah batuan metamorf yang terbentuk dari metamorfosis batuan sedimen kapur (batu gamping). Komponen utamanya adalah mineral kalsit (CaCO₃). Ketika batu gamping mengalami panas dan tekanan yang cukup, kristal-kristal kalsit akan tumbuh kembali menjadi lebih besar dan saling terkait, menghasilkan tekstur kristal yang khas. Marmer sering kali memiliki warna putih bersih, tetapi keberadaan mineral pengotor dapat memberikannya berbagai corak warna seperti abu-abu, merah muda, hijau, atau hitam. Marmer dikenal karena keindahan permukaannya dan sering digunakan sebagai bahan bangunan, patung, dan ornamen.
Kuarsit adalah batuan metamorf yang berasal dari metamorfosis batu pasir yang kaya akan kuarsa. Dalam proses metamorfosis, butiran-butiran kuarsa dalam batu pasir akan menyatu dan tumbuh menjadi kristal kuarsa yang saling mengunci. Hasilnya adalah batuan yang sangat keras dan padat, bahkan lebih keras dari kuarsit aslinya. Kuarsit murni berwarna putih atau abu-abu terang, namun seperti marmer, pengotor mineral dapat menghasilkan warna lain. Kekerasannya menjadikannya material yang tahan lama untuk konstruksi dan bahan baku industri.
Batu sabak adalah batuan metamorf tingkat rendah yang terbentuk dari metamorfosis serpih (shale) atau mudstone. Tekstur yang paling menonjol dari batu sabak adalah foliasi atau belahan yang sangat halus, yang memungkinkan batuan ini pecah menjadi lembaran-lembaran tipis yang rata. Foliasi ini terbentuk akibat orientasi paralel mineral lempung atau mika yang memanjang akibat tekanan. Batu sabak biasanya berwarna abu-abu tua, hitam, hijau, atau ungu, dan banyak digunakan sebagai bahan penutup atap, lantai, atau papan tulis.
Sekis adalah batuan metamorf tingkat menengah yang dicirikan oleh foliasi yang lebih kasar dan terorganisir dibandingkan batu sabak. Mineral yang dominan pada sekis adalah mika (seperti muskovit dan biotit) yang tersusun dalam lapisan paralel, memberikan kilau seperti sutra pada permukaannya. Kadang-kadang, sekis juga mengandung mineral lain seperti garnet atau hornblende. Sekis memiliki tekstur yang agak berlapis-lapis dan dapat dipecah mengikuti bidang foliasinya. Warna sekis sangat bervariasi tergantung pada jenis mika dan mineral lain yang terkandung.
Gneis adalah batuan metamorf tingkat tinggi yang dicirikan oleh foliasi pita atau berlapis-lapis yang jelas, dengan variasi warna yang mencolok antara pita mineral terang (seperti feldspar dan kuarsa) dan pita mineral gelap (seperti biotit dan hornblende). Gneis terbentuk dari metamorfosis batuan beku (seperti granit) atau batuan metamorf lain (seperti sekis) pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi di dalam kerak bumi. Tekstur ini mencerminkan segregasi mineral yang terpisah menjadi lapisan-lapisan. Gneis adalah batuan yang sangat keras dan menjadi komponen penting dari kerak benua.
Hornfels adalah batuan metamorf yang terbentuk akibat metamorfosis kontak, yaitu ketika batuan menjadi dipanaskan oleh intrusi magma panas tanpa banyak mengalami tekanan signifikan. Tekstur hornfels biasanya granular dan seragam, tanpa foliasi yang jelas karena mineral-mineralnya tumbuh dalam ukuran yang lebih acak. Komposisi mineral hornfels sangat bergantung pada komposisi batuan asal yang terkena panas. Hornfels dapat ditemukan di sekitar intrusi batuan beku.
Suhu dan tekanan adalah dua faktor utama yang mendorong perubahan dalam proses metamorfosis. Peningkatan suhu, yang bisa berasal dari kedalaman bumi atau panasnya magma, memicu reaksi kimia yang mengubah mineral yang ada menjadi mineral yang stabil pada suhu yang lebih tinggi. Tekanan, yang juga meningkat dengan kedalaman, dapat menyebabkan mineral-mineral penyusun batuan menjadi lebih padat atau bahkan menyusun diri dalam orientasi tertentu, menciptakan tekstur foliasi.
Cairan hidrotermal panas juga memainkan peran penting. Cairan ini dapat melarutkan mineral tertentu dari satu lokasi dan mengendapkannya di lokasi lain, atau membawa ion-ion baru yang bereaksi dengan mineral batuan, menghasilkan mineral metamorf baru. Proses ini, yang dikenal sebagai metasomatisme, dapat mengubah komposisi kimia batuan secara signifikan.
Dengan mempelajari nama-nama batuan metamorf ini, kita dapat memperoleh wawasan berharga tentang proses geologis yang terjadi di bawah permukaan bumi, kondisi lingkungan di mana batuan tersebut terbentuk, dan sejarah tektonik suatu wilayah. Setiap batuan metamorf adalah catatan unik dari transformasi yang dialami oleh kerak bumi.