Mikael Jasin adalah nama yang telah melampaui batas-batas industri kopi spesialis di Indonesia. Lebih dari sekadar seorang barista, ia adalah duta, inovator, dan seorang peneliti yang gigih, berdedikasi untuk mengangkat profil kopi Indonesia ke tingkat yang belum pernah dicapai sebelumnya di kancah internasional. Perjalanannya bukanlah kisah sukses instan, melainkan sebuah epik yang dipenuhi dengan ketelitian, riset mendalam, dan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap kualitas, mulai dari biji kopi yang ia pilih di perkebunan hingga tetesan terakhir yang ia sajikan di hadapan juri World Barista Championship (WBC).
Representasi Indonesia di panggung dunia menuntut persiapan yang luar biasa, dan Jasin telah berulang kali membuktikan bahwa ia siap menerima tantangan tersebut. Keahliannya bukan hanya terletak pada kemampuan teknisnya yang sempurna dalam mengoperasikan mesin espresso, tetapi juga pada narasi yang ia bangun. Narasi ini bercerita tentang kekayaan terroir Indonesia, tentang petani yang berjuang di balik setiap biji, dan tentang potensi tanpa batas yang dimiliki oleh kopi Nusantara. Setiap presentasi Jasin adalah perpaduan harmonis antara ilmu pengetahuan, seni, dan penceritaan yang otentik.
Dedikasinya terhadap eksplorasi rasa mendalam mencakup setiap aspek rantai pasok. Ia tidak hanya membeli biji, tetapi secara aktif terlibat dalam proses pascapanen—fermentasi, pencucian, pengeringan—memastikan bahwa potensi genetik terbaik dari varietas kopi Indonesia dapat terekspresikan secara maksimal. Filosofi ini, yang berakar pada integritas bahan baku dan inovasi tanpa henti, telah menjadikannya ikon yang dihormati di kalangan komunitas kopi global. Kisah Jasin adalah tentang penemuan kembali identitas kopi Indonesia, menjauhi citra tradisional yang kuat dan gelap, menuju profil rasa yang cerah, kompleks, dan elegan yang mampu bersaing dengan kopi-kopi terbaik dunia.
Perjalanan Mikael Jasin dalam dunia kopi dimulai dengan rasa ingin tahu yang berkembang menjadi obsesi ilmiah. Ia memahami bahwa untuk benar-benar menguasai seni membuat kopi, seseorang harus memahami ilmu di baliknya—mulai dari kimia ekstraksi, fisika tekanan, hingga biologi fermentasi. Pemahaman ini yang membedakannya dari banyak pesaing. Lingkungan awal Jasin, yang kaya akan keragaman kopi Indonesia, memberikan fondasi yang kuat, memungkinkannya untuk bereksperimen dengan profil rasa yang unik dan langka.
Kompetisi barista profesional, khususnya WBC, adalah medan perang yang menuntut kesempurnaan absolut. Bagi Jasin, persiapan adalah maraton yang melibatkan ribuan jam latihan, kalibrasi, dan pengujian. Proses ini mencakup: studi mendalam tentang air yang digunakan, analisis komposisi mineralnya, dan bagaimana mineral tersebut berinteraksi dengan senyawa volatil kopi; pemodelan matematis untuk memahami rasio ekstraksi yang ideal; serta latihan presentasi yang berfokus pada kejelasan dan dampak emosional.
Aspek paling fundamental dalam kompetisi adalah espresso, yang menuntut konsistensi yang mustahil di bawah tekanan waktu. Jasin menekankan pada presisi penggilingan, yang harus diukur hingga mikron, dan waktu ekstraksi yang diukur hingga sepersepuluh detik. Setiap variabel harus terkontrol: suhu air harus stabil sempurna, tekanan pompa harus konstan, dan distribusi bubuk kopi di porta filter harus merata tanpa cela (leveling dan tamping). Kegigihan ini memastikan bahwa setiap tembakan espresso yang disajikan adalah ekspresi paling murni dari biji kopi yang ia gunakan.
Dedikasi terhadap detail ini tidak hanya berlaku untuk espresso. Dalam kategori minuman susu, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyempurnakan tekstur busa mikro. Busa mikro yang sempurna harus mengkilap, manis secara alami, dan terintegrasi sepenuhnya dengan espresso, menghasilkan keseimbangan yang lembut di lidah. Ini adalah bukti bahwa kompetisi bukan hanya tentang kecepatan atau trik, melainkan tentang penguasaan ilmu material dan kimiawi yang terlibat dalam proses pembuatan minuman.
Tidak ada juara yang berjalan sendiri. Perjalanan Mikael Jasin didukung oleh tim pelatih, mentor, dan komunitas kopi Indonesia yang solid. Dukungan ini mencakup pengujian indra (sensory testing) yang ketat, simulasi kompetisi di bawah tekanan, dan umpan balik kritis mengenai narasi dan teknik presentasinya. Tim ini membantunya mengasah setiap gerakan, setiap kata, dan setiap penyajian hingga mencapai titik otomatisasi yang memungkinkan fokus penuh pada interaksi dengan juri dan kualitas minuman.
Panggung World Barista Championship adalah puncak dari karier seorang barista. Ini adalah arena di mana standar global ditetapkan, dan Jasin telah berulang kali menempatkan dirinya sebagai salah satu yang terbaik di dunia, membawa bendera Indonesia dengan penuh kebanggaan. Setiap penampilannya adalah pernyataan tentang kualitas dan potensi kopi Indonesia yang sering kali diremehkan. Pencapaiannya di WBC bukan sekadar kemenangan pribadi, tetapi kemenangan bagi seluruh ekosistem kopi Nusantara.
Kunci keberhasilan Jasin di WBC terletak pada pemilihan biji kopi yang unik dan revolusioner. Ia secara konsisten memilih varietas yang ditanam dan diproses di Indonesia, seringkali menggunakan metode eksperimental untuk menghasilkan profil rasa yang belum pernah didengar oleh juri internasional.
Fokus utamanya adalah pada pengolahan yang menonjolkan keasaman yang cerah, kejernihan rasa, dan kompleksitas aromatik—karakteristik yang berbeda dari kopi Sumatra atau Jawa tradisional yang cenderung lebih earthy dan bold. Ia berkolaborasi erat dengan petani di daerah-daerah seperti Aceh, Flores, atau Jawa Barat, mengembangkan protokol fermentasi anaerobik, termal, atau proses karbonasi yang spesifik untuk meningkatkan kadar gula dan senyawa non-volatil yang menghasilkan rasa buah yang eksplosif.
Komponen paling inovatif dari presentasi WBC adalah 'Signature Beverage' (Minuman Tanda Tangan), di mana barista harus menciptakan minuman unik yang melengkapi dan meningkatkan rasa espresso. Jasin menggunakan minuman tanda tangannya sebagai platform untuk memamerkan kreativitas dan pemahaman kimia. Minuman ini sering kali menggabungkan bahan-bahan lokal Indonesia dengan teknik kuliner molekuler yang canggih.
Salah satu minuman ikoniknya melibatkan penggunaan bahan-bahan yang menyeimbangkan profil asam dan manis espresso, seperti ekstraksi ragi (yeast extract) untuk tekstur, atau penggunaan hydrosol buah-buahan tropis seperti mangga atau salak yang diolah melalui distilasi vakum. Tujuannya adalah menciptakan sinergi rasa yang kompleks, di mana tidak ada satu pun elemen yang mendominasi, melainkan sebuah orkestra rasa yang sempurna dan mengejutkan.
Setiap detail ini menunjukkan kedalaman pemikiran yang ia tanamkan. Minuman tanda tangan bukan hanya tentang rasa yang enak, tetapi tentang justifikasi ilmiah mengapa bahan-bahan tersebut dipilih, bagaimana bahan tersebut berinteraksi dengan espresso yang ia buat, dan bagaimana seluruh proses tersebut menceritakan kisah kopi tersebut kepada juri.
Warisan Mikael Jasin melampaui medali yang ia raih. Peran utamanya kini adalah sebagai katalis perubahan dalam industri kopi Indonesia. Melalui platform dan prestasinya, ia telah berhasil menarik perhatian global terhadap praktik berkelanjutan, kualitas yang ditingkatkan, dan pentingnya hubungan yang adil antara roaster, barista, dan petani.
Jasin sering menekankan bahwa kopi spesialis tidak dapat eksis tanpa kesejahteraan petani. Kualitas premium yang ia tuntut dari biji kopinya harus dibayar dengan harga yang mencerminkan upaya dan risiko yang diambil oleh petani yang menerapkan metode pascapanen eksperimental. Advokasi ini telah membantu menaikkan harga referensi untuk kopi spesialis Indonesia dan mendorong lebih banyak petani untuk berinvestasi dalam teknik pemrosesan yang inovatif.
Hubungan langsung (direct trade) yang ia praktekkan memastikan transparansi penuh dalam rantai nilai. Ini bukan hanya masalah etika, tetapi juga masalah kualitas, karena kolaborasi erat memungkinkan penyesuaian yang cepat terhadap kondisi mikro iklim dan penargetan profil rasa spesifik yang dicari di pasar internasional.
Meskipun WBC berpusat pada espresso, Jasin juga seorang master dalam seni minuman filter. Kopi filter, yang menonjolkan keasaman dan kejelasan rasa yang halus, menjadi medium penting baginya untuk menunjukkan keragaman kopi Indonesia. Ia menerapkan pemikiran ilmiah yang sama pada teknik penuangan (pouring technique), ukuran gilingan, dan rasio air-kopi untuk mencapai ekstraksi yang optimal.
Eksplorasinya meliputi metode ‘bypassing’ (menambahkan air langsung ke kopi yang sudah diekstrak untuk mengatur kekuatan) dan ‘pulse pouring’ (menuang dalam interval pendek dan terkontrol) untuk memanipulasi turbulensi dalam bed kopi dan memastikan saturasi yang merata. Penggunaan alat ukur TDS (Total Dissolved Solids) dan Refraktometer adalah bagian integral dari proses ini, mengubah brewing dari seni menjadi ilmu yang terukur.
Untuk mencapai tingkat kejelasan rasa yang ekstrem, Jasin sering menggunakan air dengan komposisi mineral yang dimodifikasi secara khusus. Air ini, yang direkayasa untuk menonjolkan senyawa buah atau bunga tertentu, adalah contoh nyata bagaimana Jasin tidak meninggalkan satu pun aspek proses yang dibiarkan secara acak. Hasilnya adalah cangkir kopi filter yang memiliki kejernihan rasa setara dengan teh premium, namun dengan kedalaman dan kompleksitas buah kopi yang khas.
Sebagai figur senior, Jasin juga aktif dalam mentorship. Ia memahami pentingnya menurunkan ilmunya kepada generasi barista Indonesia berikutnya. Ia mendorong mereka untuk tidak takut bereksperimen, berpikir kritis, dan, yang terpenting, untuk selalu menghormati bahan baku yang mereka gunakan.
Pelatihan yang ia berikan menekankan bahwa menjadi barista kelas dunia bukan hanya tentang kecepatan atau teknik yang flash, tetapi tentang pemahaman holistik terhadap produk. Ini mencakup pengetahuan tentang botani kopi (perbedaan varietas seperti Catimor, Typica, atau Gesha), geografi (terroir dan mikro-iklim), serta dampak sosial ekonomi dari produksi kopi.
Untuk benar-benar memahami keunggulan Mikael Jasin, perlu dilakukan telaah mendalam terhadap ilmu ekstraksi yang ia terapkan. Keberhasilannya di panggung global sangat bergantung pada kemampuannya untuk mengendalikan kimia dan fisika proses brewing di bawah kondisi tekanan tinggi, meminimalkan ruang untuk kesalahan manusia.
Dalam persiapannya untuk kompetisi, Jasin sering bereksperimen dengan profil ekstraksi dual-stage. Ini melibatkan penggunaan tekanan dan suhu yang berbeda dalam fase awal dan akhir ekstraksi espresso untuk memanipulasi senyawa yang larut.
Pengaturan profil tekanan ini dilakukan melalui modifikasi mesin espresso, atau melalui mesin yang memungkinkan pemrograman profil secara rinci. Dengan mengontrol profil, ia dapat memaksimalkan rasa manis dan kompleksitas, sambil meminimalkan komponen astringen yang sering muncul pada ekstraksi tradisional. Hasilnya adalah espresso yang memiliki lapisan rasa (layering of flavor) yang luar biasa kompleks dan tekstur yang kaya seperti sutra (mouthfeel).
Penggilingan adalah titik awal kritis. Jasin menekankan bahwa penggilingan harus menghasilkan distribusi partikel yang sangat seragam. Partikel yang tidak seragam (fines atau boulders) menyebabkan saluran air yang tidak merata (channeling), merusak ekstraksi. Ia menggunakan penggiling kelas kompetisi yang memiliki burr (mata pisau) yang sangat presisi dan sering melakukan kalibrasi ulang untuk memastikan konsistensi partikel, yang vital ketika berhadapan dengan biji kopi yang diproses secara eksperimental, yang mungkin memiliki kepadatan (density) yang bervariasi.
Pemilihan ukuran gilingan disesuaikan secara real-time berdasarkan respons biji kopi terhadap kelembaban dan suhu ruangan kompetisi. Ini menuntut keahlian indra yang luar biasa, karena keputusan harus dibuat berdasarkan bau, sentuhan, dan visualisasi bubuk kopi, hanya dalam beberapa detik.
Minuman berbasis susu menuntut keseimbangan sempurna antara rasa manis alami susu yang dihasilkan dari pemanasan yang tepat dan keasaman espresso. Jasin sering menggunakan susu non-homogenisasi atau susu alternatif yang diformulasikan khusus untuk barista, karena protein dan lemaknya memberikan stabilitas busa yang lebih baik.
Proses pemanasan susu dihentikan pada suhu yang optimal (sekitar 55-65°C), yaitu titik di mana laktosa (gula susu) berada pada puncak persepsi rasa manisnya, sebelum protein mulai terdenaturasi dan memberikan rasa rebus yang tidak enak. Penyajian minuman susu dengan seni latte yang sempurna bukan hanya elemen visual, tetapi indikasi fisik bahwa busa mikro telah dicapai dengan benar—cermin kualitas tekstur.
Dalam konteks kompetisi, setiap komponen, mulai dari desain cangkir yang digunakan (untuk memengaruhi retensi panas dan aroma), hingga urutan penyajian, dikalkulasi. Tidak ada ruang untuk improvisasi; semua adalah hasil dari perencanaan matang dan validasi ilmiah yang ketat. Mikael Jasin mewakili era baru barista yang menggabungkan keahlian tradisional dengan kecerdasan teknologi dan ilmiah modern.
Penggunaan sensorik dalam persiapan kompetisi adalah proses yang melelahkan. Jasin dan timnya harus dapat mengidentifikasi ratusan senyawa aroma dan rasa yang berbeda yang muncul dalam kopi. Mereka melatih palet rasa mereka menggunakan roda rasa (Flavor Wheel) SCA (Specialty Coffee Association), namun diperkaya dengan referensi rasa lokal Indonesia, seperti buah-buahan endemik atau rempah-rempah yang tidak dikenal secara global.
Kemampuan untuk mendeskripsikan kopi secara akurat—tidak hanya menyebut rasa, tetapi mengukur intensitas dan durasinya—adalah apa yang memenangkan hati para juri. Ini menuntut kosa kata yang kaya dan kemampuan untuk menerjemahkan pengalaman subjektif menjadi deskripsi objektif yang dapat dipahami oleh panel internasional yang beragam latar belakang. Keahlian ini mencerminkan komitmen Jasin untuk menjadi jembahasa antara kopi Indonesia dan pasar global.
Visi Mikael Jasin untuk masa depan kopi Indonesia sangat ambisius. Ia melihat Indonesia tidak hanya sebagai produsen massal, tetapi sebagai sumber inovasi rasa spesialis global. Untuk mewujudkan visi ini, ia terus mendorong batas-batas pemrosesan kopi dan edukasi konsumen.
Jasin percaya bahwa kekayaan geografis Indonesia—ribuan pulau dengan kondisi tanah dan iklim yang berbeda—adalah aset terbesar. Ia fokus pada pengembangan mikro-lokalitas, di mana kopi dari satu bukit atau satu komunitas kecil diproses dengan cara yang sangat spesifik untuk menonjolkan karakteristik unik dari lokasi tersebut. Ini adalah pergeseran dari identitas regional besar (seperti "Kopi Mandailing") menuju identitas yang sangat spesifik dan dapat dilacak (seperti "Proses Anaerobik Farm A, Gunung X").
Pengembangan ini memerlukan pemetaan detail dari ketinggian, jenis tanah vulkanik, paparan sinar matahari, dan curah hujan—faktor-faktor yang secara kolektif membentuk ‘terroir’. Dengan mengelola faktor-faktor ini, Mikael Jasin membantu menciptakan kopi yang tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki cerita unik yang dapat diverifikasi dan dihargai di pasar premium.
Agar kopi Indonesia mencapai potensi penuhnya, konsumen domestik maupun internasional perlu diedukasi. Jasin berperan aktif dalam seminar, lokakarya, dan media sosial untuk menjelaskan mengapa kopi yang diproses dengan cermat pantas mendapatkan harga yang lebih tinggi.
Ia menantang persepsi lama tentang kopi sebagai komoditas murah. Sebaliknya, ia menyajikan kopi sebagai minuman kerajinan (craft beverage) yang setara dengan anggur premium, di mana asal-usul, varietas, dan proses pascapanen adalah hal yang sangat penting. Melalui upaya ini, ia berharap dapat membangun permintaan global yang berkelanjutan untuk kopi spesialis Indonesia, yang pada gilirannya akan memberikan stabilitas ekonomi bagi komunitas petani di seluruh kepulauan.
Kesimpulan dari perjalanan Mikael Jasin adalah bahwa keunggulan global dalam kopi membutuhkan perpaduan antara gairah, sains, dan tanggung jawab sosial. Ia telah membuktikan bahwa kopi Indonesia memiliki kapasitas untuk tidak hanya bersaing, tetapi juga untuk memimpin dalam inovasi rasa. Ia adalah inspirasi bagi ribuan barista dan petani, menandai dimulainya era baru bagi kopi Nusantara di peta kuliner dunia.
Pengaruhnya terasa di setiap lini, mulai dari desain kedai kopi yang lebih modern dan berfokus pada kualitas, hingga investasi yang lebih besar dalam peralatan kompetisi canggih di seluruh Indonesia. Ia telah menaikkan patokan (benchmark) bagi standar keahlian dan presentasi, memaksa seluruh industri untuk meningkatkan permainan mereka. Ini adalah warisan sejati seorang duta kopi: menciptakan dampak yang meluas dan abadi.
Untuk menutup analisis tentang kontribusi substansial Jasin, perlu disoroti lebih lanjut metode pengembangan rasa yang ia terapkan. Ini melibatkan eksperimen yang berani, sering kali menggabungkan teknik yang diambil dari industri wine dan bir, kemudian diaplikasikan pada ceri kopi.
Salah satu pendekatan paling mutakhir adalah 'Co-Fermentation'. Di sini, ceri kopi difermentasi bersama dengan bahan alami lain, seperti buah-buahan tropis (misalnya nangka atau markisa) atau rempah-rempah yang telah difermentasi, untuk memungkinkan pertukaran mikroorganisme. Pertukaran ini menghasilkan profil rasa yang terintegrasi secara alami, memberikan kompleksitas buah yang tidak dapat dicapai hanya melalui fermentasi ceri kopi murni. Teknik ini menuntut pengawasan laboratorium yang ketat untuk mencegah kontaminasi atau pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan, sekali lagi menunjukkan betapa ilmu pengetahuan adalah inti dari kesuksesannya.
Selain itu, Jasin juga mendorong penggunaan varietas Arabika yang sebelumnya dianggap kurang menarik secara komersial, seperti beberapa jenis lini S atau Hibrida Timor, namun memiliki potensi rasa yang luar biasa ketika ditanam di ketinggian optimal dan diproses dengan hati-hati. Ini membuka jalan bagi diversifikasi genetik kopi Indonesia, menjauhkan industri dari ketergantungan pada beberapa varietas populer saja. Keanekaragaman genetik ini tidak hanya baik untuk ketahanan tanaman terhadap penyakit, tetapi juga untuk menciptakan palet rasa yang jauh lebih luas bagi konsumen global.
Mikael Jasin, melalui ketekunan dan visinya, telah mengukir namanya sebagai salah satu figur paling berpengaruh dalam sejarah kopi spesialis Indonesia, mengubah pandangan dunia tentang apa yang dapat dicapai oleh biji kopi dari kepulauan tropis.
Upaya Mikael Jasin tidak berhenti pada biji dan proses. Ia juga berinvestasi besar dalam riset tentang peralatan. Pengendalian presisi adalah segalanya, dan seringkali peralatan komersial standar tidak cukup. Dalam beberapa presentasinya, ia menggunakan timbangan yang sangat sensitif yang dapat mendeteksi perubahan massa hingga 0.001 gram, sangat penting untuk dosis espresso yang sempurna. Selain itu, ia juga bekerja sama dengan insinyur untuk memodifikasi atau membangun perangkat lunak brewing yang memungkinkan kontrol suhu dan tekanan yang dinamis, jauh melampaui kemampuan mesin tradisional.
Riset tentang air juga merupakan fokus berkelanjutan. Air, yang merupakan lebih dari 98% dari minuman kopi, adalah pembawa rasa. Jasin secara ilmiah merumuskan air kompetisi (atau air untuk kedai kopinya) dengan menargetkan rasio magnesium, kalsium, dan bikarbonat yang spesifik. Magnesium sangat efektif dalam melarutkan senyawa rasa buah dan bunga, sementara kalsium membantu menambah kekentalan (body). Bikarbonat, atau tingkat alkalinitas, bertindak sebagai penyangga untuk mencegah rasa asam yang terlalu tajam. Penggunaan air yang dirancang khusus ini memastikan bahwa potensi rasa dari biji kopi yang mahal dan langka dapat terekspos sepenuhnya, tidak terhambat oleh mineral yang tidak seimbang.
Tingkat detail ini, yang mungkin terlihat obsesif bagi orang luar, adalah standar yang diperlukan untuk bersaing di tingkat tertinggi WBC. Ini adalah pemahaman total bahwa setiap variabel, tidak peduli seberapa kecil, dapat mengubah hasil akhir secara drastis. Jasin tidak hanya melakukan resep; ia mengoptimalkan proses kimia pada skala molekuler.
Evaluasi sensorik yang digunakan oleh Jasin sangat disiplin. Ini melibatkan latihan memori rasa yang intensif, di mana ia harus dapat mengenali dan mengisolasi rasa dari berbagai intensitas dan kombinasi. Latihan ini sering menggunakan larutan rasa standar dan minyak esensial, memungkinkan tim untuk mencapai akurasi 90-100% dalam mengidentifikasi cacat rasa (off-flavor) atau menonjolkan nuansa rasa yang halus.
Dalam konteks kompetisi, kemampuan ini diterjemahkan menjadi kalibrasi cepat. Jika espresso pertama menunjukkan sedikit rasa pahit yang tidak diinginkan, seorang barista standar mungkin panik. Namun, Jasin dapat secara intuitif mendiagnosis apakah masalahnya adalah gilingan yang terlalu halus, suhu air yang terlalu tinggi, atau waktu kontak yang terlalu lama, dan membuat penyesuaian yang tepat dalam hitungan detik. Keterampilan ini adalah hasil dari ribuan kali pengujian dan dokumentasi yang cermat.
Ia juga mendorong penggunaan metode deskriptif yang lebih kaya daripada sekadar evaluasi suka atau tidak suka. Misalnya, alih-alih mengatakan "rasanya seperti jeruk," Jasin akan mendeskripsikannya sebagai "keasaman seperti jeruk keprok yang matang, dengan sentuhan manis seperti madu akasia, dan durasi rasa bersih selama 15 detik." Kedalaman deskripsi ini adalah alat komunikasi yang kuat, meyakinkan juri bahwa ia tidak hanya membuat kopi yang enak, tetapi ia benar-benar memahami mengapa kopi itu enak dan bagaimana ia mencapainya.
Mikael Jasin juga secara implisit memainkan peran penting dalam diplomasi budaya. Setiap kali ia berdiri di panggung internasional, ia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga kekayaan budaya Indonesia. Penggunaan bahan-bahan lokal dalam minuman tanda tangannya, seperti rempah-rempah yang hanya tumbuh di Indonesia, atau buah-buahan tropis yang eksotis, adalah cara halus untuk memperkenalkan warisan kuliner Indonesia kepada dunia.
Narasi yang ia bawa selalu mengintegrasikan rasa terima kasih kepada petani Indonesia. Ini adalah upaya sadar untuk menggeser fokus dari barista sebagai ‘bintang’ tunggal menjadi barista sebagai penghubung dalam rantai nilai yang panjang dan kolaboratif. Dengan menyoroti kisah petani, Jasin memberikan wajah dan nama pada asal usul produk, menambahkan dimensi kemanusiaan yang mendalam pada secangkir kopi, hal yang sangat dihargai oleh komunitas kopi spesialis global yang semakin sadar akan etika.
Pengaruhnya pada citra Indonesia di mata dunia kopi tidak dapat dilebih-lebihkan. Ia telah mengubah Indonesia dari sekadar negara penghasil volume menjadi negara yang diakui atas inovasi, kualitas, dan kecanggihan dalam praktik pascapanen, sebuah perubahan paradigma yang akan berdampak positif pada ekspor kopi spesialis selama bertahun-tahun yang akan datang.