Di jantung kota Martapura, Kalimantan Selatan, terdapat sebuah tempat yang sarat akan makna dan menjadi pusat ziarah spiritual bagi jutaan umat: Kediaman Abah Guru Sekumpul. Beliau, KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari, adalah sosok ulama kharismatik yang karamah dan nasihat-nasihatnya terus membekas di hati masyarakat. Kediaman beliau bukan sekadar bangunan fisik, melainkan sebuah monumen hidup yang menyimpan kisah, pelajaran, dan aura ketenangan yang mendalam.
Bagi para peziarah yang datang dari berbagai penjuru negeri, mengunjungi kediaman Abah Guru Sekumpul adalah sebuah ritual penting. Di sini, mereka tidak hanya datang untuk berdoa dan bertawasul, tetapi juga untuk merasakan kehadiran spiritual dari sosok yang sangat dihormati tersebut. Suasana di sekitar kediaman terasa berbeda, dipenuhi aura kesederhanaan namun juga kemuliaan. Bangunan yang ada saat ini, meskipun telah mengalami beberapa renovasi dan pengembangan untuk menampung jumlah peziarah yang terus bertambah, tetap berupaya mempertahankan esensi kesederhanaan yang menjadi ciri khas Abah Guru.
Saat memasuki area kediaman, pengunjung akan merasakan ketenangan yang merayap. Terdapat beberapa bagian penting yang menjadi fokus kunjungan. Salah satunya adalah masjid yang menjadi tempat Abah Guru sering melaksanakan ibadah dan memberikan pengajian. Masjid ini, meskipun kini megah dan luas, masih menyimpan jejak-jejak masa lalu yang sarat sejarah. Para peziarah seringkali menghabiskan waktu di sini untuk shalat, membaca Al-Qur'an, dan merenungi ajaran-ajaran yang pernah disampaikan. Arsitektur masjid yang memadukan gaya tradisional dan modern seringkali memukau, namun yang lebih penting adalah nuansa spiritual yang terpancar kuat di setiap sudutnya.
Selain masjid, terdapat pula rumah kediaman beliau yang kini menjadi semacam museum kecil. Meskipun tidak lagi ditempati secara langsung, rumah ini masih tersimpan beberapa peninggalan pribadi Abah Guru, seperti kitab-kitab yang sering dibaca, mimbar kecil yang pernah digunakan, hingga perkakas sederhana yang mencerminkan gaya hidupnya yang bersahaja. Mengunjungi ruangan-ruangan ini seolah membawa kita kembali ke masa lalu, membayangkan bagaimana beliau menjalani hari-harinya dalam kesederhanaan, penuh ibadah, dan melayani umat. Keberadaan barang-barang pribadi ini memberikan dimensi yang lebih personal pada sosok Abah Guru, membuatnya terasa lebih dekat di hati para peziarah.
Salah satu aspek terpenting dari kediaman ini adalah makam Abah Guru Sekumpul yang terletak di kompleks pemakaman. Area makam ini menjadi pusat ziarah utama. Setiap hari, tak henti-hentinya peziarah berdatangan untuk mendoakan beliau dan memohon berkah. Suasana di sekitar makam sangat khidmat, dipenuhi doa dan lantunan ayat-ayat suci. Kehadiran para peziarah yang datang dari berbagai latar belakang sosial dan geografis menunjukkan betapa luasnya pengaruh dan cinta masyarakat kepada Abah Guru.
Pengembangan area kediaman Abah Guru Sekumpul terus dilakukan untuk memberikan kenyamanan lebih bagi para peziarah. Terdapat fasilitas-fasilitas pendukung seperti area parkir yang luas, tempat istirahat, dan warung-warung yang menjual berbagai macam kebutuhan. Namun, di tengah segala pengembangan tersebut, semangat kesederhanaan dan nuansa spiritual yang menjadi ciri khas kediaman Abah Guru tetap terjaga. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa tempat ini bukan sekadar destinasi wisata religi, melainkan sebuah pusat ibadah dan pengingat akan pentingnya kerendahan hati, ketekunan dalam beribadah, dan kasih sayang kepada sesama.
Mengunjungi Kediaman Abah Guru Sekumpul adalah pengalaman yang menggugah jiwa. Setiap langkah, setiap pandangan, dan setiap doa yang terucap di sana akan meninggalkan jejak spiritual yang mendalam. Tempat ini menjadi saksi bisu dari kehidupan seorang ulama besar yang dedikasinya untuk agama dan umat tak pernah pudar, meninggalkan warisan keteladanan yang akan terus dikenang dan diamalkan. Bagi siapa pun yang mencari kedamaian hati dan pencerahan spiritual, kediaman ini adalah destinasi yang sarat makna dan keberkahan.