Simbolis batuan plutonik dengan inti kristal.
Batuan plutonik, juga dikenal sebagai batuan intrusif, adalah jenis batuan beku yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengkristal jauh di dalam kerak bumi. Berbeda dengan batuan vulkanik yang mendingin di permukaan, proses pendinginan batuan plutonik yang lambat di bawah tekanan tinggi memungkinkan pembentukan kristal yang berukuran lebih besar dan terlihat jelas. Proses ini memberikan batuan plutonik tekstur yang khas, seringkali disebut sebagai tekstur faneritik, di mana individu mineral dapat diidentifikasi dengan mata telanjang. Pemahaman mengenai batuan plutonik sangat penting dalam studi geologi, karena keberadaannya dapat memberikan petunjuk mengenai aktivitas tektonik, komposisi mantel bumi, dan sejarah geologi suatu wilayah.
Proses pembentukan batuan plutonik yang terjadi di kedalaman inilah yang membentuk karakteristik uniknya. Beberapa ciri khas yang membedakan batuan plutonik antara lain:
Ada beberapa jenis batuan plutonik yang sering dijumpai dan memiliki karakteristik serta kegunaan yang berbeda. Mempelajari contoh-contoh ini akan memberikan gambaran yang lebih konkret tentang batuan plutonik.
Granit adalah salah satu contoh batuan plutonik yang paling terkenal dan umum. Batuan ini memiliki komposisi yang kaya akan silika (asam) dan terdiri dari mineral kuarsa, feldspar (orthoclase dan plagioclase), serta mika (biotit dan muskovit). Warna granit bervariasi, mulai dari merah muda, abu-abu, hingga putih, tergantung pada jenis dan proporsi feldspar yang terkandung. Tekstur granit biasanya kasar dan seragam, dengan kristal-kristal yang mudah dikenali. Granit banyak digunakan sebagai material konstruksi, pelapis dinding, lantai, serta untuk monumen dan patung karena kekerasannya dan daya tahannya.
Diorit adalah batuan plutonik menengah antara granit dan gabro. Komposisinya kurang kaya silika dibandingkan granit, dengan proporsi kuarsa yang lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Mineral utama dalam diorit adalah plagioclase feldspar dan amphibole (seperti hornblende), serta terkadang biotit dan piroxene. Warna diorit biasanya abu-abu berbintik-bintik putih dan hitam, memberikan tampilan "garis-garis" yang khas. Diorit juga digunakan dalam konstruksi, meskipun tidak sepopuler granit.
Gabro adalah batuan plutonik basa yang memiliki komposisi mineral yang kaya akan mineral mafik (kaya magnesium dan besi) seperti piroxene dan olivine, serta plagioclase feldspar yang kaya kalsium. Gabro biasanya berwarna gelap, mulai dari hijau tua hingga hitam. Teksturnya kasar seperti granit, tetapi karena kandungan mineralnya yang berbeda, tampilannya lebih gelap. Gabro merupakan komponen utama kerak samudra dan sering ditemukan dalam jumlah besar di intrusi besar. Meskipun tidak banyak digunakan dalam konstruksi skala besar, gabro dapat digunakan sebagai agregat dalam beton atau untuk bahan bangunan lainnya.
Peridotit adalah batuan plutonik ultrabasa yang sangat kaya akan mineral olivine dan piroxene, dengan kandungan silika yang sangat rendah. Peridotit umumnya berwarna hijau tua hingga hitam kehijauan. Batuan ini merupakan komponen utama mantel atas bumi dan jarang terekspos langsung di permukaan, kecuali di daerah-daerah dengan tektonik yang intens atau di gunung berapi yang memuntahkan fragmen mantel. Peridotit memiliki peran penting dalam pemahaman tentang komposisi dan proses di dalam bumi.
Penting untuk membedakan batuan plutonik dengan batuan vulkanik. Perbedaan mendasar terletak pada proses pendinginannya. Batuan vulkanik, seperti basalt dan riolit, terbentuk dari magma yang keluar ke permukaan bumi sebagai lava dan mendingin dengan cepat. Pendinginan yang cepat ini menghasilkan kristal yang sangat kecil (tekstur afanitik) atau bahkan tanpa kristal sama sekali (tekstur vitrik atau amorf), seperti pada obsidian. Sementara batuan plutonik menampilkan kristal yang terlihat jelas karena pendinginan yang lambat di dalam bumi, batuan vulkanik seringkali memiliki tampilan yang lebih halus atau bahkan kaca.