Kesenian Barongan, sebagai salah satu manifestasi budaya Nusantara yang paling vibran dan penuh energi, selalu menyimpan lapisan makna yang mendalam. Dari ritual kesurupan hingga atraksi komunal, Barongan adalah penghubung antara dunia nyata dan dimensi spiritual. Namun, di balik kemegahan pertunjukan, terdapat detail-detail teknis yang krusial, salah satunya adalah ukuran topeng itu sendiri. Di antara berbagai dimensi yang digunakan, barongan ukuran 22 menempati posisi yang unik, sering kali menjadi pilihan ideal bagi berbagai kalangan penari dan pegiat seni.
Pendahuluan: Signifikansi Ukuran dalam Seni Barongan
Dalam konteks kerajinan Barongan, angka '22' umumnya merujuk pada satuan pengukuran tertentu, seringkali diameter atau rentang lebar standar topeng, diukur dalam sentimeter atau inci tergantung pada tradisi pengrajin. Ukuran ini bukan sekadar angka arbitrer; ia menentukan ergonomi, bobot total, dan pada akhirnya, gaya tari yang dapat diwujudkan oleh penari. Barongan yang terlalu besar mungkin terlalu berat untuk tarian yang lincah dan berdurasi panjang, sementara yang terlalu kecil mungkin kehilangan keagungan visual yang diperlukan dalam pertunjukan.
Barongan ukuran 22 dianggap sebagai titik keseimbangan (the golden ratio) bagi banyak penari profesional dan kelompok kesenian. Ini adalah ukuran yang cukup besar untuk mempertahankan ekspresi wajah yang menakutkan dan karismatik dari Sang Raja Hutan, namun cukup ringkas dan ringan untuk memungkinkan gerakan akrobatik, putaran cepat, dan ketahanan fisik penari selama berjam-jam pertunjukan. Keputusan untuk membuat atau memilih Barongan dengan dimensi ini didasarkan pada perhitungan yang cermat antara estetika, fungsi, dan daya tahan.
Ilustrasi visual topeng Barongan, merefleksikan komposisi dan estetika yang dipertahankan dalam ukuran standar.
I. Aspek Historis dan Filosofis Barongan Ukuran 22
A. Akar Budaya dan Makna Spiritualitas
Barongan, khususnya yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur (seringkali berkaitan erat dengan Reog atau Jaranan), mewakili sosok mitologis yang perkasa. Karakter Barongan melambangkan kekuatan alam yang tak terkalahkan, kebuasan yang terkendali, dan pelindung komunitas. Pemilihan ukuran topeng memiliki resonansi filosofis. Ukuran 22 cm, yang tergolong sedang-besar, sering diartikan sebagai manifestasi kekuatan yang proporsional—tidak terlalu besar sehingga menenggelamkan penari, dan tidak terlalu kecil sehingga kehilangan aura magisnya.
Dalam tradisi spiritual Jawa, pemilihan ukuran sering dikaitkan dengan perhitungan hari baik atau weton. Meskipun tidak sekuat perhitungan dalam pembuatan keris, ukuran Barongan juga dapat dipengaruhi oleh filosofi keseimbangan kosmis. Angka dua (2) yang berulang pada '22' dapat melambangkan dualitas (baik-buruk, siang-malam, materi-spiritual), yang merupakan inti dari pertunjukan Barongan di mana penari sering bertarung melawan atau berinteraksi dengan kekuatan lain.
B. Evolusi Standar Ukuran
Pada awalnya, Barongan dibuat berdasarkan intuisi pengrajin dan postur tubuh penari yang memesan. Namun, seiring dengan standarisasi pertunjukan dan meningkatnya permintaan, bengkel-bengkel kerajinan mulai menetapkan standar. Ukuran 22 cm muncul sebagai standar emas karena beberapa alasan praktis:
- Ergonomi Rata-Rata: Ukuran ini cocok untuk lingkar kepala sebagian besar pria dewasa yang menjadi penari utama Barongan.
- Bobot Ideal: Memungkinkan penggunaan kayu berkualitas tinggi (seperti Jati atau Dadap) tanpa membuat topeng menjadi terlalu berat ketika rambut dan aksesoris lainnya ditambahkan.
- Visibilitas Panggung: Cukup besar untuk dilihat dengan jelas dari jarak jauh, bahkan di lapangan terbuka, tanpa mengurangi kelincahan.
Standarisasi ini memungkinkan Barongan ukuran 22 menjadi model pelatihan yang dominan. Para seniman muda yang belajar menari Barongan seringkali memulai dengan topeng ukuran 22 karena bobotnya menyediakan resistensi yang cukup untuk membangun kekuatan leher, namun tidak berlebihan hingga menyebabkan cedera. Ini menjadikannya alat pedagogis yang penting dalam pelestarian seni tari Barongan.
II. Teknik Pembuatan dan Anatomis Barongan Ukuran 22
A. Pemilihan Material Dasar
Kualitas Barongan ukuran 22 sangat bergantung pada pemilihan bahan baku. Kayu adalah elemen terpenting, karena ia harus kuat menahan guncangan saat pertunjukan sekaligus ringan. Jenis kayu yang paling umum digunakan meliputi:
- Kayu Dadap: Ringan dan mudah diukir, ideal untuk topeng yang sangat besar atau yang memerlukan banyak detail halus.
- Kayu Jati: Lebih berat dan keras, namun sangat tahan lama, sering digunakan untuk Barongan pusaka atau yang intensitas penggunaannya tinggi.
- Kayu Pule atau Sentana: Pilihan alternatif yang menawarkan keseimbangan antara bobot dan kekerasan, seringkali menjadi pilihan untuk Barongan standar Ukuran 22.
Proses pengeringan kayu harus dilakukan secara alami dan bertahap untuk mencegah keretakan. Karena ukuran 22 adalah ukuran menengah, pengrajin harus memastikan bahwa serat kayu homogen agar bobot terdistribusi merata, yang krusial untuk menjaga keseimbangan topeng di atas kepala penari.
B. Tahapan Pengukiran dan Geometri 22
Pembuatan topeng barongan ukuran 22 melalui serangkaian tahapan rumit. Geometri topeng, terutama pada dimensi 22 cm (misalnya, lebar maksimal wajah), menuntut presisi tinggi agar simetri antara mata dan taring sempurna. Ini adalah beberapa tahapan kunci:
- Penggambaran Pola (Sketsa): Pola Barongan ukuran 22 digambar pada balok kayu, menentukan batas-batas taring, mata, dan ruang kepala penari.
- Pemotongan Kasar (Bongkotan): Kayu dipotong sesuai bentuk umum Barongan. Pada tahap ini, pengrajin sudah memperhitungkan ketebalan dinding yang akan menentukan bobot akhir.
- Pengukiran Detail Wajah: Bagian mata, hidung, dan lipatan kulit (kedutan) diukir dengan detail. Untuk ukuran 22, ekspresi harus tetap garang tanpa terlihat kembung atau terlalu kecil.
- Pembuatan Rongga Kepala: Ini adalah tahapan kritis. Rongga harus dibuat pas dengan kepala penari dan memiliki titik tumpu (biasanya di bagian dahi) yang ergonomis. Kedalaman rongga pada ukuran 22 harus proporsional dengan lebar wajah 22 cm.
- Pengecatan Dasar dan Finising: Menggunakan warna-warna khas (merah, emas, hitam) dan teknik pernis untuk melindungi kayu.
Peralatan tradisional yang digunakan untuk mengukir detail Barongan, memastikan dimensi ukuran 22 tercapai.
C. Aksesoris dan Finishing Topeng
Setelah pengukiran selesai, Barongan ukuran 22 dihiasi dengan berbagai elemen. Rambut Barongan (gimbal) biasanya terbuat dari serat tanaman (misalnya ijuk) atau bulu hewan (misalnya bulu kambing atau kuda). Karena topeng ini relatif ideal dalam bobot, rambut yang ditambahkan bisa cukup lebat untuk memberikan kesan keagungan tanpa membuatnya terlalu berat di bagian depan.
Peran mata Barongan sangat vital. Pada ukuran 22, mata harus proporsional dan seringkali dibuat besar dan melotot (belalak) untuk efek dramatis. Mata ini bisa terbuat dari kaca atau resin, dengan pigmen merah atau kuning cerah. Taring yang menonjol, baik dari kayu keras atau tanduk, harus dipasang kokoh, dan dimensi taring harus selaras dengan lebar topeng 22 cm agar tidak terlihat janggal.
III. Barongan Ukuran 22 dalam Konteks Pertunjukan
A. Ergonomi dan Teknik Tari
Salah satu alasan utama popularitas barongan ukuran 22 adalah aspek ergonomisnya. Ukuran ini memungkinkan penari untuk melakukan tiga jenis gerakan utama dengan efisien:
- Tari Lincah (Agility): Ukuran 22 memungkinkan penari melakukan putaran cepat (spin) dan gerakan melompat (jump) tanpa kehilangan keseimbangan leher secara drastis.
- Tari Tenaga (Power): Topeng yang cukup besar memberikan momentum yang dibutuhkan untuk gerakan menyentakkan kepala (gedruk) yang kuat dan dramatis, ciri khas tarian Barongan.
- Ketahanan (Endurance): Karena bobotnya yang optimal, penari dapat mempertahankan Barongan di atas kepala selama durasi pertunjukan yang panjang, yang terkadang bisa mencapai lebih dari satu jam tanpa jeda.
Penari yang menggunakan ukuran 22 sering kali melatih otot leher (gulu) mereka secara intensif. Bobot topeng ini, yang biasanya berkisar antara 4 hingga 7 kilogram (tergantung bahan kayu dan ketebalan rambut), memerlukan pelatihan khusus untuk mencegah cedera tulang belakang saat menggerakkan topeng secara ekstrim.
B. Peran dalam Komposisi Grup
Dalam sebuah kelompok pertunjukan Barongan atau Reog, mungkin ada beberapa ukuran topeng yang digunakan, namun Barongan ukuran 22 seringkali diperuntukkan bagi penari inti atau karakter utama yang paling banyak berinteraksi dengan penonton. Barongan utama yang memimpin biasanya membutuhkan keseimbangan visual dan fisik terbaik, dan Ukuran 22 menawarkan solusi terbaik untuk peran tersebut.
Ketika Barongan bertarung atau berinteraksi dengan elemen lain (seperti Jaran Kepang atau celeng), ukuran 22 memastikan bahwa topeng tersebut tidak terlalu kecil sehingga visualnya kalah, namun juga tidak terlalu dominan sehingga mengganggu komposisi panggung secara keseluruhan. Ukuran ini menjaga hierarki visual yang tepat dalam pertunjukan komunal.
IV. Simbolisme Mendalam dan Variasi Ukuran
A. Simbolisme Warna dan Ekspresi
Terlepas dari ukurannya, setiap Barongan membawa simbolisme warna yang kaya. Warna merah melambangkan keberanian, energi, dan amarah. Warna emas (prada) menunjukkan status bangsawan atau spiritual yang tinggi. Pada Barongan ukuran 22, detail pewarnaan harus sangat presisi karena ukuran yang standar membuat setiap kekurangan sangat terlihat. Ekspresi wajah, yang pada ukuran ini terlihat jelas, sering kali dikerjakan untuk menampilkan kontras antara mata yang ganas dan lekukan bibir yang menahan kekuatan gaib.
Aspek penting lain adalah detail taring dan gigi. Taring melambangkan kebuasan alami binatang mitologis, sementara gigi-gigi kecil yang dicat hitam atau emas menunjukkan kekayaan detail yang melengkapi topeng. Untuk ukuran 22, taring sering dibuat sedikit lebih tebal dan kokoh dibandingkan ukuran yang lebih kecil, karena Ukuran 22 diharapkan menanggung intensitas pertunjukan yang lebih tinggi.
B. Perbandingan dengan Ukuran Lain
Untuk memahami mengapa Barongan ukuran 22 begitu dihargai, penting untuk membandingkannya dengan varian lain:
- Ukuran 18–20 (Kecil/Pemula): Lebih ringan, digunakan untuk anak-anak, latihan, atau pertunjukan yang sangat mengutamakan kecepatan dan akrobatik tanpa perlu efek visual yang terlalu mengintimidasi. Bobotnya sering di bawah 4 kg.
- Ukuran 22 (Standar/Profesional): Keseimbangan ideal. Cocok untuk sebagian besar penari dewasa dan kelompok profesional. Menawarkan daya tahan, bobot yang cukup, dan visual yang memukau.
- Ukuran 24 ke Atas (Jumbo/Kolosal): Ukuran ini digunakan untuk pertunjukan yang memerlukan dampak visual maksimal, sering kali untuk Barongan utama yang harus terlihat dari jarak sangat jauh (misalnya festival besar). Topeng ini sangat berat dan membutuhkan kekuatan leher yang luar biasa, seringkali membatasi gerakan akrobatik.
Barongan Ukuran 22 adalah titik tengah di mana penari mendapatkan keuntungan visual dari topeng besar tanpa menghadapi kelelahan ekstrem yang ditimbulkan oleh topeng kolosal. Fleksibilitas ini menjadikannya pilihan investasi terbaik bagi kelompok kesenian yang membutuhkan satu topeng serbaguna.
V. Pelestarian dan Masa Depan Kerajinan Ukuran 22
A. Tantangan Industri Kerajinan
Pembuat barongan ukuran 22 menghadapi tantangan unik di era modern. Permintaan akan ukuran standar ini tetap tinggi, namun ketersediaan bahan baku berkualitas, terutama kayu Dadap atau Jati yang berusia matang, semakin berkurang. Selain itu, mempertahankan teknik ukiran tradisional yang memastikan topeng memiliki keseimbangan sempurna membutuhkan waktu dan keahlian yang tidak dapat dikompromikan.
Banyak pengrajin kini mulai beralih menggunakan kayu alternatif atau bahkan material modern (seperti resin keras) untuk mengurangi bobot dan biaya, namun Barongan tradisional ukuran 22 yang diukir dari kayu utuh (solid wood) tetap dianggap memiliki nilai spiritual dan seni yang jauh lebih tinggi. Para pelestari seni Barongan menekankan pentingnya mendukung pengrajin yang mempertahankan standar Ukuran 22 dengan teknik tradisional, termasuk ritual tertentu saat memulai proses pengukiran.
B. Barongan 22 dalam Pendidikan dan Dokumentasi
Di sekolah-sekolah seni dan sanggar tari, Barongan ukuran 22 sering digunakan sebagai model studi. Karena proporsinya yang ideal, ia membantu siswa memahami geometri, struktur wajah singa Barongan, dan prinsip keseimbangan bobot yang diperlukan dalam seni pertunjukan ini. Topeng ini menjadi subjek ideal untuk dokumentasi digital, di mana setiap lekuk ukiran dapat dipetakan dan dianalisis.
Pengarsipan Barongan ukuran 22 juga penting untuk menjaga kesinambungan historis. Sebuah museum atau arsip digital yang mengkoleksi berbagai Barongan seringkali menggunakan ukuran 22 sebagai representasi standar estetika Barongan kontemporer yang paling umum dan mudah diadaptasi.
VI. Analisis Mendalam Mengenai Detail Teknis dan Keseimbangan
Pemahaman mengenai mengapa Barongan ukuran 22 begitu populer tidak terlepas dari perhitungan fisik yang mendetail. Bayangkan Barongan sebagai sebuah tuas. Penari menggunakan leher sebagai poros untuk menggerakkan massa (topeng) yang berada di ujung tuas. Dalam ukuran 22, massa ini dioptimalkan agar momen inersia yang dihasilkan saat topeng digerakkan tidak terlalu tinggi, memungkinkan penari melakukan perubahan arah gerakan dengan cepat dan efisien. Jika topeng terlalu besar (misalnya ukuran 26), momen inersia akan sangat tinggi, membuat setiap hentakan kepala memerlukan tenaga yang jauh lebih besar dan waktu reaksi yang lebih lambat.
A. Perhitungan Bobot dan Kepadatan Kayu
Untuk Barongan ukuran 22, pengrajin ahli selalu menghitung kepadatan (densitas) kayu yang digunakan. Idealnya, kayu yang dipilih harus memiliki densitas yang rendah hingga sedang, untuk memastikan total bobot di bawah 7 kg, termasuk hiasan dan rambut. Kayu Dadap, misalnya, memiliki densitas yang relatif rendah, menjadikannya favorit untuk Barongan yang lincah, seperti yang sering dibutuhkan dalam performa yang berorientasi pada kecepatan gerak dan akrobatik.
Pentingnya pengukuran 22 cm ini juga berkaitan dengan ketebalan dinding topeng. Pengrajin harus memastikan bahwa dinding topeng diukir seragam, umumnya sekitar 1,5 hingga 2 cm, untuk mempertahankan integritas struktural tanpa menambah bobot yang tidak perlu. Ketebalan yang terlalu tipis (di bawah 1 cm) dapat membuat Barongan rentan pecah saat jatuh atau terbentur, sementara ketebalan yang berlebihan akan menambah bobot secara eksponensial, merusak ergonomi ukuran 22.
B. Integrasi Rambut dan Jambul
Bagian rambut atau ijuk (disebut juga gimbal) pada Barongan ukuran 22 harus seimbang dengan dimensi wajah. Jika rambut terlalu panjang atau tebal, ia dapat menggeser pusat gravitasi topeng ke belakang, yang memaksa penari untuk memiringkan kepala ke depan secara berlebihan—menyebabkan ketegangan leher. Oleh karena itu, panjang gimbal pada ukuran 22 biasanya diatur agar tidak melebihi 1,5 meter dan dipasang sedemikian rupa sehingga berat didistribusikan secara merata di atas bantalan kepala penari.
Beberapa Barongan ukuran 22 menggunakan aksesoris tambahan, seperti mahkota (jamang) atau hiasan bulu. Ketika aksesoris ini ditambahkan, pengrajin harus memastikan bahwa materialnya sangat ringan (misalnya, menggunakan kulit tipis atau styrofoam yang dihias) agar total bobot tetap terjaga sesuai standar ergonomis ukuran 22.
VII. Nuansa Estetika Barongan 22 di Berbagai Daerah
Meskipun Barongan ukuran 22 adalah standar yang diakui secara luas, interpretasi estetika topeng tersebut dapat bervariasi tergantung dari mana ia berasal. Perbedaan ini terutama terlihat pada bentuk taring, penggunaan warna, dan gaya ukiran.
A. Gaya Barongan Jawa Tengah
Barongan dari Jawa Tengah (terutama daerah Blora, Kudus, atau Semarang) yang berukuran 22 cm cenderung memiliki ukiran yang lebih halus dan detail. Ekspresi wajahnya mungkin sedikit lebih "manusiawi" atau bahkan kental dengan pengaruh wayang, meskipun tetap mempertahankan kegarangan khas singa Barong. Penggunaan warna emas (prada) sering lebih dominan, menonjolkan tekstur mahkota dan lipatan wajah. Ukuran 22 di daerah ini seringkali digunakan untuk pertunjukan yang memiliki narasi yang lebih terstruktur dan dramatis.
B. Gaya Barongan Jawa Timur
Kontras dengan Jawa Tengah, Barongan ukuran 22 dari Jawa Timur (seperti Reog Ponorogo atau Jaranan Kediri) mungkin memiliki tampilan yang lebih mentah, garang, dan primitif. Ukiran cenderung lebih tegas dan kurang rinci, menekankan pada kesan kekuatan brutal. Mata Barongan ukuran 22 di sini sering dibuat lebih melotot dan taringnya lebih besar proporsional terhadap topeng, untuk meningkatkan efek visual ketakutan dan transendensi spiritual selama pertunjukan.
C. Adaptasi Modern Ukuran 22
Di era kontemporer, seniman Barongan sering memodifikasi ukuran 22 untuk kebutuhan panggung modern. Misalnya, beberapa kelompok menggunakan material fosfor atau cat neon agar Barongan tetap terlihat mencolok di bawah pencahayaan panggung yang kompleks. Meskipun modifikasi ini bersifat estetika, ukuran dasarnya 22 cm tetap dipertahankan karena alasan fungsionalitas dan keseimbangan yang telah teruji secara historis. Modifikasi juga mencakup penambahan sistem pengikat kepala yang lebih ergonomis, seperti bantalan busa modern yang membantu mendistribusikan beban secara lebih efektif pada leher penari.
VIII. Ritualitas dan Perawatan Topeng Berukuran Standar
Sebuah Barongan, khususnya yang telah digunakan dalam ritual atau pertunjukan spiritual, tidak dianggap sebagai properti biasa. Ia adalah benda yang memiliki ‘roh’ atau energi. Ukuran 22, sebagai standar operasional, sering melalui berbagai proses ritual sebelum dan sesudah digunakan.
A. Proses Penyucian (Mantra dan Sesajen)
Sebelum Barongan ukuran 22 pertama kali digunakan, sering diadakan upacara penyucian (misalnya, dengan asap kemenyan atau air kembang tujuh rupa). Tujuannya adalah untuk "menghidupkan" Barongan tersebut, memastikan bahwa energi yang diwakilinya adalah energi pelindung dan positif. Pengrajin dan penari percaya bahwa ritual ini memastikan Barongan memiliki aura yang kuat, yang akan memancar dalam dimensi 22 cm-nya di atas panggung.
B. Perawatan Khusus Ukuran 22
Karena Barongan ukuran 22 adalah investasi jangka panjang dan alat utama dalam pertunjukan, perawatannya sangat detail. Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi:
- Pengendalian Kelembaban: Kayu harus disimpan di tempat yang memiliki kelembaban stabil. Perubahan drastis dapat menyebabkan keretakan, yang sangat merusak simetri ukuran 22.
- Perawatan Warna: Cat dan pernis harus diperiksa secara berkala untuk memastikan warna merah dan emas tidak pudar. Sentuhan ulang (retouching) harus dilakukan oleh pengrajin yang sama agar karakter Barongan tidak berubah.
- Kesehatan Rambut: Rambut Barongan harus disisir dan dibersihkan secara teratur untuk menghindari sarang serangga atau kerusakan. Rambut yang kusut akan menambah bobot dan mengubah pusat gravitasi.
- Penguatan Struktur: Penggunaan topeng yang intens dalam ukuran 22 memerlukan pemeriksaan rutin pada sambungan taring dan pemasangan rongga kepala. Sekrup atau pasak kayu harus dikencangkan kembali secara berkala.
IX. Proyeksi Masa Depan dan Komersialisasi
Barongan ukuran 22 memiliki nilai komersial yang stabil. Dalam pasar kerajinan seni, topeng Barongan dengan dimensi ini paling banyak dicari oleh kolektor dan kelompok kesenian luar daerah, bahkan internasional. Ini menunjukkan bahwa standar ukuran 22 telah berhasil melintasi batas geografis sebagai representasi otentik Barongan yang fungsional dan estetis.
A. Barongan 22 sebagai Cenderamata Budaya
Selain digunakan untuk pertunjukan, replika Barongan ukuran 22 (seringkali dalam bentuk miniatur, namun dengan proporsi yang sama) sangat populer sebagai cenderamata premium. Topeng-topeng ini mewakili kekayaan budaya Indonesia dan merupakan artefak yang sempurna untuk dipamerkan karena keseimbangan bentuk dan ukurannya yang proporsional.
Dengan perkembangan teknologi cetak 3D dan pemodelan digital, Barongan ukuran 22 juga menjadi basis data untuk reproduksi modern. Seniman dapat memindai model 22 yang sempurna, memungkinkan replikasi massal untuk tujuan pendidikan atau komersial, meskipun replika ini seringkali kehilangan sentuhan spiritual dari ukiran tangan tradisional.
Keseimbangan dinamis yang dimungkinkan oleh Barongan dengan dimensi fungsional ukuran 22.
B. Peran Dalam Revitalisasi Kesenian
Saat ini, banyak kelompok seni yang berfokus pada revitalisasi tarian tradisional. Dalam proses ini, pemilihan instrumen dan properti yang tepat sangat penting. Barongan ukuran 22 sering dipilih karena ia menawarkan basis yang kuat untuk mengintegrasikan gerakan tari tradisional dengan elemen koreografi modern. Ukurannya yang fleksibel memungkinkan koreografer untuk mengeksplorasi batas-batas gerakan tanpa harus mengorbankan keamanan penari.
Dengan demikian, Barongan ukuran 22 adalah titik temu antara tradisi dan inovasi. Ia menghormati standar historis dalam pengerjaan kayu dan ukiran, sekaligus memenuhi tuntutan fungsionalitas dan ergonomi pertunjukan panggung kontemporer yang semakin dinamis.
X. Kesimpulan: Warisan Ukuran yang Ideal
Barongan ukuran 22 adalah lebih dari sekadar topeng; ia adalah sebuah warisan teknik, filosofi, dan perhitungan fisik yang mendalam. Ukuran standar ini membuktikan betapa cermatnya para leluhur dan pengrajin dalam menyeimbangkan estetika visual yang menakutkan dengan kebutuhan fungsional penari yang memerlukan kelincahan dan ketahanan.
Dari pemilihan kayu yang ringan namun kuat, detail ukiran yang presisi untuk mencapai simetri yang sempurna pada dimensi 22 cm, hingga perannya yang sentral dalam berbagai komposisi pertunjukan, Barongan ukuran 22 mewakili standar emas dalam kesenian Barongan. Pelestarian dan apresiasi terhadap detail teknis ini adalah kunci untuk memastikan bahwa kekayaan budaya Nusantara ini terus mengaum gagah di panggung-panggung dunia, membuktikan bahwa dalam seni, ukuran yang tepat dapat menghasilkan dampak yang tak tertandingi.