Dalam labirin sejarah Eropa Abad Pertengahan, di mana garis antara tatanan feodal yang kaku dan kekacauan liar sering kali kabur, muncul sosok-sosok yang menolak definisi umum. Di antara para bangsawan yang terikat oleh sumpah dan kode etik ksatria, terdapat pengecualian yang memerintah bukan dengan Piagam Raja, melainkan dengan kekuatan fisik, isolasi geografis, dan intimidasi psikologis. Sosok inilah yang diabadikan dalam legenda dan balada sebagai Baron Sauvage—Sang Baron Liar.
Eksistensi Baron Sauvage melampaui biografi satu individu; ia adalah manifestasi dari wilayah yang tak terjamah, simbol dari keengganan alam liar untuk tunduk pada peradaban. Artikel ini akan menyelami arketipe legendaris ini, menganalisis bagaimana mitosnya terbentuk di antara hutan yang gelap dan benteng yang terlupakan, serta pengaruhnya yang mendalam terhadap imajinasi kolektif tentang kekuasaan tanpa batas.
Konsep Baron Sauvage (secara harfiah berarti 'Baron Buas' atau 'Baron Liar') bukanlah sekadar gelar kehormatan; ia adalah stigma sekaligus atribut kekuatan yang sangat ditakuti. Gelar ini diberikan kepada bangsawan yang menolak sistem feodalisme sentral, yang membangun kekaisaran kecil mereka di perbatasan, di puncak gunung yang tidak terakses, atau di jantung hutan yang lebat. Mereka adalah penguasa yang hukumnya adalah kehendak mereka sendiri, dan keadilan mereka sering kali setajam pedang algojo.
Kisah-kisah tentang Baron Sauvage hampir selalu terkait dengan topografi yang sulit. Mereka jarang ditemukan di dataran subur atau dekat jalur perdagangan utama. Sebaliknya, wilayah mereka adalah cerminan dari jiwa mereka: berbatu, terjal, dan tidak ramah. Hutan yang mereka kuasai sering digambarkan sebagai berawa dan berkabut, menjadikannya tempat ideal bagi pemberontakan dan penyamaran. Isolasi ini memungkinkan mereka untuk mempraktikkan bentuk pemerintahan yang kejam tanpa intervensi langsung dari Takhta Agung atau Gereja.
Lingkungan yang keras ini tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan, tetapi juga membentuk mentalitas penduduknya. Rakyat yang hidup di bawah kekuasaan Baron Sauvage mengembangkan loyalitas yang unik—bercampur aduk antara ketakutan mutlak dan rasa hormat yang mendalam terhadap satu-satunya pelindung mereka dari kekejaman dunia luar, atau dari kekejaman Baron itu sendiri.
Arketipe ini sengaja diposisikan sebagai antitesis terhadap Ksatria Ideal yang diagungkan dalam puisi epik. Sementara ksatria ideal mematuhi *Chivalry*—kesetiaan, kehormatan, dan perlindungan terhadap yang lemah—Baron Sauvage dipandu oleh naluri dan efisiensi brutal. Mereka mungkin adalah ahli perang yang brilian, tetapi etika mereka bersumber dari hukum rimba: yang kuat bertahan, yang lemah binasa. Mereka menolak upacara dan formalitas istana, memilih pakaian kasar, dan sering kali hidup dalam suasana kesederhanaan militer yang ekstrem, meskipun mereka mengumpulkan kekayaan besar melalui perampokan atau pajak yang kejam.
Ini menciptakan dualitas yang menarik: Baron Sauvage adalah sosok yang harus dibenci oleh gereja dan penguasa, tetapi secara diam-diam dikagumi oleh tentara bayaran dan para petani yang mendambakan keadilan yang cepat, meskipun bengis.
Meskipun sulit untuk menunjuk satu tokoh sejarah sebagai Baron Sauvage yang definitif, legenda ini kemungkinan besar merupakan kompilasi dari banyak bangsawan perbatasan (marcher lords) dan 'Baron Perampok' (Robber Barons) yang beroperasi selama periode kekuasaan yang terpecah-pecah (misalnya, Anarki Inggris pada abad ke-12, atau wilayah Jerman yang terfragmentasi). Mereka adalah bangsawan yang memanfaatkan kekosongan kekuasaan.
Periode Anarki, di mana otoritas kerajaan lemah, adalah masa keemasan bagi Baron Sauvage. Para baron ini membangun kastil-kastil tanpa izin kerajaan (dikenal sebagai 'kastil perzinahan' atau adulterine castles) dan menggunakannya sebagai basis untuk memungut bea ilegal dari pelancong dan pedagang. Mereka tidak hanya merampok kekayaan, tetapi juga menculik orang untuk tebusan, dan yang paling keji, mereka menggunakan kekerasan sistematis untuk mempertahankan kontrol.
Dalam banyak narasi rakyat, Baron Sauvage digambarkan sebagai ahli dalam penyiksaan dan taktik gerilya. Mereka tahu setiap jalan setapak di wilayah mereka dan menggunakan hutan sebagai sekutu. Kastil mereka bukan hanya benteng batu, tetapi juga perangkap yang dirancang untuk membingungkan dan menghancurkan penyerang yang tidak terbiasa dengan medan liar.
Sebagian besar mitos ini menekankan pada penolakan Baron terhadap standar kehidupan yang ‘beradab’. Mereka sering digambarkan makan daging mentah, mengenakan kulit binatang, dan lebih memilih suara lolongan serigala daripada musik istana. Deskripsi ini berfungsi untuk menggarisbawahi jarak psikologis dan moral antara mereka dan masyarakat feodal yang berpusat pada katedral dan ksatria. Mereka adalah jembatan antara manusia dan binatang, penguasa yang mewakili sisi purba kekuasaan.
“Kekuasaan Baron Sauvage tidak disemen oleh tinta pada gulungan perkamen, tetapi oleh darah yang meresap ke dalam tanah beku. Mereka adalah hakim, juri, dan algojo; sistem hukum mereka adalah palu godam di atas landasan keheningan.”
Salah satu legenda yang paling kuat mengelilingi Baron Sauvage adalah keahliannya dalam berburu. Bukan sekadar berburu rusa, melainkan berburu manusia. Dikatakan bahwa Baron akan mengenakan topeng serigala dan memimpin perburuan malam yang menakutkan, mengejar para pembangkang atau penyusup melalui kabut tebal. Ini bukan hanya hukuman, tetapi ritual psikologis yang memperkuat ketakutan rakyatnya. Hutan, yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, diubah menjadi arena kematian yang dikuasai oleh penguasa yang tak terlihat.
Meskipun Baron Sauvage menolak norma-norma feodal, ia tetap harus membangun dan mempertahankan struktur kekuasaan internal agar wilayahnya tidak runtuh. Administrasi mereka, walau brutal, sering kali sangat efektif dalam menjaga ketertiban yang mereka inginkan.
Inti dari kekuasaan Baron Sauvage adalah kekuatan militer yang terkonsentrasi. Mereka tidak bergantung pada sistem vassal yang luas. Sebaliknya, mereka memelihara pasukan inti yang kecil, sangat setia, dan terdiri dari individu-individu yang sama liarnya dengan Baron itu sendiri. Prajurit ini—sering disebut *Companions of the Wild*—terdiri dari tentara bayaran buangan, penjahat yang diampuni, atau prajurit yang telah dicap sebagai gila oleh tentara lain.
Pelatihan mereka brutal dan fokus pada adaptasi medan. Mereka tidak diikat oleh aturan perang konvensional. Taktik favorit mereka adalah penyergapan, penghancuran jalur pasokan, dan perang psikologis. Loyalitas para prajurit ini dibeli melalui jarahan, kesempatan untuk melampiaskan kekejaman, dan janji perlindungan dari dunia luar yang akan menghakimi mereka.
Ekonomi wilayah Baron Sauvage didasarkan pada dua pilar: pemerasan terhadap yang lemah dan penimbunan kekayaan. Mereka menguasai jalur-jalur sempit di pegunungan atau sungai, mengenakan bea yang mencekik (tol) pada setiap barang yang melintas. Kegagalan untuk membayar berarti penyitaan total atau, lebih sering, kematian.
Tidak seperti bangsawan lain yang mungkin berinvestasi kembali dalam pembangunan katedral atau pertanian, Baron Sauvage menimbun emas dan perhiasan di ruang bawah tanah kastil mereka yang tersembunyi, siap untuk digunakan sebagai modal darurat perang atau untuk menyuap utusan kerajaan yang mengancam. Keberadaan harta karun yang tak terhitung ini menjadi bagian penting dari mitos mereka—kekayaan yang dikutuk, diperoleh melalui kekerasan murni.
Di wilayah yang mereka kuasai, pengadilan feodal dan hukum kanon tidak berlaku. Keadilan ditegakkan oleh Baron sendiri, biasanya di lapangan terbuka, sering kali di depan publik sebagai tontonan. Prosesnya cepat, sederhana, dan hukuman hampir selalu bersifat fatal atau memutilasi. Hukum ini, meskipun kejam, sering dikagumi oleh penduduk karena tidak adanya korupsi atau penundaan birokrasi yang melekat pada pengadilan kerajaan. Jika seseorang terbukti bersalah, hukuman datang segera. Ini menciptakan ketertiban berdasarkan teror yang sangat efektif.
Bentuk-bentuk hukuman khas yang dikaitkan dengan mereka termasuk dilemparkan ke jurang yang curam, ditinggalkan di tengah hutan untuk dimakan binatang buas, atau dieksekusi dengan metode yang dirancang untuk mempermalukan dan menakutkan, memastikan bahwa tidak ada yang berani menentang kekuasaan Baron.
Mengapa seorang bangsawan, yang lahir dari darah biru dan mungkin dididik dalam tatanan agama, memilih jalan 'sauvage'? Analisis mendalam mengungkapkan bahwa Baron Sauvage bukanlah sekadar preman bodoh; mereka adalah manipulator cerdas dan ahli strategi yang menggunakan kebrutalan sebagai alat politik yang paling efisien.
Filsafat dasar mereka adalah pragmatisme yang dingin. Jika kekejaman menghasilkan kepatuhan, maka kekejaman adalah metode yang tepat. Mereka memahami bahwa rasa takut adalah mata uang yang lebih andal daripada cinta atau loyalitas yang dibeli. Baron Sauvage mungkin memiliki perpustakaan buku kuno dan dapat berdiskusi tentang strategi militer Romawi, tetapi mereka memilih untuk tampil sebagai makhluk primitif di hadapan publik. Ini adalah sandiwara yang disengaja untuk menurunkan harapan dan meningkatkan rasa terkejut musuh.
Mereka memanfaatkan stereotip tentang barbarisme. Jika musuh mengira mereka tidak rasional, musuh akan meremehkan kecerdasan taktis mereka. Banyak narasi mencatat bagaimana Baron Sauvage yang paling legendaris sering kali mengalahkan pasukan Raja yang lebih besar dan lebih terorganisir hanya karena musuh mengira mereka berhadapan dengan gerombolan yang kacau, padahal mereka berhadapan dengan mesin perang yang brutal namun terkoordinasi.
Meskipun Gereja secara terbuka mengutuk Baron Sauvage sebagai representasi Iblis di bumi, hubungan mereka dengan agama sering kali ambigu. Mereka jarang sepenuhnya ateis. Sebagian besar Baron Sauvage akan membayar upeti kecil kepada gereja lokal atau membiarkan kapel kecil berdiri, bukan karena kesalehan, tetapi untuk menghindari ekskomunikasi total yang dapat memicu Perang Salib melawan wilayah mereka. Mereka melihat agama sebagai kekuatan politik yang harus dikelola, bukan sebagai sumber moralitas yang harus dipatuhi.
Namun, dalam beberapa kisah yang lebih gelap, Baron Sauvage memanfaatkan unsur paganisme purba. Mereka melakukan ritual di tempat-tempat suci kuno (seperti batu besar atau pohon tua) yang telah lama dilupakan oleh Kekristenan. Tindakan ini memperkuat citra mereka sebagai penguasa yang terhubung dengan kekuatan alamiah dan mistis yang mendahului kekuasaan gereja dan raja.
Kehidupan yang dijalani dengan kekejaman membawa konsekuensi psikologis: paranoid yang ekstrem. Baron Sauvage selalu hidup dalam ketakutan akan pengkhianatan dari dalam dan serangan dari luar. Setiap pengikut adalah calon musuh, setiap hari adalah potensi pemberontakan. Akibatnya, mereka hidup dalam isolasi total, mempercayai sangat sedikit orang, dan sering kali berakhir dengan kematian yang brutal di tangan seseorang yang paling dekat dengan mereka.
Fakta bahwa kekuasaan mereka dibangun di atas pasir ketakutan sering berarti bahwa dinasti Baron Sauvage jarang bertahan lama. Generasi berikutnya, yang dibesarkan dalam kekerasan tetapi mungkin dididik dalam kemewahan, sering mencoba 'membersihkan' nama keluarga, yang sering kali melemahkan aura teror yang sangat dibutuhkan untuk mempertahankan wilayah tersebut.
Keberadaan Baron Sauvage merupakan tantangan langsung terhadap tatanan feodal. Sebagian besar cerita tentang mereka memuncak pada konflik dengan kekuatan sentral—baik itu Raja, Kaisar, atau koalisi bangsawan yang merasa jijik atau terancam oleh kekuasaan liar mereka.
Kastil-kastil Baron Sauvage tidak dibangun untuk keindahan, tetapi untuk ketidakmungkinan. Mereka sering terletak di jurang sempit atau di puncak yang mengharuskan pengepungan yang panjang dan mahal. Mereka menggunakan desain kastil yang tidak konvensional, menggabungkan pertahanan alami (seperti tebing terjal) dengan jebakan buatan manusia (seperti parit tersembunyi atau terowongan rahasia).
Pertahanan mereka tidak hanya pasif. Baron Sauvage dikenal karena melancarkan serangan kejutan dari kastil selama pengepungan, menghancurkan peralatan pengepungan musuh di malam hari sebelum mundur kembali ke benteng mereka. Filosofi mereka adalah: jangan biarkan musuh nyaman, bahkan saat mereka menang. Perang adalah gesekan yang konstan.
Meskipun mereka menolak kekuasaan sentral, Baron Sauvage adalah senjata mematikan selama perang saudara atau perebutan takhta. Raja yang lemah sering kali mencoba merekrut Baron Liar ini sebagai sekutu, menjanjikan mereka kekebalan dari hukum dan jarahan tak terbatas. Ini adalah permainan yang berisiko; Baron Sauvage adalah sekutu yang sangat tidak dapat diandalkan, karena mereka akan dengan mudah berpindah sisi jika tawaran yang lebih baik muncul, atau jika mereka mencium kelemahan pada sekutu mereka saat ini.
Mereka menjadi penyeimbang kekuasaan, kekuatan disruptif yang dapat menghancurkan seluruh rencana kampanye hanya dengan menyerang jalur pasokan di waktu yang paling tidak terduga. Mereka adalah kekuatan alam yang tidak dapat dijinakkan, hanya diarahkan sementara.
Akhir dari sebagian besar kisah Baron Sauvage adalah tragis. Mereka terlalu kuat untuk diabaikan, dan terlalu liar untuk diintegrasikan. Biasanya, Raja akhirnya mengumpulkan sumber daya yang cukup besar untuk meluncurkan serangan habis-habisan, didorong oleh legitimasi agama dan dukungan finansial dari bangsawan yang terganggu.
Kematian Baron Sauvage sering kali legendaris: baik mati dalam pertempuran terakhir yang epik melawan ratusan musuh, atau dibunuh oleh orang kepercayaannya sendiri yang ingin mendapatkan pengampunan kerajaan. Jasad mereka, dalam beberapa cerita, digantung di gerbang kastil mereka sebagai peringatan, sementara dalam cerita lain, mereka menghilang ke dalam hutan, meninggalkan pertanyaan abadi tentang apakah mereka benar-benar mati atau hanya kembali ke alam liar yang memelihara mereka.
Meskipun banyak Baron Sauvage dimusnahkan oleh kekuatan sentral, mitos mereka bertahan jauh melampaui masa feodalisme. Mereka mewakili kerinduan purba akan kebebasan total dari hukum dan tatanan sosial, sebuah simbol pemberontakan abadi.
Kastil-kastil terpencil yang diselimuti kabut, diperintah oleh sosok yang brutal dan tirani, menjadi fondasi genre Sastra Gotik. Baron Sauvage adalah prototipe dari tuan tanah yang terkutuk, pemilik rumah yang menyimpan rahasia gelap di ruang bawah tanahnya. Mereka menyediakan cetak biru psikologis bagi karakter jahat yang kompleks, di mana kejahatan berakar pada isolasi dan kebanggaan yang terluka.
Jejak psikologis ini juga ditemukan dalam narasi modern tentang anti-hero. Meskipun mereka jahat, ada unsur kebenaran dalam kebrutalan mereka. Mereka jujur pada sifat mereka, yang sering kali kontras dengan kemunafikan bangsawan beradab yang mungkin mengenakan sutra tetapi melakukan kejahatan di balik layar.
Di wilayah tempat mereka berkuasa, kisah Baron Sauvage sering diubah menjadi balada dan lagu rakyat. Kisah-kisah ini berfungsi sebagai peringatan sekaligus sumber hiburan yang gelap. Di satu sisi, mereka mengingatkan petani untuk tidak memberontak; di sisi lain, kisah mereka memberi kekuatan simbolis bagi mereka yang merasa tertindas oleh tatanan feodal yang sah.
Seringkali, di zaman kemudian, kisah Baron Sauvage diromantisasi. Kebrutalan mereka dihilangkan, dan mereka dikenang sebagai pembela lokal yang berani, yang melawan Raja atau Gereja demi kemerdekaan rakyat mereka—sebuah transformasi mitos yang umum terjadi pada figur sejarah yang kontroversial.
Arketipe Baron Sauvage dapat dilihat dalam banyak budaya lain di mana kekuasaan berada di perbatasan. Di Skotlandia dan Irlandia, ada Lord of the Isles, bangsawan yang mempertahankan kemerdekaan brutal mereka dari mahkota. Di Asia Tengah, ada panglima perang yang menguasai jalur gunung. Figur ini selalu berbagi ciri khas yang sama: kekuasaan yang diperoleh melalui kekuatan murni, dan penolakan keras terhadap hukum yang datang dari jauh.
Intinya, Baron Sauvage mewakili pertempuran abadi antara *Kultur* (peradaban, hukum, tatanan) dan *Natur* (alam liar, naluri, kekacauan). Mereka adalah pengingat bahwa di bawah lapisan tipis peradaban, potensi kekuasaan murni dan tak terkendali selalu ada, menunggu kekosongan kekuasaan untuk muncul kembali.
Untuk memahami kedalaman legenda ini, perlu dilihat melalui lensa filsafat politik. Baron Sauvage mewakili eksperimen politik tentang kedaulatan yang sepenuhnya berdasarkan kekuatan, sebuah studi kasus hidup tentang bagaimana masyarakat dapat berfungsi (atau gagal) di bawah anarki terstruktur.
Thomas Hobbes, dalam karyanya *Leviathan*, mendefinisikan "keadaan alamiah" sebagai "perang semua melawan semua." Baron Sauvage tidak hanya hidup dalam keadaan ini, tetapi mereka menciptakannya di sekitar mereka. Mereka adalah Leviathan kecil di dunia yang terfragmentasi. Mereka menawarkan perlindungan kepada rakyat mereka, tetapi perlindungan itu datang dengan harga kepatuhan mutlak dan pemerasan tanpa henti.
Kepatuhan di bawah Baron Sauvage bukanlah kontrak sosial berdasarkan persetujuan, melainkan kontrak eksistensial yang didorong oleh kebutuhan mendasar: bertahan hidup. Selama Baron dapat menjamin bahwa musuh dari luar (baik raja, perampok, atau kelaparan) tidak akan menghancurkan mereka, otoritasnya akan bertahan, tidak peduli seberapa kejam pemerintahannya.
Paradoks terbesar Baron Sauvage adalah bahwa, meskipun mereka adalah tiran, mereka sering digambarkan sebagai 'adil' dalam cara yang unik. Keadilan mereka adalah keadilan tanpa pandang bulu. Mereka tidak peduli dengan status sosial. Bangsawan yang mengkhianati akan dihukum sama cepatnya dengan petani yang mencuri. Dalam masyarakat feodal yang sangat hirarkis, kesetaraan di hadapan kekejaman Baron justru menawarkan semacam ironi moral.
Keputusan mereka mungkin kejam, tetapi jarang korup. Mereka tidak menerima suap untuk mengubah keputusan hukuman mati. Ini membedakan mereka dari banyak bangsawan 'beradab' yang sering menjual keadilan kepada penawar tertinggi. Dalam ketidakmanusiawian Baron Sauvage, terkadang rakyat menemukan kejujuran yang tidak mereka temukan di tempat lain.
Seiring waktu, ketika monarki menjadi lebih kuat, birokrasi tumbuh, dan hukum Romawi yang terpelajar mulai menggantikan hukum adat, Baron Sauvage menjadi peninggalan. Mereka mewakili dunia yang memudar, di mana kekuatan pribadi lebih unggul dari sistem. Perjuangan mereka adalah perjuangan alam liar melawan pagar batas, hutan melawan kota, naluri melawan buku undang-undang.
Maka, legenda Baron Sauvage berfungsi sebagai mitos pendiri bagi banyak negara yang kemudian menganut hukum dan ketertiban. Cerita tentang Baron Liar digunakan untuk menunjukkan betapa pentingnya monarki yang kuat dan hukum yang seragam—bahwa jika kekuasaan Raja runtuh, hanya akan ada kekejaman Baron Sauvage yang menanti.
Meskipun kita berpegangan pada arketipe, ada beberapa figur sejarah atau semi-legendaris yang secara erat mencerminkan karakteristik Baron Sauvage. Menelusuri manifestasi ini membantu kita memahami bagaimana mitos itu diterapkan dalam konteks regional yang berbeda.
Meskipun Giles de Rais adalah seorang Marshal Prancis dan rekan Joan of Arc, setelah karier militernya berakhir, ia mengundurkan diri ke kastilnya dan menunjukkan kekejaman yang ekstrem, khususnya terhadap anak-anak. Kasusnya, yang berakhir dengan persidangan yang sensasional, menunjukkan bagaimana bangsawan tinggi yang terisolasi dan putus asa dapat jatuh ke dalam kekejaman tanpa batas. Namun, ia kurang memiliki elemen 'liar' geografis; kejahatannya adalah kegilaan pribadi, bukan tatanan politik.
Di wilayah Jerman, khususnya selama fragmentasi kekuasaan, banyak pangeran kecil yang menunjukkan kekejaman luar biasa. Heinrich der Grausame, seorang bangsawan di Thuringia, terkenal karena pajak yang sangat mencekik dan hukuman yang luar biasa brutal, termasuk menjebak musuh di ruang bawah tanah dan membiarkan mereka kelaparan. Tokoh-tokoh seperti dia menjadi subjek balada yang mengutuk kekuasaan mereka, memposisikan mereka sebagai manifestasi lokal dari Baron Sauvage.
Di persimpangan jalur perdagangan Alpen, mitos Baron Maut (Baron Tol) berkembang. Mereka adalah penguasa benteng-benteng yang tidak dapat ditembus, yang menuntut 'Maut' (bea) yang sangat tinggi dari setiap kafilah yang mencoba melintasi. Jika kafilah menolak, Baron Maut akan mengirim pasukannya untuk memusnahkan mereka, mengambil barang dan budak mereka. Baron Maut melambangkan aspek ekonomi Baron Sauvage—kekuatan yang sepenuhnya didedikasikan untuk perampasan kekayaan tanpa kontribusi nyata pada masyarakat.
Cerita rakyat tentang Baron Maut sering menekankan keahlian mereka dalam memanipulasi cuaca pegunungan. Dikatakan bahwa mereka dapat memanggil badai salju untuk menjebak musuh atau membuat tanah longsor untuk menghalangi jalur pengepungan, menambah dimensi supranatural pada kekuasaan mereka.
Kisah Baron Sauvage adalah cermin yang memantulkan ketakutan terdalam masyarakat terhadap kekuasaan yang tidak dibatasi oleh moralitas atau hukum. Mereka adalah penguasa yang berani mengambil kedaulatan penuh di tangan mereka sendiri, menolak keterikatan pada Raja di atas dan Gereja di samping.
Kehadiran Baron Sauvage tidak mungkin terjadi tanpa kelemahan yang melekat dalam sistem feodal itu sendiri. Ketika Raja jauh, sistem vassal gagal, atau uang menjadi langka, celah terbuka di mana kebuasan dapat berakar. Baron Sauvage adalah penyakit yang timbul ketika tubuh politik lemah. Mereka adalah pengingat bahwa tatanan hanyalah kesepakatan yang rentan, dan bahwa kekacauan adalah keadaan alami yang selalu siap menyeruak kembali.
Meskipun kita mengutuk kekejaman mereka, ada daya tarik psikologis yang gelap terhadap kebebasan mutlak yang mereka nikmati. Siapa yang tidak pernah ingin melepaskan diri dari rantai aturan dan etiket, untuk bertindak hanya berdasarkan kehendak diri sendiri? Baron Sauvage mewujudkan fantasi terlarang ini, hidup tanpa rasa bersalah atau pertanggungjawaban kepada siapa pun selain diri mereka sendiri. Mereka adalah pengejawantahan dari kebebasan yang brutal.
Seiring waktu terus berjalan dan dunia menjadi semakin terorganisir dan terhubung, sosok Baron Sauvage mungkin menghilang dari peta politik, namun ia tidak pernah benar-benar meninggalkan imajinasi manusia. Ia tetap bersemayam dalam mitos, di hutan-hutan yang belum dijelajahi, dan di dalam relung jiwa kita yang merindukan kedaulatan penuh, betapapun berbahayanya kedaulatan itu.
Baron Sauvage adalah legenda abadi—sebuah monumen bagi kekuatan individu yang liar, sebuah peringatan tentang harga yang harus dibayar untuk kekuasaan tanpa batas, dan sebuah bisikan dari hutan yang mengatakan bahwa tatanan selalu hanya berjarak satu langkah dari kekacauan.