Barisan bilangan adalah salah satu konsep fundamental dalam matematika yang memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari kalkulus, fisika, ekonomi, hingga ilmu komputer. Dua jenis barisan yang paling sering dipelajari dan memiliki aplikasi paling luas adalah Barisan Aritmatika dan Barisan Geometri. Meskipun keduanya sama-sama merupakan urutan bilangan yang mengikuti pola tertentu, mekanisme pertumbuhan dan sifat matematisnya sangatlah berbeda. Pemahaman yang komprehensif terhadap kedua jenis barisan ini adalah kunci untuk memecahkan berbagai masalah pemodelan matematika yang melibatkan pertumbuhan linear dan pertumbuhan eksponensial.
Barisan Aritmatika, sering disingkat BA, adalah susunan bilangan di mana selisih antara suku yang berurutan selalu konstan. Selisih konstan ini dikenal sebagai beda (b). Sifat linear dari Barisan Aritmatika menjadikannya model matematika yang ideal untuk menggambarkan proses atau fenomena yang mengalami penambahan atau pengurangan yang sama secara berkala.
Jika kita memiliki barisan $U_1, U_2, U_3, \dots, U_n$, barisan tersebut dikategorikan sebagai aritmatika jika berlaku persamaan:
$$U_{n} - U_{n-1} = b$$Di mana $b$ adalah beda, bernilai tetap, dan $n$ adalah indeks suku. Beda dapat berupa bilangan positif (barisan naik), negatif (barisan turun), atau nol (barisan konstan).
Sebagai contoh, barisan 2, 5, 8, 11, 14, ... memiliki beda $b = 5 - 2 = 3$. Demikian juga, 8 - 5 = 3, dan seterusnya. Barisan ini menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan dapat diprediksi.
Untuk menemukan nilai suku ke-$n$ tanpa harus menghitung seluruh suku sebelumnya, kita dapat menurunkan rumus umum. Misalkan $a$ adalah suku pertama ($U_1$).
Dengan mengamati pola tersebut, terlihat jelas bahwa faktor pengali $b$ selalu satu kurang dari indeks sukunya ($n$). Oleh karena itu, rumus suku ke-$n$ dari Barisan Aritmatika adalah:
Keterangan:
Dalam barisan aritmatika yang memiliki jumlah suku ganjil, terdapat suku tengah ($U_t$). Rumus suku tengah sangat berguna dan memiliki hubungan erat dengan suku pertama dan suku terakhir ($U_k$):
$$U_t = \frac{U_1 + U_k}{2}$$Ini menunjukkan bahwa suku tengah adalah rata-rata aritmatika dari suku pertama dan suku terakhir. Posisi suku tengah, $t$, dapat ditemukan melalui $t = (k+1)/2$, di mana $k$ adalah jumlah total suku dalam barisan.
Ketika kita menjumlahkan suku-suku dalam Barisan Aritmatika, hasilnya disebut Deret Aritmatika ($S_n$). Deret ini merupakan representasi akumulasi dari pertumbuhan linear.
Misalkan kita ingin menjumlahkan $n$ suku pertama:
$$S_n = U_1 + U_2 + U_3 + \dots + U_{n-1} + U_n$$Sebuah penemuan elegan oleh matematikawan muda Carl Friedrich Gauss saat masih sekolah menunjukkan bahwa jika deret tersebut ditulis dua kali (sekali normal dan sekali terbalik), penjumlahan kolom-kolomnya akan menghasilkan nilai yang sama, yaitu $U_1 + U_n$.
$$S_n = a + (a+b) + (a+2b) + \dots + (U_n)$$ $$S_n = U_n + (U_n-b) + (U_n-2b) + \dots + a$$Jika kita menjumlahkan kedua baris tersebut:
$$2S_n = (a + U_n) + (a + U_n) + \dots + (a + U_n)$$Karena terdapat $n$ pasang $(a + U_n)$, maka:
$$2S_n = n (a + U_n)$$Sehingga, rumus jumlah $n$ suku pertama adalah:
Dengan mengganti $U_n = a + (n-1)b$, kita mendapatkan bentuk alternatif yang hanya bergantung pada $a$, $b$, dan $n$:
Suku ke-$n$ dapat dihitung dari jumlah deretnya melalui hubungan rekursif. Suku ke-$n$ adalah selisih antara jumlah $n$ suku pertama dan jumlah $(n-1)$ suku pertama:
$$U_n = S_n - S_{n-1}$$Hubungan ini sangat penting ketika fungsi jumlah deret (sebagai fungsi kuadrat dari $n$) diketahui, namun kita perlu menentukan pola pertumbuhan linearnya ($U_n$ sebagai fungsi linear dari $n$).
Ketika kita menyisipkan $k$ buah suku baru di antara dua suku yang berurutan ($U_x$ dan $U_{x+1}$) dalam sebuah Barisan Aritmatika, barisan baru yang terbentuk akan tetap menjadi Barisan Aritmatika, namun dengan beda yang baru ($b'$).
Misalnya, beda awal adalah $b$. Setelah penyisipan $k$ suku, selisih antara $U_x$ dan $U_{x+1}$ kini terbagi menjadi $k+1$ interval yang sama. Selisih totalnya tetap $b$. Oleh karena itu, beda baru ($b'$) adalah:
Di mana $k$ adalah jumlah suku yang disisipkan.
Proses penyisipan ini sering digunakan dalam aplikasi fisika, seperti penentuan kecepatan rata-rata atau interval waktu, di mana perubahan harus terjadi secara konsisten dan bertahap.
Barisan Aritmatika memodelkan semua jenis pertumbuhan atau peluruhan yang terjadi pada laju konstan (pertambahan atau pengurangan nilai absolut yang sama). Contoh aplikasinya meliputi:
Deret Aritmatika, ketika dilihat dalam konteks fungsi, memiliki bentuk kuadratik terhadap $n$. Jika $S_n = An^2 + Bn$, maka barisan tersebut adalah deret aritmatika. Koefisien $A$ dan $B$ memiliki hubungan langsung dengan beda ($b$) dan suku pertama ($a$):
Dari $S_n = \frac{n}{2} [2a + (n-1)b] = an + \frac{1}{2}b(n^2 - n) = (\frac{b}{2})n^2 + (a - \frac{b}{2})n$.
Maka, kita simpulkan:
Implikasi dari sifat kuadratik ini adalah bahwa meskipun suku-suku Barisan Aritmatika tumbuh secara linear, jumlah akumulatifnya (Deret Aritmatika) tumbuh jauh lebih cepat, mengikuti kurva parabola terbuka ke atas (asumsi $b > 0$).
Sebagai contoh, jika $S_n = 3n^2 + 5n$, maka $A=3$. Maka, $b = 2A = 6$. Untuk mencari $a$, kita gunakan $S_1 = U_1$: $S_1 = 3(1)^2 + 5(1) = 8$. Jadi, $a=8$. Barisannya adalah $8, 14, 20, 26, \dots$ dengan beda 6. Keterkaitan antara fungsi kuadratik dan pola pertumbuhan linear ini adalah inti dari pemahaman Deret Aritmatika pada tingkat yang lebih tinggi.
Bayangkan sebuah pinjaman bank yang dilunasi dengan metode angsuran yang besarannya selalu sama setiap bulan, di mana bunga dihitung secara flat (bunga dihitung dari pokok awal, bukan sisa pokok). Total pembayaran bunga dari bulan ke bulan akan membentuk Barisan Aritmatika turun, sedangkan total pokok yang terbayar akan membentuk Barisan Aritmatika naik. Jika cicilan total ($C$) tetap, dan proporsi bunga berkurang Rp X setiap bulan, maka proporsi pokok yang dibayar akan bertambah Rp X setiap bulan, menghasilkan dua Barisan Aritmatika komplementer yang totalnya selalu konstan ($C$).
Berbeda dengan Barisan Aritmatika yang melibatkan operasi penjumlahan konstan, Barisan Geometri (BG) melibatkan operasi perkalian konstan. Barisan Geometri adalah susunan bilangan di mana perbandingan (rasio) antara suku yang berurutan selalu konstan. Rasio konstan ini dikenal sebagai rasio (r). Sifat eksponensial dari Barisan Geometri menjadikannya alat utama untuk memodelkan pertumbuhan cepat, seperti bunga berbunga, penyebaran virus, atau pertumbuhan populasi.
Jika barisan $U_1, U_2, U_3, \dots, U_n$ adalah Barisan Geometri, maka berlaku persamaan:
$$\frac{U_{n}}{U_{n-1}} = r$$Di mana $r$ adalah rasio, bernilai tetap, dan $n$ adalah indeks suku. Rasio $r$ dapat berupa bilangan yang lebih besar dari 1 (pertumbuhan eksponensial), antara 0 dan 1 (peluruhan eksponensial/osilasi menuju nol), atau negatif (osilasi dengan perubahan tanda).
Sebagai contoh, barisan 3, 6, 12, 24, 48, ... memiliki rasio $r = 6 / 3 = 2$. Barisan ini menunjukkan pertumbuhan yang semakin cepat seiring bertambahnya $n$, sebuah ciri khas fungsi eksponensial.
Untuk menurunkan rumus suku ke-$n$, kita kembali definisikan $a$ sebagai suku pertama ($U_1$).
Pola ini menunjukkan bahwa pangkat dari $r$ selalu satu kurang dari indeks sukunya ($n$). Oleh karena itu, rumus suku ke-$n$ dari Barisan Geometri adalah:
Keterangan:
Sama seperti Barisan Aritmatika, Barisan Geometri dengan jumlah suku ganjil juga memiliki suku tengah ($U_t$). Namun, suku tengah Geometri merupakan rata-rata geometris dari suku pertama dan suku terakhir:
$$U_t = \sqrt{U_1 \cdot U_k}$$Ini menyiratkan bahwa kuadrat dari suku tengah sama dengan hasil kali suku pertama dan suku terakhir: $U_t^2 = U_1 \cdot U_k$. Sifat ini adalah properti kunci yang membedakan BA dan BG.
Penjumlahan suku-suku Barisan Geometri disebut Deret Geometri ($S_n$). Karena pertumbuhannya yang eksponensial, nilai $S_n$ akan tumbuh sangat cepat.
Deretnya adalah: $S_n = a + ar + ar^2 + \dots + ar^{n-1}$. (Persamaan 1)
Untuk menurunkan rumusnya, kita kalikan $S_n$ dengan rasio $r$:
$$r S_n = ar + ar^2 + ar^3 + \dots + ar^{n-1} + ar^n$$ (Persamaan 2)Kurangi Persamaan 2 dengan Persamaan 1. Banyak suku di tengah akan saling menghilangkan (telescoping sum):
$$r S_n - S_n = ar^n - a$$ $$S_n (r - 1) = a (r^n - 1)$$Rumus Deret Geometri ($S_n$):
Meskipun kedua rumus tersebut ekuivalen secara matematis (hanya dikalikan -1 di pembilang dan penyebut), penggunaan bentuk yang sesuai dengan nilai $r$ (misalnya, menggunakan $r-1$ jika $r>1$) membantu menghindari hasil negatif sementara dalam perhitungan.
Salah satu konsep paling menarik dalam Barisan Geometri adalah Deret Geometri Tak Hingga. Ini adalah penjumlahan suku-suku Barisan Geometri yang terus berlanjut tanpa batas ($n \to \infty$).
Deret tak hingga hanya dapat memiliki jumlah yang konvergen (mendekati nilai tertentu) jika dan hanya jika nilai absolut rasionya kurang dari satu, yaitu:
$$|r| < 1 \quad \text{atau} \quad -1 < r < 1$$Jika syarat konvergensi ini terpenuhi, ketika $n \to \infty$, maka $r^n \to 0$. Menggunakan rumus $S_n = \frac{a (1 - r^n)}{1 - r}$, suku $r^n$ akan hilang, menyisakan rumus:
Berlaku hanya jika $|r| < 1$.
Konsep DGT adalah dasar untuk representasi pecahan desimal berulang menjadi pecahan biasa (rasional) dan juga penting dalam studi fraktal dan limit fungsi.
Jika kita menyisipkan $k$ suku di antara dua suku berurutan ($U_x$ dan $U_{x+1}$) dalam Barisan Geometri, kita akan mendapatkan Barisan Geometri baru dengan rasio baru ($r'$).
Misalkan $U_{x+1} = U_x \cdot r$. Setelah penyisipan $k$ suku, kini ada $k+1$ rasio baru yang diterapkan secara berurutan untuk mendapatkan $U_{x+1}$.
$$U_{x+1} = U_x \cdot (r')^{k+1}$$Maka, $(r')^{k+1} = \frac{U_{x+1}}{U_x} = r$. Rasio baru ($r'$) adalah akar ke-$(k+1)$ dari rasio lama $r$:
Di mana $k$ adalah jumlah suku yang disisipkan.
Barisan Geometri adalah model matematika fundamental untuk semua proses yang melibatkan persentase atau perkalian berulang. Ini mencakup fenomena alam dan ekonomi yang mengalami pertumbuhan cepat.
Memahami perbedaan mendasar antara Barisan Aritmatika dan Geometri adalah kunci untuk memilih model matematika yang tepat dalam aplikasi nyata. Perbedaan utama terletak pada mekanisme penentuan suku berikutnya.
Perbedaan ini bukan hanya sekadar operasi (tambah vs kali), tetapi tentang jenis pertumbuhan yang dihasilkan:
Pada nilai $n$ yang besar, pertumbuhan Geometri akan selalu melampaui pertumbuhan Aritmatika, bahkan jika rasio $r$ hanya sedikit di atas 1, dan beda $b$ sangat besar. Ini adalah manifestasi dari kekuatan bunga berbunga dibandingkan bunga sederhana.
Salah satu sifat matematis yang paling menarik adalah hubungan antara Logaritma dan Barisan Geometri.
Jika kita memiliki Barisan Geometri: $U_1, U_2, U_3, \dots, U_n$.
Ambil logaritma dari setiap suku (misalnya logaritma basis 10 atau basis natural $ln$):
$$\log(U_n) = \log(a \cdot r^{n-1})$$ $$\log(U_n) = \log(a) + (n-1) \log(r)$$Jika kita definisikan Barisan Logaritma $V_n = \log(U_n)$, maka:
$$V_n = [\log(a) - \log(r)] + n \cdot \log(r)$$Persamaan ini adalah bentuk linear terhadap $n$, dengan beda konstan sebesar $b' = \log(r)$.
Kesimpulan: Jika sebuah barisan adalah Geometri, maka barisan yang terbentuk dari logaritma suku-suku tersebut adalah Barisan Aritmatika. Sifat ini sangat penting dalam analisis data saintifik, di mana data pertumbuhan eksponensial sering diubah menjadi skala logaritmik agar terlihat linear dan lebih mudah dianalisis.
Sebagai perbandingan, ada jenis barisan lain yang muncul dari Barisan Aritmatika, yaitu Barisan Harmonik (BH). Sebuah barisan $U_n$ disebut Harmonik jika kebalikan dari suku-sukunya (reciprocal) membentuk Barisan Aritmatika. Jadi, jika $1/U_1, 1/U_2, 1/U_3, \dots$ adalah Barisan Aritmatika, maka $U_1, U_2, U_3, \dots$ adalah Barisan Harmonik.
Meskipun Barisan Harmonik tidak memiliki rumus $S_n$ yang sederhana, ia muncul dalam masalah fisika yang melibatkan rata-rata (seperti rata-rata kecepatan harmonik) dan akustik.
Sifat hubungan antara tiga suku berurutan ($U_{n-1}, U_n, U_{n+1}$) adalah cara cepat untuk mengidentifikasi jenis barisan:
Kekuatan sejati dari barisan dan deret terletak pada kemampuannya memodelkan skenario dunia nyata yang kompleks. Di sini, kita akan membahas dua bidang aplikasi utama yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang deret, yaitu anuitas dalam keuangan dan konsep limit dalam kalkulus.
Anuitas adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan tetap yang dilakukan pada interval waktu yang sama. Meskipun pembayaran angsurannya tetap (mencerminkan aspek aritmatika pada total pembayaran), perhitungan nilai sekarang (present value) atau nilai masa depan (future value) dari anuitas sepenuhnya bergantung pada konsep Barisan Geometri karena melibatkan bunga berbunga (compound interest).
Misalkan seseorang menyetor sejumlah uang ($P$) pada akhir setiap periode selama $n$ periode dengan tingkat bunga per periode $i$.
Total nilai masa depan ($FV$) adalah jumlah dari nilai masa depan setiap setoran. Setiap setoran akan menghasilkan bunga berbunga untuk sisa periode:
Deret total nilai masa depan adalah: $FV = P + P(1+i) + P(1+i)^2 + \dots + P(1+i)^{n-1}$.
Ini adalah Deret Geometri dengan:
Menggunakan rumus $S_n$ Deret Geometri (karena $r = 1+i > 1$):
$$FV = \frac{P \left( (1+i)^n - 1 \right)}{(1+i) - 1}$$Analisis ini menunjukkan bahwa meskipun kita berurusan dengan pembayaran yang sederhana dan konstan, akumulasi nilai uang dari waktu ke waktu (time value of money) memerlukan alat matematika eksponensial (Barisan Geometri). Tanpa Deret Geometri, perhitungan kompleks seperti dana pensiun, pinjaman hipotek, atau obligasi mustahil dilakukan.
Dalam kalkulus, Barisan dan Deret membentuk fondasi untuk mendefinisikan limit dan integral. Konsep konvergensi Deret Geometri Tak Hingga adalah contoh paling sederhana dari limit deret.
Sebuah deret dikatakan konvergen jika jumlah parsialnya ($S_n$) mendekati batas tertentu seiring $n$ mendekati tak hingga. Jika Barisan Geometri memiliki $|r| \ge 1$, deretnya akan divergen (jumlahnya menuju $\pm \infty$).
Deret Geometri Tak Hingga berfungsi sebagai tes konvergensi awal yang penting. Jika sebuah deret yang lebih kompleks dapat dibandingkan (melalui tes perbandingan) dengan DGT yang konvergen, maka deret kompleks tersebut juga konvergen.
Deret daya (seperti deret Taylor atau deret Maclaurin) adalah generalisasi dari Deret Geometri. Deret Geometri $a + ar + ar^2 + \dots$ dapat dianggap sebagai Deret Daya sederhana. Misalnya, Deret Geometri tak hingga $\sum_{n=0}^{\infty} x^n = 1 + x + x^2 + x^3 + \dots$ konvergen ke fungsi $\frac{1}{1-x}$ selama $|x| < 1$.
Hubungan ini memungkinkan representasi fungsi kompleks (seperti $e^x$, $\sin x$, atau $\cos x$) sebagai penjumlahan tak hingga dari suku-suku Barisan Geometri yang dimodifikasi. Ini adalah dasar bagaimana kalkulator dan komputer menghitung nilai fungsi-fungsi transendental.
Terkadang, sebuah barisan tidak terlihat Aritmatika maupun Geometri secara langsung. Namun, selisih antar suku mungkin membentuk Barisan Aritmatika. Ini disebut Barisan Aritmatika Tingkat Kedua (atau lebih tinggi).
Contoh: 2, 6, 12, 20, 30, ...
Karena beda konstan ditemukan pada tingkat kedua, barisan awal dapat dimodelkan oleh fungsi kuadrat $U_n = An^2 + Bn + C$. Koefisien $A$ terkait langsung dengan beda tingkat kedua ($2A = b_{\text{tingkat 2}}$). Pemodelan ini merupakan jembatan antara Barisan Aritmatika sederhana dan fungsi polinomial yang lebih kompleks.
Untuk memastikan pemahaman yang kokoh, kita akan menjelajahi beberapa studi kasus yang menggabungkan berbagai konsep yang telah dibahas, menyoroti bagaimana Barisan Aritmatika dan Geometri digunakan untuk menemukan solusi yang mendalam.
Dua individu, Ahmad dan Budi, mulai menabung pada saat yang sama.
Pertanyaan: Berapa total tabungan (Deret) mereka setelah 15 tahun?
Barisan yang dibentuk oleh Ahmad adalah $U_n$ (jumlah tabungan akhir tahun ke-n):
$$U_n = a + (n - 1)b$$ $$U_{15} = 1.000.000 + (15 - 1) \cdot 100.000$$ $$U_{15} = 1.000.000 + 1.400.000 = 2.400.000$$Total tabungan (akumulasi, $S_{15}$):
$$S_{15} = \frac{15}{2} (a + U_{15})$$ $$S_{15} = 7.5 \cdot (1.000.000 + 2.400.000)$$ $$S_{15} = 7.5 \cdot 3.400.000 = \text{Rp } 25.500.000$$Total tabungan Ahmad setelah 15 tahun adalah Rp 25.500.000.
Karena Budi hanya mendapatkan bunga 5% dari saldo awal tanpa menambah setoran, ini adalah Barisan Geometri tunggal, bukan Deret Geometri, di mana $U_n$ adalah saldo akhir tahun ke-$n$ (tahun ke-15).
$$U_n = a \cdot r^n$$Catatan: Karena $a$ adalah saldo awal, $U_1$ (saldo akhir tahun 1) adalah $a \cdot r^1$. Untuk 15 tahun, kita mencari $U_{15}$.
$$U_{15} = 1.000.000 \cdot (1.05)^{15}$$ $$U_{15} \approx 1.000.000 \cdot 2.0789 \approx \text{Rp } 2.078.900$$Jika dibandingkan hanya dari suku terakhir ($U_{15}$), Ahmad memiliki saldo akhir tahun yang lebih besar (Rp 2.400.000) dibandingkan Budi (Rp 2.078.900). Ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, pertumbuhan linear dengan beda yang besar bisa mengalahkan pertumbuhan eksponensial dengan rasio kecil.
Namun, jika kita lihat total pertumbuhan absolut, Budi hanya memiliki satu modal awal. Jika kita ganti studi kasus Budi menjadi Deret Geometri (Anuitas) di mana ia menyetor Rp 1.000.000 setiap tahun dengan bunga 5%:
$$S_{15} = 1.000.000 \cdot \frac{(1.05)^{15} - 1}{0.05}$$ $$S_{15} \approx 1.000.000 \cdot \frac{2.0789 - 1}{0.05}$$ $$S_{15} \approx 1.000.000 \cdot 21.5785 \approx \text{Rp } 21.578.500$$Dalam skenario Anuitas, total akumulasi Budi (Rp 21.578.500) masih sedikit di bawah Ahmad (Rp 25.500.000). Namun, perhatikan bahwa Budi hanya menyetor total Rp 15.000.000 (15 x 1 juta), sementara Ahmad menyetor total Rp 25.500.000. **Keuntungan Budi terletak pada efisiensi modal.** Barisan Geometri menghasilkan imbal hasil (return) yang jauh lebih tinggi dibandingkan modal yang disetorkan, sebuah konsep yang tersembunyi jika kita hanya melihat total akumulasi akhir.
Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 10 meter. Setelah menyentuh lantai, bola akan memantul kembali dengan ketinggian $\frac{3}{5}$ dari ketinggian sebelumnya. Hitunglah total jarak vertikal yang ditempuh bola hingga berhenti total.
Pergerakan bola terbagi menjadi dua bagian: jatuh dan memantul naik. Jarak total adalah jumlah dari jarak jatuh pertama + (jarak pantulan naik + jarak pantulan jatuh) + (jarak pantulan naik kedua + jarak pantulan jatuh kedua) + ...
Jarak pantulan membentuk Deret Geometri Tak Hingga (karena bola "berhenti total" setelah waktu tak terhingga), dimulai dari pantulan pertama, yang terdiri dari jarak naik dan turun.
Deret jarak pantulan ($S_{\text{pantul}}$) memiliki:
Total jarak yang ditempuh selama pantulan ($S_{\text{pantul}}$):
$$S_{\text{pantul}} = \frac{a}{1 - r}$$ $$S_{\text{pantul}} = \frac{12}{1 - 0.6} = \frac{12}{0.4} = 30 \text{ meter}$$Total jarak vertikal keseluruhan ($S_{\text{total}}$) adalah jarak jatuh awal ditambah total jarak pantulan:
$$S_{\text{total}} = J_0 + S_{\text{pantul}} = 10 + 30 = 40 \text{ meter}$$Studi kasus ini secara sempurna menunjukkan bagaimana Barisan Geometri Tak Hingga digunakan untuk menghitung total akumulasi dari proses yang mendekati nol secara eksponensial.
Diberikan Barisan Aritmatika awal $A$: $U_1=5$ dan $U_5=29$. Sebanyak 5 suku disisipkan di antara setiap pasangan suku berurutan untuk membentuk barisan baru $A'$. Tentukan beda baru ($b'$) dan suku ke-10 dari barisan $A'$ ($U'_{10}$).
Gunakan rumus $U_n = a + (n - 1)b$ untuk Barisan A:
$$U_5 = U_1 + (5 - 1)b$$ $$29 = 5 + 4b$$ $$4b = 24 \implies b = 6$$Barisan Awal: 5, 11, 17, 23, 29, ...
Jumlah suku yang disisipkan adalah $k = 5$. Gunakan rumus penyisipan Barisan Aritmatika:
$$b' = \frac{b}{k + 1} = \frac{6}{5 + 1} = \frac{6}{6} = 1$$Barisan baru $A'$ memiliki beda $b' = 1$.
Suku pertama $a$ tetap 5. Barisan $A'$ sekarang adalah Barisan Aritmatika normal dengan $a=5$ dan $b'=1$.
$$U'_{10} = a + (10 - 1)b'$$ $$U'_{10} = 5 + 9(1) = 14$$Suku ke-10 dari barisan yang disisipkan adalah 14. Pemecahan masalah ini memerlukan pemahaman tentang bagaimana operasi matematis (penyisipan) memengaruhi parameter dasar barisan (beda dan rasio).
Barisan Aritmatika dan Geometri adalah dua pilar fundamental yang membentuk dasar pemahaman kita tentang pola bilangan dan pertumbuhan. Barisan Aritmatika, dengan pertumbuhan linearnya yang stabil dan beda yang konstan, ideal untuk memodelkan proses akumulasi sederhana. Sementara itu, Barisan Geometri, melalui pertumbuhan eksponensialnya yang eksplosif dan rasio yang konstan, sangat vital dalam memodelkan fenomena yang melibatkan penggandaan atau bunga berbunga dalam jangka panjang.
Dari perhitungan cicilan bank, prediksi pertumbuhan bakteri, hingga penentuan total jarak tempuh benda yang berosilasi, kedua jenis barisan ini memberikan kerangka kerja matematis yang kuat. Pemahaman akan rumus $U_n$ dan $S_n$, serta kondisi khusus seperti konvergensi Deret Geometri Tak Hingga, memungkinkan kita untuk mengubah pola yang kompleks di alam dan ekonomi menjadi persamaan yang elegan dan dapat dipecahkan, menegaskan peran sentral mereka dalam ilmu matematika terapan.