Di tengah gemuruh modernisasi, masih ada tradisi-tradisi luhur yang dijaga kelestariannya oleh masyarakat Indonesia. Salah satu adat istiadat yang kaya makna dan penuh filosofi adalah Tedak Siten. Upacara ini merupakan bagian tak terpisahkan dari ritual kehamilan dan kelahiran, khususnya yang berasal dari kebudayaan Jawa. Tedak Siten secara harfiah dapat diartikan sebagai "menapakkan kaki di bumi", sebuah momen sakral ketika seorang bayi yang berusia sekitar tujuh bulan untuk pertama kalinya menapakkan kakinya di tanah atau permukaan yang telah disiapkan khusus.
Upacara Tedak Siten bukanlah sekadar perayaan biasa. Ia sarat dengan simbolisme yang mendalam, mencerminkan harapan dan doa dari keluarga untuk masa depan sang anak. Momen ini menandai transisi penting dalam kehidupan bayi, dari yang sepenuhnya bergantung pada ibunya, menuju fase eksplorasi dan kemandirian yang lebih besar. Pemberian kesempatan pertama untuk menyentuh bumi dianggap sebagai bentuk pengenalan bayi pada alam semesta dan kehidupan yang lebih luas.
Prosesi Tedak Siten biasanya dimulai dengan membuat sebuah 'janjang' atau tangga yang terbuat dari bunga-bunga segar, yang melambangkan jenjang kehidupan yang harus dilalui sang anak. Tangga ini memiliki makna filosofis yang kuat, yaitu harapan agar sang anak kelak dapat meniti tangga kehidupan dengan baik, meraih kesuksesan, dan memiliki budi pekerti luhur.
Setelah itu, bayi akan diturunkan perlahan ke atas tangga tersebut, kemudian menapakkan kakinya di bumi. Di bawah 'janjang' yang disiapkan, biasanya akan diletakkan tujuh macam jajanan pasar atau perlengkapan lain yang memiliki makna tersendiri. Jajanan pasar ini melambangkan rezeki dan kemakmuran yang diharapkan akan diraih oleh sang anak di kemudian hari. Bayi akan dibiarkan bermain dan memilih jajanan atau perlengkapan tersebut. Pemilihan ini dipercaya dapat memberikan gambaran tentang bakat atau minat sang anak di masa depan.
Berbagai macam benda bisa disiapkan, mulai dari buku (melambangkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan), alat tulis, uang (melambangkan kemakmuran), alat pertukangan (melambangkan ketekunan dan keahlian), hingga pakaian (melambangkan kerapian dan kesopanan). Ritual ini dilakukan dengan harapan agar kelak sang anak memiliki sifat dan kemampuan yang sesuai dengan benda-benda yang dipilihnya.
Prosesi dilanjutkan dengan memandikan bayi menggunakan tujuh sumber mata air yang berbeda. Setiap mata air memiliki makna kesucian dan harapan agar bayi tumbuh menjadi pribadi yang bersih, sehat, dan diberkahi. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan syukuran yang dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga dekat. Doa-doa dipanjatkan, dan hidangan khas disajikan sebagai wujud rasa syukur atas karunia anak.
Tedak Siten bukan hanya tentang upacara lahirnya seorang anak ke dunia, tetapi juga sebuah pengingat akan peran orang tua dalam membimbing dan mendidik anak. Upacara ini menekankan pentingnya memberikan pondasi yang kuat bagi anak sejak dini, baik dari segi spiritual, emosional, maupun intelektual.
Filosofi di balik Tedak Siten mengajarkan bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang perlu digali dan dikembangkan. Pilihan-pilihan yang dibuat oleh anak dalam upacara ini dilihat sebagai cerminan awal dari minat dan bakat mereka. Orang tua diharapkan dapat mengamati dan mendukung perkembangan anak sesuai dengan potensi yang ditunjukkan.
Selain itu, adat ini juga memperkuat ikatan kekeluargaan dan komunitas. Pelaksanaan Tedak Siten menjadi ajang berkumpulnya keluarga besar dan sahabat, mempererat silaturahmi, serta berbagi kebahagiaan. Hal ini mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang kental dalam budaya Indonesia.
Meskipun hidup di era digital yang serba cepat, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Tedak Siten tetap relevan. Banyak orang tua masa kini yang tetap antusias untuk melaksanakan upacara ini, baik dalam bentuk aslinya maupun dengan sedikit modifikasi agar sesuai dengan kondisi zaman.
Melestarikan adat istiadat seperti Tedak Siten adalah cara untuk menjaga identitas budaya, mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus, dan merayakan setiap tahapan penting dalam kehidupan manusia. Ini adalah warisan berharga yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memastikan bahwa akar budaya tetap kokoh tertanam dalam diri anak-anak bangsa.